Judul Buku : FIXIANO, Kumpulan Cerita Ian
Penulis : Gabriel Fabiano
Penerbit : Sinotif Publishing
ISBN : 978-979-18733-8-3
Cetakan : Pertama, Oktober 2014
Tebal : 144 halaman
Harga : Rp.60.000,00.
================================
================================
"Biarkan imajinasimu mengalir" (Gabriel Fabiano)
Siapakah Gabriel Fabiano? Dia biasa dipanggil Ian, seorang anak kelas 6 SD yang berusia 11 tahun. Yang membuatnya berbeda dari anak-anak yang lain, Ian ini mampu menulis cerita-cerita anak yang penuh imajinasi. Ya, dialah penulis cilik yang telah membukukan cerita-cerita fiksinya dalam buku "FIXIANO, Kumpulan Cerita Ian".
Saya seperti tak percaya, kalau buku ini karya seorang anak SD. Pasalnya, imajinasinya yang liar terangkum dalam cerita-cerita yang apik. Bagaimana ia menciptakan tokoh, nama-nama yang unik dan sesuai, alur yang bagus, de el el yang membuat cerita-ceritanya menarik dan pembaca ingin menikmatinya hingga akhir. Tapi begitulah kenyataannya :).
Seperti dalam cerita "The Watermelon Bell", dikisahkan tentang Arnold dan Alexa yang merupakan dua sahabat baik. Mereka berdua pernah bermain di menara tempat “The Watermelon Bell” berada. Pada suatu hari mereka berdua berjanji akan bertemu kembali saat usia mereka 20 tahun, untuk berlomba adu cepat membunyikan lonceng itu.
Ketika usia mereka telah 20 tahun, perlombaan pun dilaksanakan. Tapi ternyata, bunyi lonceng itu mempunyai kutukan, Alexa yang kalah dalam perlombaan itu dikutuk menjadi sebatang bunga dandelion. Tentu saja Arnold sangat sedih. Perjuangan demi perjuangan pun dilakukan Arnold agar Alexa kembali menjadi seperti semula.
Cerita di atas bergenre fanfiction, jadi ada imajinasi tentang sihir dan semacamnya. Saya yang orang dewasa saja nggak bisa lho buat cerita semacam itu (karena bukan penggemar fanfiction juga, sih :) ). Banyak cerita lain yang bergenre serupa, seperti pada cerita "Inked", "Melody Fog", "41st Century", dan lain-lain. Tapi ada juga kisah-kisah tentang binatang yang bagus sekali. Seperti cerita "Kanguru Tanpa Kantung" atau "Dance of The Piggy".
Buku ini berisi 15 cerita fiksi karya Ian. Cerita-cerita fiksi khas anak-anak tersebut mempunyai nilai-nilai perjuangan, kasih sayang, kerjasama, dan persahabatan. Untuk mempertegas pesan moral yang ada pada tiap cerita, di setiap akhir cerita Ian memberikan pesannya. Pesan-pesan yang tentu saja mengajak pembaca untuk melakukan kebaikan. Bukunya ini juga semakin lengkap dengan adanya ilustrasi menarik di tiap cerita.
Untuk ukuran penulis cilik, Ian memang tergolong anak yang sangat cerdas mengolah kata menjadi cerita yang asyik dibaca. Tapi kita sebagai orang dewasa yang membacanya, tentu masih ada beberapa kekurangan, seperti logika cerita yang kadang kurang logis, atau ada beberapa bagian cerita yang masih "bolong". Dan bagi saya pribadi, saya kurang setuju kalau memasukkan cerita tentang pernikahan dan semacamnya dalam cerita anak, seperti yang dituliskan Ian dalam cerita "Beautifly". Bisa sih cerita semacam itu dimasukkan, tapi tak perlu dengan adegan mau ngasih cincin plus bilang "Will you marry me?". Hehehe... ntar anak-anak jadi lebih cepet dewasa dong kalau sering baca yang begituan :).
