credit |
Hidup itu terus berjalan. Dan dari setiap langkah perjalanan itu, pasti meninggalkan jejak yang berbeda-beda. Kadang baik dan indah untuk dikenang, tapi banyak juga kenangan buruk atau memalukan. Nah, sekarang, saya mau cerita yang mana ya? Hehehe... saya pengin nulis yang santai saja, meskipun itu...... memalukan! :p Namun, semoga ada manfaatnya. Terutama untuk para muslimah ataupun pemuda muslim yang belum menikah.
Saya lagi ingin sedikit berbagi cerita tentang pergaulan saya di masa muda (hehe... sekarang udah tua yaa...). Lebih tepatnya, pergaulan dengan lawan jenis. Kalau masa-masa kecil hingga SMU mungkin tak perlu dibahas di sini, karena waktu itu saya belum mengerti dengan sungguh-sungguh bagaimana cara bergaul dengan baik dan benar dengan lawan jenis. Akhir-akhir SMU saya baru mulai memahami itu semua. Karena mulai saat itu, saya sering mengikuti kajian keislaman remaja.
Baiklah, saya akan tulis beberapa penggalan kisah di waktu muda (cieeee bahasanya :D ). Saya itu termasuk perempuan yang kurang laku (hiks!). Jadinya, seumur-umur saya nggak pernah ngerasain yang namanya pacaran. Kalau naksir cowok sih pernah, beberapa kali malah. Ya naksir, kagum, ngefans, atau apapun lah namanya. Yang jelas pernah ada beberapa nama cowok yang singgah di hati saya (cieeeee... :p ) Tapi saya cuma diem saja, menyimpan perasaan itu di dalam hati. Jadi ya mereka (mungkin) nggak tau dan nggak memberikan respon, hihihi.... Dan, memang dasarnya nggak jodoh, jadi ya nggak mungkin bersatu :p
Tapi kalau ditaksir orang, pernah juga, sih. Apesnya, mereka yang naksir saya itu tidak masuk dalam kriteria saya (hiks! lagi :p ). Misalnya sedikit cerita saya berikut ini.
Waktu kuliah dulu, saya lumayan aktif di organisasi kampus. Ketika di semester 5 saya masih menjadi pengurus inti. Di semester itu, tentu saja untuk urusan organisasi kampus saya termasuk yang senior. Di awal-awal tahun ajaran baru, banyak mahasiswa baru yang bertanya segala macam tentang organisasi kami. Saya termasuk salah satu yang kadang ikut terkena imbasnya.
Ceritanya, ada salah seorang mahasiswa baru yang lumayan kritis. Menurut teman cowok saya yang menjabat sebagai ketua, si anak baru ini sering sekali ngajak diskusi baik langsung maupun lewat telepon. Mungkin karena teman saya sudah capek melayani berbagai pertanyaannya, dia “melemparkan” si anak baru itu ke saya. Apes. Gimana nggak? Selain kritis, sebabnya dia itu cowok! Dan saya nggak terbiasa berdialog dengan cowok yang baru saja saya kenal. Selama ini, saya lebih sering berdialog dengan teman-teman perempuan. Kalaupun dengan cowok, ya paling dengan teman-teman sesama pengurus atau adik kelas yang sudah sering ketemu. Lagian, kok ya tega-teganya teman saya itu melemparkan si anak baru itu kepada saya. Mungkin teman saya itu ngikik lega di belakang saya :(
Yang bikin sebel, si adik kelas ini lama-lama sok akrab dengan saya. Katanya saya enak diajak ngobrol, kakak kelas yang dewasa, de el el (aihh,,, nggombal abis! :D ). Lalu seperti yang pernah terbersit di pikiran saya, dia lama-lama ngelunjak. Dia sering telepon, kadang juga sms-an. Dan anehnya saya juga mau aja melayaninya. Saya hanya takut dicap sombong kalau tak mau ditelepon atau tak membalas sms-nya. Tetapi ternyata, ketidaktegasan saya disalahgunakan olehnya. Dia telah berubah menganggap saya sebagai teman curhat, dia bilang sayang sama saya. Duhhhh!!
Bahkan pernah suatu hari di siang bolong, waktu saya berada di tempat kerja paruh waktu, dia telepon. Dia sok-sok perhatian menanyakan makan siang de el el. Lalu katanya, “Kak besok ke KBS (Kebun Binatang Surabaya), yuk! Jalan-jalan.”
“Sama Siapa?” tanya saya.
“Ya kita berdua aja.”
