Waktu itu hari Minggu, tanggal 19 Januari 2014. Sejak pagi saya sudah bersiap-siap untuk menghadiri sebuah acara di Surabaya. Seperti biasanya, kalau ada acara yang bertempat agak jauh, saya harus bersiap-siap sejak pagi, agar tidak terlambat sampai di tempat. Jarak rumah saya di Sidoarjo ke Surabaya juga lumayan jauh, sehingga saya harus berangkat satu jam sebelum jadwal acara dimulai.
Maklum, saya terbiasa pergi bertiga dengan suami dan anak, jadi kali ini pun saya akan diantar oleh mereka. Maka urusan memasak, mencuci, dan beberes rumah lainnya mesti saya lakukan terlebih dahulu, agar tenang sewaktu bepergian. Dan yang paling menyita waktu diantara persiapan lainnya adalah mengurus anak. Ya, waktu yang dibutuhkan untuk bernegosiasi soal mandi dengan si kecil bisa setengah jam sendiri. Harus ekstra sabar kalau tidak ingin bertambah lama waktunya gara-gara dia nangis dipaksa mandi. Harus ekstra pula menjaga mood saya agar tetap cool, yang ketika itu hamil enam bulan :).
Nah, persiapan sudah. Lalu, acara apa, sih, yang akan saya hadiri? Acara yang saya maksud adalah kopdar (kopi darat) dengan anggota komunitas online Ibu-bu Doyan Nulis (IIDN) Jawa Timur. Sebelumnya saya sudah beberapa kali mengikuti kopdar IIDN, namun yang menarik, kali ini founder IIDN akan hadir mengisi acara. Yang kedua, karena dalam kopdar kali ini ada materi parenting juga. Jadi saya pikir, kopdar ini akan menarik sekali, dan sayang untuk dilewatkan. Dan tentu saja, selain dua alasan tersebut, saya juga ingin bersilaturahmi kembali dengan teman-teman dari dunia maya yang tergabung dalam IIDN.
Sesampai saya di tempat acara, sudah banyak ibu-ibu yang datang. Dua pembicara pun sudah datang. Bahkan, founder IIDN teh Indari Mastuti sudah memulai acara dengan berbagi materi tentang bisnis dan penulisan. Sambil menyelam minum air, saya pun mendengarkan sharing teh Indari sembari ngobrol dengan ibu-ibu yang lain. Berbagi kabar, dan saling berkenalan dengan mereka yang belum saling kenal. Kalau tidak disambi begitu, kapan lagi kesempatan ngobrolnya? Kopdar kan untuk bersilaturahmi di dunia nyata? Waktu istirahat tidak cukup untuk mengobrol. Hehehe.. banyak alasan.
Banyak ilmu yang saya dapatkan dari sharing teh Indari juga dari teman-teman penulis. Tentang bagaimana berkomitmen dalam menulis, pantang menyerah, tidak mudah putus asa, bagaimana menulis yang efektif di sela kesibukan urusan rumah tangga, dan lain-lain. Demikain pula dalam materi yang kedua tentang parenting, juga tak kalah menarik. Materi yang dibawakan oleh salah seorang ahli parenting -mbak Noor Ruly Abyz Wigaty- ini berbicara mengenai belajar mendengar suara hati anak. Bagaimana kita sebagai orangtua bisa menghargai keinginan-keinginan anak, bagaimana meladeni pertanyaan-pertanyaan mereka, curhat mereka, dan lain-lain.
Setelah dua materi yang menarik usai, sudah makan siang pula, masih ada acara lain. Acara penghibur itu adalah bagi-bagi doorprize. Tentu saja, ibu-ibu senang dengan season seperti ini, terutama saya :D. Dan alhamdulillah, saya pun kebagian doorprize (saking semangatnya menjawab pertanyaan :) ). Doorprize yang dibagikan bermacam-macam. Saya kebagian yang bobotnya ringan, bungkusnya agak kecil. Apa, ya, isinya? Dari rabaan saya, sepertinya berupa kain. Saya penasaran, tapi belum tertarik membukanya di tempat acara.
Senengnya dapet doorprize :D |
Singkat cerita saya pun pulang bersama suami dan anak. Kami sengaja mampir di warung sate langganan kami. Maklum, saya jarang keluar rumah. Jadi sekali keluar, ya, biasanya sekalian jalan-jalan. Saya pun iseng membuka bungkusan doorprize dari acara tadi. Dan, saya dan suami tersenyum geli bersamaan. Ah, isinya kerudung mungil nan lucu. Berwarna hijau muda berpadu kuning cerah, berenda cantik dan berhias kupu-kupu di bagian belakang. Tapi, untuk siapa ya, kerudung anak itu? Kan anak saya laki-laki?
Kerudung mungil :) |
“Apa mungkin dede yang di perut ini perempuan, ya?” komentar suami sambil mengelus perut saya. Hehe.. saya pun berpikiran sama.
Ya, selama hamil enam bulan itu, saya belum pernah melakukan tes USG (ultra sonography). Kami pun tidak berharap (menginginkan) bayi yang saya kandung laki-laki atau perempuan. Apapun jenis kelaminnya kami selalu bersyukur menerima amanah dari Allah tersebut.
***
Bulan ketujuh kehamilan saya, atas anjuran bidan, saya melakukan tes USG. Bukan untuk mengetahui jenis kelamin tujuan utamanya, tetapi untuk mengetahui posisi bayi dan kesehatannya di dalam kandungan. Alhamdulillah bayi saya sehat walau posisi plasenta sebagian menutupi jalan lahir (cerita lengkapnya di sini). Dan tebak, apa jenis kelaminnya? Ya, perempuan!
Alhamdulillah, anak kedua saya memang perempuan, terlahir sehat melalui jalan normal. Kini usianya sudah lima bulan. Meski kerudung dari doorprize itu masih kebesaran untuk dipakaikan sekarang pada si kecil, tetapi kerudung itu seperti membawa sinyal dari Allah. Siapa yang mengatur skenario itu kalau bukan Allah? Meski rezeki itu nilainya tak seberapa, tapi dia hadir dengan manis menjelang kelahiran bayi saya.
Itulah keindahan dari silaturahmi. Saya selalu mendapat manfaat dari sebuah silaturahmi. Kali itu saya mendapat ilmu yang banyak, juga rezeki yang tak disangka.
Kadang, dari silaturahmi ada rezeki yang tak terduga. Kadang, rezeki itu amat manis hingga tak bisa terungkapkan dengan kata-kata. Ya, saya sulit mengungkapkan dan menggambarkan betapa ajaibnya rezeki yang saya terima itu. Sederhana tapi indah menurut saya. Berkah dari silaturahmi.
Tulisan ini diikutsertakan dalam
Berkah dari silaturahmi ya mak.
ReplyDeleteiyaa.. alhamdulillah.. :)
DeleteAlhammdulillah senengnya... Nanti klo kerudungnya sdh pas dan dipkai si dede' caem, pasti emaknya keingetan terus ma kopdarnya nih...berkesan bgt kan ya mbak Diah
ReplyDeleteTerrimakasih atas partisipasinya mbakk..
hihihi.. iya, Mbak.. alhamdulillah seneng...
Deleteterima kasih kembali, Mbak Irowati :)