Teman-teman pasti masih ingat, beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 14 Januari 2016, telah terjadi ledakan bom di Plasa Sarinah Jakarta. Sesaat warga masyarakat khususnya yang dekat dengan lokasi kejadian menjadi takut, khawatir, dan merasa tidak aman dan nyaman. Beberapa detik kemudian muncul berbagai pemberitaan di media massa maupun perorangan secara offline dan online, yang menjadikan kekhawatiran semakin meluas bukan saja di sekitar lokasi kejadian tetapi di seluruh Indonesia.
Kekhawatiran dan ketakutan diakibatkan dari banyaknya live report yang beredar berikut foto-foto maupun video yang diunggah ke media sosial. Masyarakat menjadi ketakutan, jangan-jangan akan ada lagi teror bom berikutnya. Di sini, di sana, atau di mana?? Dari kejadian tersebut muncul pula spekulasi-spekulasi tentang latar belakang kejadian, tujuan, dan sebagainya yang diterbitkan oleh berbagai portal berita. Sebagian masyarakat pun kian resah.
Bukan kali ini saja hal tersebut terjadi. Peristwa-peristiwa bom bunuh diri yang beberapa kali terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, sering membuat resah warga masyarakat. Keresahan dimunculkan oleh beredarnya berbagai pemberitaan yang kadang kebenarannya masih diragukan. Kadang muncul berita A yang membuat resah, eh, ternyata itu cuma hoax (berita palsu) belaka. Dari informasi beberapa teman, jika kita sebagai warga ikut aktif menyebarkan detail aksi maupun foto-foto/video korban “teror” yang menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran, buat pelaku itu akan menjadi materi viral yang bisa dijadikan patokan kesuksesan sebuah aksi. Mengerikan, bukan?
Hebatnya Dampak Sebuah Pemberitaan
Selain aksi bom bunuh diri, akhir-akhir ini kita juga banyak disuguhi oleh berita atau isu-isu terkait SARA. Teman-taman pasti juga tahu berita tentang sandal bertuliskan lafaz ”Allah” dalam tulisan Arab, atau sepatu dengan kasus yang sama, kerudung bergambar orang tanpa busana, dan lain-lain yang memicu kemarahan sebagian warga masyarakat.
Lagi-lagi, berita-berita seperti itu semakin meluas dan berdampak negatif dalam kehidupan bermasyarakt kita dikarenakan peran dari pemberitaan di media massa maupun media sosial. Apalagi, media sosial yang kini bisa dijangkau oleh semua kalangan masyarakat, memberikan akses yang mudah untuk mengonsumsi isu-isu seperti itu. Banyak orang menjadi resah, banyak pula yang terpancing untuk protes.
Di negara yang berdemokrasi Pancasila ini kebebasan berpendapat memang dibuka lebar-lebar. Berbagai media massa bebas menyuarakan visi-misinya melalui berita-berita yang diterbitkannya. Media massa baik offline atau online pun akan menampung berbagai opini masyarakat. Dan, kebebasan berpendapat semakin mendapat tempat manakala teknologi memfasilitasinya dengan nyaman. Ada internet, di mana warga masyarakat secara personal pun bisa membuat website atau blog sendiri untuk menampung berbagai opininya.
Positifnya, opini masyarakat dapat tersalurkan dengan baik melalui berbagai media. Namun dampak negatifnya, berbagai opini tersebut sangat berperan membentuk opini baru di kepala jutaan masyarakat lainnya. Pemberitaan atau opini sangat mampu mempengaruhi masyarakat, baik positif maupun negatif.
Peran Blogger untuk Perubahan yang Lebih Baik
Ketika pertama kali saya membuat blog ini, tak ada pikiran lain kecuali untuk memanfaatkan blog sebagai tempat menampung berbagai cerita keseharian maupun opini pribadi saya. Namun semakin hari dengan terbukanya mata saya pada banyak konten-konten blog, saya baru menyadari bahwa blog bisa pula mempengaruhi pembacanya melalui kontennya. Saya baru menyadari, bahwa blog juga merupakan bagian dari jurnalisme.