Haduuuuuhhh... Ini anak pengin saya jitak! (eh tapi nggak berani :( ). Berani-beraninya dia mengajukan ajakan itu! Setengah sebal setengah nahan tawa juga, sih. Masa sih kita mau jalan-jalan ke kebun binatang, berdua?! Hihihi... ga asyik banget :p . Nggak ada tempat lain apa? Eh, bukaaaan.... bukan masalah itu.... Lagian mana mau saya diajak begituan. Saat itu saya sudah mengerti agama, dan saya berusaha meminimalisir perbuatan-perbuatan yang melanggar syari’at agama. Saya tak mungkin mau berkhalwat (berduaan) bersama laki-laki yang bukan mahram saya. Kalau beramai-ramai dengan teman-teman, saya sih masih mau.
Perlahan saya pun menjauhi dia. Namun lagi-lagi, saya tak bisa tegas menolak setiap telepon atau sms dia. Saya hanya bilang, kalau ingin bertanya-tanya masalah organisasi, bisa berdiskusi dengan kakak-kakak lain, sesama laki-laki. Itu akan lebih baik. Saya meminta maaf kalau sering mengecewakannya. Saya terus menghindar, dan sepertinya dia mulai mengerti posisi saya.
***
Kali ini lain cerita. Setelah lulus kuliah, saya sempat bekerja di sebuah perusahaan kecil. Singkat cerita, ada seseorang yang melakukan pedekate pada saya. Awalnya dia nampak takut-takut atau lebih tepatnya berhati-hati sekali mendekati saya. Tapi nampaknya laki-laki kok sama saja, ya. Hehehe... Kalau pihak perempuan memberi kesempatan, dia akan melaju terus. Demikian pula yang terjadi pada saya.
Karena ketidaktegasan saya untuk menolak pendekatannya, maka diapun terus melakukan pendekatan. Hingga akhirnya dia mengaku kalau dia sayang sama saya, cinta sama saya (hahaha!). Bahkan dia mulai berani menyindir tentang pernikahan. Kalau dia seorang yang shalih, tentu saya akan pikir-pikir. Eh, tapi mana ada laki-laki shalih yang melakukan pendekatan macam dia, ya? Dia pengin menjemput-mengantar saya bekerja, berboncengan sepeda motor berdua, pengin ngajak saya makan berdua, pengin membelikan cincin (aiiihhhh.. serem amat!).
Tentu saja semuanya saya tolak. Sebenarnya saya muak dengan cara-cara dia, sebel setengah mati dengan semua itu. Tapi lagi-lagi saya hanya bisa menolak ajakan-ajakan dia dengan halus. Karena saya takut dicap sombong. Karena saya takut dijauhi teman-teman kerja! Tapi yang bikin saya lebih menyesal adalah, kenapa juga saya pernah mau dia hadiahi boneka panda? Bodoh sekali saya waktu itu! Memalukan! :(
***
Alhamdulillah, semua itu berakhir ketika ada seseorang yang berani melamar saya. Seseorang yang belum pernah saya kenal sebelumnya. Dia dikenalkan kepada saya oleh seorang teman baik dan saudara saya. Hanya butuh sekitar 3 bulan untuk ta’aruf (tanpa pernah berduaan), kami langsung menikah. Setelah menikah, saya baru sadar betapa buruknya apa yang telah saya lakukan sebelum itu. Terutama pada 2 kisah yang saya tuliskan di atas. Saya menyesal dan bertobat atas semua yang saya lakukan. Meskipun saya tak pernah sampai bersentuhan fisik (secara sengaja) dengan lawan jenis, atau berduaan dengan mereka, namun saya merasa hati saya telah kotor. Astaghfirullah....
Seharusnya saya bisa menjaga diri dan hati saya. Toh, saya telah tahu ilmunya. Saya telah rutin mengikuti kajian Islam setiap minggunya, saya pun telah banyak membaca tentang adab-adab bergaul dengan lawan jenis secara Islam. Harusnya, saya bisa lebih tegas dari awal. Kalau saya tak bisa berteman dengan cara-cara seperti itu. Bahwa saya ingin menjaga agama saya. Bahwa saya tak perlu membuang-buang waktu melakukan itu semua. Saya tak perlu bertelepon ria, sms-an, dan membuang-buang tenaga untuk memikirkan hal-hal yang tak perlu. Saya telah bermain api, meremehkan hal-hal yang seharusnya tak boleh saya remehkan, yang bisa mengantarkan saya pada siksa neraka. Na'udzubillahi min dzalik!
