Namanya Lygia Nostalina a.k.a Lygia Pecanduhujan. Biasa dipanggil Teh Gia atau Neng Hujan, karena dia penyuka hujan. Aku mengenalnya melalui facebook di pertengahan tahun 2012 lalu. Waktu itu aku bergabung dengan sebuah grup kepenulisan yang bernama Ibu-ibu Doyan Nulis – Interaktif (IIDN). Sebuah grup menulis yang beranggotakan ibu-ibu dan juga calon ibu di seluruh dunia. Dia yang meng-approve permintaanku untuk gabung di grup itu. Oh ya, tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketiga.
Lanjut yaa.... Hari demi hari aku kian mengenalnya lebih dekat. Karena dialah Marketing Communications (Markom) di grup itu. Sehingga hampir tiap hari dia selalu online, menyambangi IIDN. Hal pertama yang kutangkap dari sosoknya adalah, dia seorang yang ramah dan sangat sabar. Dia menjawab pertanyaan ibu-ibu sepertiku (yang seringkali gaptek, menanyakan hal yang sama berulang-ulang, dan lain-lain) dengan sangat ramah dan sabar. Dia tak pernah mengeluarkan komentar yang pedas atau komentar negatif lainnya dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan ataupun pernyataan-pernyataan ibu-ibu. Aku kagum.
Siapakah Lygia Sebenarnya?
Lygia lahir di Bandung, kota tempat dia tinggal hingga sekarang. Dia adalah seorang penulis dengan basic ilmu hukum. Ya, dia adalah seorang Sarjana Hukum jebolan Universitas Indonesia. Meski ilmu hukum yang telah digelutinya di bangku kuliah, namun kecintaannya pada dunia menulis telah mengantarkannya sebagai seorang jurnalis sebuah tabloid di Bandung. Setelah 2 tahun menjadi jurnalis, ia memutuskan untuk keluar dan kemudian bergabung dengan IIDN.
Sebagai seorang penulis, ia lebih menyukai penulisan non fiksi terutama kisah-kisah inspiratif ala chicken soup (sekarang buku-buku itu dikenal dengan seri "Storycake"). Buku-buku yang pernah dibidaninya antara lain : A Cup of Tea for Single Mom (Stiletto Books, 2011), A Cup of Tea for Complicated Relationship (Stiletto Books, 2011), Storycake for Ramadhan (Gramedia Pustaka Utama, 2011), Storycake for Backpackers (Gramedia Pustaka Utama, akan terbit), dan buku solo Hot Chocolate for Broken Heart (Cahaya Atma Pustaka, 2012).
Sementara kontribusi naskahnya dapat dijumpai dalam antologi: Emak Gokil (Rumah Ide, 2011), For The Love of Mom (2011), Storycake for Amazing Mom (Gramedia Pustaka Utama, 2011) dan sedang menantikan terbit: Backpacker Gokil (Gramedia Pustaka Utama), Seribu Wajah Kupu-Kupu, Kumpulan Kisah Nyata (Indiepro Publishing), Hot Chocolate For Dreamers (Cahaya Atma Pustaka) dan sedang berusaha menyelesaikan buku Emak Backpacker, yang merupakan kisah nyatanya selama backpackeran.
Beberapa buku yang dibidani Lygia |
Selain aktif sebagai Markom di IIDN, ibu 3 anak ini juga didapuk sebagai Public Relation Manager di Indscript Creative, sebuah agensi naskah yang bertempat di Bandung. Selain itu dia adalah seorang socialpreneur. Ada banyak anak yang kurang mampu di bawah asuhannya. Dia menyalurkan dana bantuan kepada anak-anak itu. Dia juga mempunyai sebuah usaha bisnis online, dan mengelola sebuah Event Organizer.
Ketiga buah hati Lygia |
Lygia dan Status-status Facebook-nya
Setiap hari aku dapat membaca statusnya di facebook. Ada saja yang ditulis Lygia. Dalam sehari bisa beberapa status yang dia tulis. Dan aku tak pernah bosan untuk membacanya, karena di setiap statusnya aku selalu menemukan hikmah. Meski aku hanya sebagai silent reader, karena kadang aku tak cukup pe-de untuk ikut berkomentar di dalamnya.
Lygia adalah seorang yang sederhana. Kesehariannya hampir tak pernah lepas dari kata “ojek” atau “angkot”. Ya, dia sering bepergian dengan dua kendaraan tersebut. Kesibukannya sebagai seorang socialpreneur mengharuskan dia banyak mobile, dan menghabiskan hari-harinya di luar rumah. Dan dia menceritakan kisah-kisah kesehariannya bersama dua kendaraan tersebut dengan renyah, meski mungkin ada sebagian orang yang memandang kasihan.