Itu sekadar pendapat dari saya, semoga ke depannya karya Ian menjadi lebih bagus lagi. Dan tentu saja, harapan saya semoga akan lebih banyak lagi lahir penulis-penulis cilik yang berkualitas di Indonesia. Karya Ian ini bisa menjadi pendorong bagi anak-anak Indonesia untuk berani berimajinasi tanpa batas, dan menciptakan karya dari imajinasi itu sendiri, entah itu berupa tulisan, gambar, dan sebagainya. Karena dari imajinasi, kreativitas akan semakin berwarna.
Oh ya, buku ini juga mendapat kata pengantar dari kak Seto, lho, yang kita tahu adalah sosok kondang pemerhati anak di Indonesia yang juga ketua KPAI. Juga ada endorsement dari beberapa penulis seperti Rachmania Arunita (penulis novel "Eiffel... I'm in Love"). Tentu saja, penulis cilik yang berbakat seperti Ian perlu mendapat dukungan dari sosok-sosok yang berpengaruh, agar terus berkembang lebih baik lagi.
Cerita di atas bergenre fanfiction, jadi ada imajinasi tentang sihir dan semacamnya. Saya yang orang dewasa saja nggak bisa lho buat cerita semacam itu (karena bukan penggemar fanfiction juga, sih :) ). Banyak cerita lain yang bergenre serupa, seperti pada cerita "Inked", "Melody Fog", "41st Century", dan lain-lain. Tapi ada juga kisah-kisah tentang binatang yang bagus sekali. Seperti cerita "Kanguru Tanpa Kantung" atau "Dance of The Piggy".
Buku ini berisi 15 cerita fiksi karya Ian. Cerita-cerita fiksi khas anak-anak tersebut mempunyai nilai-nilai perjuangan, kasih sayang, kerjasama, dan persahabatan. Untuk mempertegas pesan moral yang ada pada tiap cerita, di setiap akhir cerita Ian memberikan pesannya. Pesan-pesan yang tentu saja mengajak pembaca untuk melakukan kebaikan. Bukunya ini juga semakin lengkap dengan adanya ilustrasi menarik di tiap cerita.
 |
| Ilustrasi yang menarik, bikin tambah semangat bacanya :) |
Untuk ukuran penulis cilik, Ian memang tergolong anak yang sangat cerdas mengolah kata menjadi cerita yang asyik dibaca. Tapi kita sebagai orang dewasa yang membacanya, tentu masih ada beberapa kekurangan, seperti logika cerita yang kadang kurang logis, atau ada beberapa bagian cerita yang masih "bolong". Dan bagi saya pribadi, saya kurang setuju kalau memasukkan cerita tentang pernikahan dan semacamnya dalam cerita anak, seperti yang dituliskan Ian dalam cerita "Beautifly". Bisa sih cerita semacam itu dimasukkan, tapi tak perlu dengan adegan mau ngasih cincin plus bilang "Will you marry me?". Hehehe... ntar anak-anak jadi lebih cepet dewasa dong kalau sering baca yang begituan :).
Itu sekadar pendapat dari saya, semoga ke depannya karya Ian menjadi lebih bagus lagi. Dan tentu saja, harapan saya semoga akan lebih banyak lagi lahir penulis-penulis cilik yang berkualitas di Indonesia. Karya Ian ini bisa menjadi pendorong bagi anak-anak Indonesia untuk berani berimajinasi tanpa batas, dan menciptakan karya dari imajinasi itu sendiri, entah itu berupa tulisan, gambar, dan sebagainya. Karena dari imajinasi, kreativitas akan semakin berwarna.
Oh ya, buku ini juga mendapat kata pengantar dari kak Seto, lho, yang kita tahu adalah sosok kondang pemerhati anak di Indonesia yang juga ketua KPAI. Juga ada endorsement dari beberapa penulis seperti Rachmania Arunita (penulis novel "Eiffel... I'm in Love"). Tentu saja, penulis cilik yang berbakat seperti Ian perlu mendapat dukungan dari sosok-sosok yang berpengaruh, agar terus berkembang lebih baik lagi.
ReplyDelete