Pagi itu saya bangun sekitar pukul empat pagi. Saya langsung menuju kamar mandi untuk mandi sekaligus wudhu. Setelah mandi dan menunaikan shalat shubuh, saya kembali merapikan barang-barang yang telah saya masukkan ke dalam dua tas semalam. Meneliti kembali barang-barang apa saja yang mungkin tertinggal. Setelah itu, saya bangunkan kedua anak saya. Mereka juga harus mandi! Sementara itu suami menyiapkan sepeda motor andalan kami. Memanasi mesinnya, juga memeriksa kembali apakah ada yang kurang maksimal kondisinya.
Yap, hari itu kami akan mudik!
Alhamdulillah anak-anak cukup kooperatif dalam persiapan mudik di pagi itu. Apalagi si kakak, dia sudah mengerti bagaimana rasanya pulang kampung. Dia antusias sekali ingin segera bertemu dengan nenek dan saudara-saudaranya. Sedangkan si adik ikut senang kalau kakaknya senang :D dia ikut wara-wiri mempersiapkan ini dan itu untuk mudik.
Sebenarnya kami ingin mudik sepagi mungkin. Kalau bisa setelah shubuh, agar tidak terjebak macet di jalan dan segera sampai di kampung halaman. Kami tinggal di Sidoarjo sedangkan kampung halaman suami ada di Nganjuk. Jika lancar, perjalanan cukup ditempuh dalam waktu 2 hingga 3 jam. Tapi karena saat itu keluarga kakak saya sedang bertamu dan menginap di rumah kami, maka saya pun ikut membantu ibu untuk mempersiapkan sarapan dan lain-lain (bapak ibu serumah dengan saya). Sehingga saya buat slow saja persiapan pagi itu.
Pukul 06.30, semua sudah sarapan dan sudah rapi, pertanda siap untuk melakukan “perjalanan jauh” alias mudik. Semua ada di depan rumah. Saya bersama suami dan anak-anak, juga bapak ibu dan keluarga kakak saya. Semua melepas kepergian kami dengan pesan “hati-hati di jalan” dan semacamnya. Keluarga kakak yang sudah biasa naik mobil ke mana pun termasuk ke rumah kami saat itu, seperti merasa kasihan karena kami mudik dengan menggunakan sepeda motor. Kasihan karena kami akan naik sepeda motor dengan membawa 2 anak kecil dan 2 tas yang lumayan besar.
Kurang lebih seperti inilah penampakan kami. Tapi saya gak bawa tas gendong gitu lho, punggung saya free! Hehe.. Ini hasil njepret di jalan :) |
Saya pun hanya bisa mencandai ponakan (anaknya kakak),
“Kak Hafiz gak pernah, kan, mudik pake sepeda motor gini? Sekali-kali ajak ayah bunda naik sepeda motor, yaa…”
Hihihi… kalau sudah punya mobil, ya, mana mau mudik memakai sepeda motor? Kurang kerjaan aja, ya :D
Terdengar pula suara ibu di belakang kami yang lagi ngobrol sama besannya,
“Lha iya, Bu, saya tuh kadang enggak tega kalau mereka mudik. Udah bawa anak 2, bawaannya banyak….”
Lha gimana to, Buk.. Mau beliin mobil buat anakmu ini? Hihihi..
Sekilas terbersit juga rasa “kepingin” punya mobil sendiri. Sehingga kalau bepergian jauh seperti mudik bisa naik mobil. Anak-anak nyaman, enggak kehujanan atau kepanasan, enggak rempong bawa barang bawaan yang banyak pula. Tapi keinginan itu saya simpan kembali. Ya, maybe someday... Jika Allah sudah mengizinkan, mungkin akan dipermudah jalan untuk itu :).
Akhirnya kami pun berangkat sekitar pukul 07.00 kurang sedikit. Dengan bismillah kami berangkat, dan dengan perasaan gembira kami siap menikmati perjalanan mudik itu. Saya sih enjoy saja mudik dengan sepeda motor. Sudah 6 kali saya dan suami mudik, baik sebelum punya anak, punya anak satu, hingga punya dua anak. Kami sudah terbiasa melakukannya, dan kami selalu menikmati setiap perjalanan itu.
Mampir di warung lesehan untuk rehat sejenak dalam perjalanan mudik :) |
Tapi tak dipungkiri, terutama setelah mempunyai dua anak, kami pun ingin mempunyai mobil pribadi. Siapa, sih, yang tak ingin mudik dalam keadaan lebih nyaman? Namun kenyamanan tergantung yang menikmati pula, sih. Saya bersyukur punya sepeda motor, sehingga bisa mudik dengannya. Karena saya tambah enggak betah jika mudik naik bus. Selain kadang mabok, kami pun tak bisa berhenti sesuka hati untuk istirahat. Naik kereta api? Rumah kami jauh dari stasiun kereta! Yah, sungguh menyenangkan mudik dengan sepeda motor! :)
Mungkin bagi yang sudah punya mobil, ada keinginan untuk bepergian dengan mobil yang lebih bagus, dengan fasilitas-fasilitas yang membuat lebih nyaman. Begitulah manusia, sudah fitrahnya seperti itu, selalu merasa kurang puas. Namun jika nafsu keduniaan itu dapat ditekan dengan cara lebih banyak bersyukur, tentu akan lain ceritanya. Belum tentu juga, kan, jika kami punya mobil kami akan bahagia, nyaman pergi ke mana-mana? Belum tentu!