Konten sebuah blog, bisa membentuk opini baru bagi pembacanya. Di sisi lain, blog bisa memberikan manfaat karena ilmu yang tertuang di dalamnya, pengalaman blogger yang memberikan pelajaran bagi banyak orang, memberikan sudut pandang berbeda akan suatu permasalahan, namun juga bisa berpotensi meresahkan masyarakat.
Banyak konten blog yang turut mengupas berita-berita yang sedang “hot”. Isu-isu seputar SARA seperti tersebut di atas pun kadang turut dikupas (entah sudah jelas kebenarannya atau belum). Banyak pula konten blog yang mengandung kontroversi. Misalnya di kalangan blogger perempuan tentang “mom war” yang sepertinya tak pernah usai. Antara ibu bekerja versus ibu rumah tangga, anak dengan ASI versus anak dengan susu formula, dan sebagainya. Masing-masing seperti tak mau kalah dalam mempertahankan argumentasinya.
Menurut saya, hal-hal seperti itu hanya menguras energi. Untuk apa menanggapi isu-isu yang berkembang, yang bisa jadi justru membuat pelakunya semakin senang karena dampak dari “teror”-nya berhasil menguras energi kita? Berhasil mengalihkan perhatian dari mengurusi hal-hal yang lebih besar dan penting? Daripada berspekulasi macam-macam, lebih baik energi tersebut kita salurkan untuk menulis hal-hal yang lebih bermanfaat. Atau, untuk apa terus membahas “mom war”, bukankah lebih baik menulis tentang tumbuh kembang anak, catatan sekolah anak, dan semacamnya?
Setiap kepala memang mempunyai opini yang sangat mungkin berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Tak ada larangan untuk menuangkan buah pikiran kita dalam tulisannya masing-masing. Tapi tak perlulah kita ngotot mempertahankan pendapat demi memuaskan ego kita pribadi, dengan menyalahkan pihak lain.
Kata orang, perbedaan itu indah. Tapi, dengan catatan jika perbedaan itu mampu memperkaya khasanah pemikiran kita. Namun jika perbedaan justru membuat semakin resah, bukankah lebih baik kita “move on” dari “perang beda pendapat” tersebut?
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfaal: 46).
Saya yakin lebih banyak hal yang perlu kita tulis untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Bagaimana mendidik anak-anak, bagaimana mendidik generasi muda kita, masalah pertanian, ekonomi, kemiskinan, dan sebagainya. Menulis secara positif saja, tak perlu menunjuk pihak-pihak lain sebagai pelaku kesalahan. JADILAH BENAR TANPA MENYALAHKAN. Mungkin ungkapan itu pantas diterapkan.
Saya sendiri ingin terus menulis sembari belajar bagaimana menyuguhkan tulisan yang bermanfaat. Dari pengalaman sehari-hari, saya mencoba membalutnya dengan ilmu pengetahuan dan membagikannya kepada pembaca dengan harapan ada manfaat yang bisa diambil. Mencoba obyektif memang sulit. Tapi terus berusaha untuk itu, tentu lebih baik, bukan?
Mari, sebagai blogger kita sama-sama terus berkarya melalui tulisan untuk membantu mengubah wajah Indonesia menjadi lebih baik. Mengubah pola pikir masyarakat ke arah yang positif. Jangan biarkan energi kita habis untuk membahas isu-isu yang justru (mungkin) akan ditertawakan oleh pihak-pihak yang ingin membuat negeri tercinta kita ini hancur (na’udzubillahi min dzalik). Mari buat konten blog yang positif, yang nyaman untuk dibaca. Mari berkarya untuk perubahan meski dalam segala perbedaan. Be a positive blogger!
Mari sejenak kita simak lagu "Indonesia Pusaka" ciptaan Ismail Marzuki ini...
Indonesia, adalah pusaka abadi dari nenek moyang kita,
mari kita jaga bersama.
Indonesia, tempat berlindung di hari tua, tempat akhir kita menutup mata,
maka jangan biarkan tanah air ini rusak
hingga tak bisa kembali
menjadi pusaka
bagi generasi penerus kita.