Pernah suatu malam aku menangis membaca salah satu statusnya. Isinya kurang lebih menceritakan kisahnya dari pagi hingga malam, ketika dia hanya mempunyai uang Rp. 70.000,- untuk keperluannya di hari itu. Uang itu untuk mengirim paket pesanan kepada seorang klien, yang ternyata biayanya melebihi perkiraan. Sehingga dia harus menjual kamera kesayangannya untuk menutupi kekurangan dan untuk kebutuhan lain-lainnya. Dia bergulat dengan teriknya matahari hingga dinginnya malam, dengan diwarnai segala keterbatasan. Tapi dia selalu positif thinking kepada Allah, sehingga kejadian-kejadian tak terduga yang “menyelamatkannya” membuatnya lebih bisa mensyukuri hari itu. Aku terinspirasi kisahnya.
Pernah juga aku membaca rentetan statusnya mengenai meninggalnya suaminya beberapa bulan yang lalu. Dia sedih, tapi Lygia tetap Lygia. Dengan 3 buah hati yang masih kecil-kecil, dia masih bisa tersenyum dan segera bangkit dari kesedihan. Dia segera bergerak, tetap bisa memberikan kontribusinya untuk orang lain. Tetap bisa ber-status ria, aktif dalam IIDN, dan seabrek kegiatannya yang lain. Aku kembali terinspirasi. Aku jadi malu pada diriku sendiri.
Aku dan Lygia
Aku belum pernah sekali pun bertatap muka dengannya. Tapi meski begitu aku merasa dekat dengannya. Karena setiap hari aku bisa menatap status-statusnya, ilmu-ilmunya yang disampaikan di dalam grup IIDN, dan dia memang selalu terbuka kepada siapapun. Pernah suatu kali aku sedang down dalam menulis, maka aku tertarik untuk curhat kepadanya. Dan seperti dugaanku, dia menyambut dengan baik keluh kesahku. Masih kusimpan sms (short message services) pembangkit semangat darinya itu. Dia bilang,
“..... Jangan patah semangat ya. Berkarya dan menulis yang terbaik, bukan karena pengen menang atau gak mau kalah dari teman, tapi karena memang itulah passion kita. Menang atau kalah, setiap karya kita akan terus mengalami perbaikan selama kita terus menulis dan menulis tanpa bosan. Setiap karya juga akan menemukan takdirnya masing2. Jadi daripada sibuk lirik kanan kiri dan merasa lemah krn pencapaian orang lain, mending kita terus menulis dan belajar yuk.... Pencapaianmu tinggal di depan mata kok, yakin!” (sms-nya panjang, sama seperti status-statusnya di fb, dan aku suka :) ).
Ada banyak hal yang menarik dari seorang Lygia Pecanduhujan. Dan aku belum bisa menceritakannya secara detail di sini. Namun salah satu yang aku garis bawahi, jauh hari sebelum aku mengenal sosok Lygia, aku sangat terinspirasi oleh buku tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Yang aku petik hikmahnya dari kisah-kisah Andrea tersebut, adalah cara pandangku yang berubah dalam hidup. Hidup tak pantas dihadapi dengan keluhan. Sesulit apapun hidup bila kita memandangnya dari sisi positif pasti tak akan terasa sulit. Bahwa sepahit apapun hidup bila kita bisa menyikapinya dengan baik, maka yang pahit pun akan terasa manis.
Dan sekarang aku mengenal Lygia, yang hampir mirip melakoni hal yang sama seperti dalam buku-buku itu. Seorang perempuan hebat, seorang single parent yang kuat, seorang ibu rumah tangga yang juga penulis, peduli terhadap sesama, dan mau berbagi tentang apa saja yang dia alami untuk diambil hikmahnya bersama. Sekali lagi, aku terinspirasi.
Seperti kata-kata yang disukai Lygia: “Aku suka memperhatikan keajaiban dan hal-hal kecil di sekitarku....”. Dari kalimat itu akan muncul sikap penghargaan terhadap setiap hal yang melintasi hidup kita. Akan ada rasa syukur bila kita mau mencerna setiap kejadian, dan secara cerdas mengambil hikmah di dalamnya.
Membaca postingan mba, sepertinya mba sudah kenal dekat banget dengannya ya....
ReplyDeleteya kenal dekat di dunia maya aja, Mbak :) memang orangnya ramah dan super ceria :D
Deletemakasih, Mbak udah mampir...
wah anak-anaknya lucu-lucu
ReplyDeleteSalam kenal ya...
silahkan saya undang mampir juga ke blog saya mbak,, agan2 sekalian :-)
minta komentarnya heheehee
salam kenal kembali... terima kasih sudah mampir..
Deletehehe.. iya, anaknya-anaknya lucu-lucu (kok lostfokus, nih :) )
oke, ntar mampir, deh :)
mbak Diah Kusumastuti aku dah baca, makasi byk utk ini ya soalanya aku juga sedang menulis tentang teh Lygia Pecanduhujan. Sungguh beliau adalah perempuan luar biasa...