Mungkin bagi yang sudah punya mobil, ada keinginan untuk bepergian dengan mobil yang lebih bagus, dengan fasilitas-fasilitas yang membuat lebih nyaman. Begitulah manusia, sudah fitrahnya seperti itu, selalu merasa kurang puas. Namun jika nafsu keduniaan itu dapat ditekan dengan cara lebih banyak bersyukur, tentu akan lain ceritanya. Belum tentu juga, kan, jika kami punya mobil kami akan bahagia, nyaman pergi ke mana-mana? Belum tentu!
Jadi, hingga saat ini pun kami belum mempunyai mobil. Entah kapan punyanya :). Namun, kami belajar untuk terus bersyukur atas apa-apa yang kami punya. Menikmati setiap peristiwa, setiap proses kehidupan, atas apa-apa yang kami punyai. Mudik dengan sepeda motor juga banyak enaknya, lho. Pertama, kami dapat menikmati udara segar di perjalanan. Kedua, kami bisa berhenti untuk beristirahat kapan saja dan di mana saja. Ketiga, kami lebih leluasa dalam memilih jalan. Bentuk sepeda motor yang kecil tentu saja lebih mudah untuk menyalip kendaraan lain atau melewati jalan-jalan sempit. Resiko terjebak macet pun jadi lebih kecil.
Jeprat-jepret di jalan untuk menghilangkan kejenuhan :D |
Kami sampai di kampung halaman, Nganjuk, sekitar pukul 11.00, dikarenakan mengalami sedikit kemacetan di jalan. Tapi kami tetap ceria, karena kami menikmati perjalanan itu. Bahkan saya seringkali asyik mengambil gambar/jeprat-jepret di jalan untuk menghilangkan kantuk dan jenuh sekaligus mengabadikan momen-momen unik.
Persiapan mental saat mudik ternyata juga sangat berguna, lho. Berangkat dari rumah dengan hati gembira, maka rintangan yang ada dalam perjalanan pun kami hadapi dengan santai dan gembira pula. Diantara kami tak ada yang marah-marah atau kesal saat mengalami macet. Anak-anak pun alhamdulillah tidak rewel. Bayangkan jika kami kesal, dalam kondisi badan yang lumayan capek, sedangkan perjalanan masih jauh, tentu perjalanan yang tersisa akan sangat membosankan, bukan?
Persiapan mental saat mudik ternyata juga sangat berguna, lho. Berangkat dari rumah dengan hati gembira, maka rintangan yang ada dalam perjalanan pun kami hadapi dengan santai dan gembira pula. Diantara kami tak ada yang marah-marah atau kesal saat mengalami macet. Anak-anak pun alhamdulillah tidak rewel. Bayangkan jika kami kesal, dalam kondisi badan yang lumayan capek, sedangkan perjalanan masih jauh, tentu perjalanan yang tersisa akan sangat membosankan, bukan?
Maka, segala sesuatunya memang sebaiknya disikapi dengan rasa syukur yang dalam. Termasuk saat mudik dengan kondisi yang kurang ideal. Mau mudik naik bus, kereta api, sepeda motor, mobil, atau apapun, yang penting bagaimana kita menyikapinya, menikmatinya. Ambil sisi positif dan manisnya, maka yang pahit enggak akan terasa :). So, bagaimanapun kondisinya, nikmati saja perjalanan mudikmu! :).
Artikel ini diikutsertakan dalam #GiveAwayLebaran yang disponsori oleh Saqina.com, Mukena Katun Jepang Nanida, Benoa Kreati, Sanderm, Dhofaro, dan Minikinizz
kalo saya biasanya ga tahan sama macetnya kalo mudik, tapi tetep seneng karena mau ketemu keluarga besar
ReplyDeleteDemi ingin ketemu keluarga besar, kemacetan saat mudik tak dirasa dong, Mak :)
DeleteYanh terpenting menikmati perjalanannya mak. Mudik emang uda jadi budaya ya.
ReplyDeleteIya, Mak. Perjalanan mudik harus dinikmati, biar enggak bete :)
Deletekalo aku sih kagak tahan buat macet-macetan apalagi pas mudik... semoga menang GA nya :D
ReplyDeleteBerarti kalo lagi macet pilih berhenti di warung dulu ya, Mas. Hihihi... aamiin.. makasih doanya :)
Delete*dianggep doa*
terimakasih banyak, sangat membantu sekali...
ReplyDeleteSama-sama :)
Deletekalo naik mobil macet gak bisa kemana-mana mak, diem aja pasrah.. kalo motor kan gampang nyelip kemana-mana hihihi :D
ReplyDeleteoya mak diah, salam kenal yaa.. makasih udah ikut #GiveAwayLebaran :)
sering-sering yaa main ke blog aku www.heydeerahma.com..
=Dee=
Nah, itu, saya pernah naik mobil trus macet, beteeee banget rasanya, Mak. hehehe...
Deletesalam kenal kembali, Mak Dee.. makasih juga.. iya Insya Allah :)
setuju banget..
ReplyDeleteapapun kondisi mudik ya nikmatilah, meski bermacetan ria yaa :v
yang penting meski badan lelah letih ktemu saudara2 jadi ilang deh
Yup, kalo gak dinikmati trus emang maunya gimana ya, Mak.. Mau balik lagi ke rumah? Hihihi...
Delete