credit |
Taksi berhenti tepat di pintu masuk terminal keberangkatan Bandara Udara Juanda. Si lelaki segera membawa koper kecil beserta tas di punggungnya, berjalan di samping si perempuan. Si perempuan yang menenteng tas coklat barunya yang bersulam bunga-bunga cantik, tak berani mendahului langkah si lelaki. Selain karena perasaannya yang belum tertata rapi, ini adalah kali pertama dia menginjakkan kaki di bandara. Walaupun, si lelaki juga setali tiga uang. Namun demi menjaga nyali kelelakiannya, dia berusaha tampil berani, percaya diri, dan berwibawa.
Mereka berjalan menuju tempat check in, menimbang bagasi yang hanya berupa koper kecil dan sebuah tas, lalu menuju ruang tunggu. Mereka pun duduk berdampingan. Sangat dekat. Si perempuan nampak sibuk mengamati orang-orang yang duduk maupun lalu-lalang di ruangan itu. Sesekali dia juga memandang takjub beberapa pesawat yang landing maupun take off, meskipun hatinya tetap berada di samping si lelaki. Dan untungnya dia mempunyai kepercayaan diri yang lumayan tinggi, sehingga di sela-sela pandangan matanya yang tak tentu arah, dia keluarkan pula handphone jadulnya. Tak peduli berapa banyak orang yang memandangnya. Itu demi untuk mengurangi laju jantungnya yang kadang tiba-tiba berdesir keras. Si lelaki pun ternyata melakukan hal yang sama, dia nampak sibuk dengan handphone yang tak kalah ketinggalan jaman.
“Alhamdulillah, ya. Sebentar lagi kita akan take off,” kata si lelaki. Si perempuan hanya tersenyum tersipu diiringi kata “iya”.
Selanjutnya, tak banyak kata yang terucap, sama seperti sebelumnya. Si perempuan berbunga-bunga dalam hatinya, bersyukur tiada henti, mimpi untuk menaiki si burung besi itu tak disangkanya dapat terwujud di momen indah ini. Si lelaki tak jauh beda, tak pernah terbayangkan olehnya akan terbang untuk pertama kalinya, bersama seseorang yang teristimewa.
Hingga panggilan untuk take off itu terdengar. Mereka berjalan menuju lorong berkarpet merah. Si lelaki menggandeng tangan si perempuan. Si perempuan tak berani untuk sekadar memandang sekeliling, lalu ditepisnya tangan si lelaki dengan lembut. Si lelaki pun mencoba berganti melingkarkan tangannya di pinggang si perempuan. Pelan. Hanya menyentuh bagian pinggang dari blus batik yang dikenakan si perempuan.
Mereka pun bersiap terbang menuju Bandara Udara Soekarno Hatta, menuju ibu kota untuk memenuhi sebuah undangan istimewa. Mereka pun bersiap meraih asa dan cinta. Melanjutkan kembali untuk merajutnya di hari kedua pernikahan mereka....
(Bandara Udara Juanda, 07 Juni 2009)
*untuk Lampu Bohlam #13: Bandara Udara
:) :) :) Countdown to my 4th Anniversary :) :) :)
ihhh bulan madu yaaa?? ihirrr
ReplyDeletehihihi... bulan madu yang ga direncanakan, Mbak. Kado dari Allah :)
DeletePadahal awalnya undangan acara itu di bulan April, eh lha kok diundur tanggal 8 Juni 2009, 2 hari setelah pernikahan kami. Yang ngundang juga ga tau rencana pernikahan kami :)
waaaa so sweeeeet.......
ReplyDeleteSetiap orang pasti mempunyai kenangan yang so sweeeeeettt.... hehhe... bener kan, Mbak Latree?
DeleteSubhanalloh so sweaat Mba...
ReplyDeleteSalam
Astin
alhamdulillah mbak Atin... terima kasih udah rajin mampir ke sini :)
Delete