ReplyDeletemakasih juga mbak udah berkenan baca :) semoga tulisannya lekas kelar dan hasilnya oke ya mbak.. teh Lygia emang menginspirasi banyak orang, ya :)
Deleteiya bener, Mbak Lygia pecandu hujan itu seorang ibu yang tegar dan selalu ceria meski hati sedang lara. Dan aktifnya luar biasa. senang deh ada yang menulis figur beliau. aku juga suka dengan orangnya.
ReplyDeletemakasih mbak atas apresiasinya :) iya, meski super sibuk dan banyak cobaan yang menerpa, dia tetep ceria dan menikmati setiap kejadian-kejadian kecil yang dilaluinya.
Deletehemmm.. kita sama dong, Mbak.. dan sama juga dengan banyak orang yang menyukainya :)
Salut atas semua perjuangan mbak Lygia pecandu hujan..karena tak mudah menjadi single parent dan juga menjaga dan merawat penuh kasih sayang ke 3 anak2nya !! Semangat dan perjuangannya patut ditiru.
ReplyDeleteSalam kenal ya mbak Diah..dari aku, Dian di Malang :)
sama, Mbak, saya juga salut banget sama teh Gia.. memang tak mudah menjalani semua itu, butuh perjuangan dan keikhlasan yang besar..
Deletesalam kenal kembali, Mbak... kita deket nih.. seneng deh kalau main ke Malang, udaranya sejuk :)
Belajar tentang motivasi, atau mengambil energi positif dari siapa saja yang dikenal, baik hanya melalui dunia maya, Sangat bagus..., apalagi sosok Lygia adalah penulis, baik di status dan juga buku, tulisan2nya menghasilkan energi positif, Menulis adalah senjata yang ampuh dan sangat ampuh menyebarkan virus2 positif..
ReplyDeleteSemua peserta lomba rata2 menjadikan ibu sebagai inspirasi, dan tulisan ini juga termasuk salah satunya, karena sosok Lygia adalah juga seorang ibu dari 3 orang anak, sungguh hebat sang pecandu hujan ini, istilah ini syarat filosofi, mungkin seperti apa yang dialaminya, bahkan ketika suaminya pergi, salut dengan beliau... meski banyak yang bilang tulisan di status facebook ada yg jaga imaje alias sok baik...hehhehe...biarkanlah orang2 bicara begitu, yang penting kita tetap aja mengambil manfaat..
O iya salam sama Lygia sang pencandu hujan...*suka dengan nama ini,* tapi sayangnya ngak ada foto beliau ya?. :)
Itu paling atas fotonya Mbak Lygia kan ya? Cantik ya, awet muda :)
Delete@haerul: makasih mas udah mampir.. baca komen Anda seperti baca FF, nih :) kalimat terakhir kok mengagetkan ya.. lha itu gambar paling atas kan foto teh Gia? :D
Deletebenar, tulisan mempunyai kekuatan tersendiri untuk mempengaruhi orang lain. dan meski hanya lewat dunia maya, tentu kita dapat melihat mana yang jaga imej dan mana yang apa adanya, dari komen orang2 yang telah mengenalnya dan, dari tulisan-tulisannya itu sendiri.
btw, gimana ya nyampein salamnya, ga bisa mensen, nih :) insya Allah kapan-kapan ya...
@Anonim: yup... betul sekali :) makasih ya udah mampir...
Deletemembaca postingan mbak, saya makin semangat untuk menulis.. dan menulis.....
ReplyDeletesalam kenal
heheheh
makasih... kalau postingan ini bisa memberi pengaruh positif, alhamdulillah... keep on writing, yaa..
Deletesalam kenal kembali :)
kalau saya mah pecandu bantal mungkin hehehe...
ReplyDeletesetuju dengan rekan2 di atas, jadi semangat untuk terus menulis ni (walaupun cuma mengarang indah)
kunjungan perdana mbak...salam kenal :)
kunjungan perdana, makasih.. :)
ReplyDeleteyah walaupun cuma mengarang indah, tapi juga perlu keberanian dan keuletan, loh :) makasih juga kalo bisa jadi penyemangat buat nulis..
Salam kenal mba Dian kebetulan nama kita sama ya dian juga heeeheee, saya juga cukup mengenal teh Gia . Dan apa yang mba tuliskan sangat inspiratif membuat saya sebagai penulis pemula ingin terus berkarya dan dapat menghasilkan karya-karya yang bermanfaat untuk orang banyak seperti teh Gia ^_^
ReplyDeleteaih... mbak Dian lagi ngantuk ya mungkin? hehehhe... becanda mbak... tapi nama saya Diah, bukan Dian :)
Deletebtw salam kenal kembali... makasih mbak jika tulisan ini bisa menginspirasi. saya sendiri juga masih terus belajar, ingin menjadi penulis dengan karya-karya yang bemanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
mari belajar bersama, Mbak Dian :)