Saya tak mampu menolak dengan tegas hanya karena takut dicap sombong, dan selanjutnya takut tak laku :( . Padahal, Allah SWT telah berfirman dalam QS. Al-Isra’ ayat 32, yang artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”
Apa yang telah saya lakukan itu sudah termasuk mendekati zina: bertelepon ria, berpandang-pandangan (walau sebentar), mengobrol yang tak perlu dengan lawan jenis, dan sebagainya. Dan, saya menyesal telah membiarkan masuk hati seorang lelaki kepada saya. Membiarkan mereka mempunyai harapan lebih kepada saya. Penolakan yang halus ternyata kadang tak dimengerti oleh sebagian orang. Mungkin dalam pikiran mereka, itulah seninya mencintai. Mereka harus berjuang untuk melunakkan hati perempuan idamannya (cieeee.... :D )
Untuk para muslimah yang belum menikah, mungkin dari kisah-kisah saya ini bisa diambil pelajarannya. Jangan biarkan masa muda terbuang percuma untuk bergaul dengan cara yang salah. Hindari pergaulan yang bisa merusak hati. Kelak Anda hanya akan menyesal. Kasihan suami Anda kelak, bila hanya mendapatkan hati yang pernah singgah di hati yang lain. Hati yang pernah ternodai.
Masa muda akan lebih indah dan bermakna bila diisi dengan hal-hal yang positif, yang bisa menambah nilai diri di hadapan Allah SWT. Bergaullah dengan sesama muslimah, bikin kegiatan-kegiatan yang positif. Kalau merasa kesepian, alihkan pada kegiatan-kegiatan itu. Atau bisa juga dengan banyak membaca, agar ilmu semakin bertambah. Tak perlu berkecil hati bila tak pacaran seperti teman-teman yang lain, yang belum paham tentang agama. Kalau agama dan akhlaq Anda baik, maka yakinlah Allah SWT akan mengirimkan jodoh yang sekufu (selevel dalam hal agama) pula dengan Anda. Jangan takut tak mendapatkan jodoh gara-gara tak pacaran.
Untuk para pemuda muslim, hati-hati jika ada seorang muslimah yang (sepertinya) membukakan hatinya untuk Anda. Jangan percaya diri dan yakin dulu, siapa tahu dia cuma berpura-pura baik di hadapan Anda, padahal dia hanya tak punya cara untuk menolak Anda :)
"Artikel ini diikutkan sebagai peserta Fiesta Tali Kasih Blogger 2013 BlogS Of Hariyanto – Masuk Neraka Siapa Takut!!!???"
betul itu mak, ceritanya jadi mengingatkan masa muda saya yang hampir mirip...karena tak mau dicap sombong.....akhirnya nurut aja apa yang dikata di cowok, padahal itu dosa kan......hehehe....
ReplyDeletesemoga sukses ya mak
iya ya mak, padahal kalau sekarang dipikir, kalau kita tegas malah akan lebih baik kan dampaknya bagi kedua belah pihak :)
Deletemakasih mak, sama-sama semoga sukses juga :)
Tapi ada orang yang udah kita kasi tau secara halus g ngerti. Sampai kita sedikit keras juga masih gak ngerti2 :|
ReplyDeletewah ndableg itu ya namanya :D
Deletekalo gitu kita diem aja, dia mau ngapa-ngapain anggep aja kita ga tau :p
kembali ke diri masing2 ya mak...thanks for share
ReplyDeleteiya mak, saya sadar kok pemahaman agama tiap orang emang beda-beda juga sih :)
Deletemakasih juga udah mampir mak...
mana boneka pandanya mb hahaha
ReplyDeleteiyo bener, laki-laki nek dikasih celah itu akan maju
untung sampean punya jurus jitu buat menghindar ya :D
udah ilang mbak, ga tau ke mana :D
Deletelha, bener kan, udah pengalaman pasti :D
hehe... jurus jitu gimana, ya alhamdulillah Allah menyelamatkanku untuk tidak lebih jauh lagi berbuat dosa :)
Aduhhh jd Inget masa lalu... Hiks... Aku termasuk yg pernah ngalamin pacaran mbak.. Bbrp x malah.. Jd nyesel dehh Moga2 Allah mengampuni dosaku.. Amiinn... Btw sukses ngontesnya :)
ReplyDeleteaduhhh... mbak Muna ini jujur banget :) bagus itu mbak kalo kita menyadari kesalahan kita. saya juga nyesel banget, kadang merasa bersalah sama suami. tapi kan itu masa lalu ya, ga bisa diputar mundur kembali. yang penting kita udah bertaubat.
Deletemakasih mbak, sukses juga buatmu :)
alhamdulillah, terimakasih sudah berkenan berpartisipasi,
ReplyDeleteartikel sudah resmi terdaftar sebagai peserta..
salam santun dari Makassar :-)
alhamdulillah... terima kasih kembali..
Deletesalam dari Sidoarjo :)
Nice sharing pengalaman masa mudanya, belajar dari pengalaman bisa menjadikan diri menjadi lebih baik. Sukses ya untuk kontesnya,mbak :)
ReplyDeletemakasih mbak Christanty, bener mbak masa lalu (pengalaman) banyak memberikan pelajaran yang berharga.
Deletesukses juga untukmu mbak :)