Mari, berkarya untuk perubahan yang lebih baik.
Mari, berkarya untuk perubahan yang lebih baik.
~***~
Tulisan ini diikutsertakan dalam "Lomba Blog #4TahunKEB"
semoga terus bisa menebarkan hal-hal positif ya mba.
ReplyDeleteAamiin.. insya Allah, Mbak :)
Deletebetul mba, memberikan hal yg bermanfaat dan bernilai positif akan lebih baik, kitapun tenang.
ReplyDeletelagu Indonesia Pusaka selalu berhasil membuat saya nangis
Iya, Mbak, kita akan tenang gak terkuras energinya karena debat :)
DeleteSaya juga terharu kalo denger lagu itu..
Yuk menyebar kebaikan dan tetap berteman *saya juga ngaku2 teman, Mak biar impas yah hihi*
ReplyDeleteHayuk, Mak. Hihihi... kok impas-impasan :D
Deletesaya juga masih belajar untuk jd blogger yg lebih baik lagi mba :)
ReplyDeleteKita sama-sama belajar ya, Mbak :)
Deleteayo saling menyebarkan hal positif :) :)
ReplyDeleteayo saling menyebarkan kebaikan dan hal positif Mbak :)
ReplyDeleteMari, Mbak. Kita sama-sama melakukan itu melalui blogging :)
Deleteayo saling menyebarkan kebaikan dan hal positif Mbak :)
ReplyDeleteSetujuuuu, tulisan positif akan menebarkan kebaikan
ReplyDeleteBetul, Mbak. Seperti tulisan-tulisannya Mbak Windi juga :)
DeleteBetul banget.. Blogger harus bisa menyeimbangkan berita2 mainstrem ya
ReplyDeleteIya, Mbak. Dimulai dari kita, ya. Biar adem yang baca :)
DeleteInspiratif bgt tulisannya mak, setuju ;)
ReplyDeleteMakasih, Mak Irma cantik :)
Deletesayangnya kita lebih senang berita yang bombastis bu
ReplyDeleteWah, kebanyakan emang gitu, ya? Tapi bombastis yang positif kan bisa juga sih ya? :)
DeleteYg begitu yg bikin org penasaran kali yak, begitu ini apaaaa sih :D
ReplyDeleteHayoo... begitu gimana? hihi... yang bombastis, ya, Mbak? yang judulnya bikin penasaran.... :D
Deletesyelalu, tulisan dikau syelalu cakep, sipsip
ReplyDeleteAiihh, dipuji Mama Ken. Asyikkk :D
DeleteMakasih, Mbak. Tulisanmu juga enak dibaca, kok :)
bener tuh mak kita memang jangan terburu2 emosi. sukses yaa aku ga sempet ikutan. no idea
ReplyDeleteIya, Mbak. Emosi sesaat akibatnya enggak baik :)
DeleteMakasih, Mbak. Iya smg lain kali bisa ikutan eventnya KEB ya :)
Klo ada war aku kepo, tp gak mau ikutan
ReplyDeleteHehehe... Rupanya tingkat kepomu tinggi ya, Jiah :D
DeleteIyalah, ngapain war2an. Aku juga gagal paham :)
ReplyDeleteWah, gagal paham atau males memahami ya, Mbak? Hehe...
DeleteMenjadi blogger positif memang penting banget.
ReplyDeleteCuma yang bikin gemes postingnnya orang yang tidak tahu latar belakang persoalannya ikut-ikut postingan blog. Kadang yang punya blog juga tidak perduli dengan ini berita dan komen yang diberikan bahkan tidak pernah merespon. Yang penting trepik blog naik.
Amit-amit ya..
Blog adalah harga diri penulisnya, meski nama yang punya blog mungkin bisa disamarkan.
Saya kira harga diri dan nama baik seorang blogger ada pada kontennya, bukan pada blog itu sendiri.
Makanya itu, kadang gemes ya kalau liat postingan seperti itu. Asal nge-post aja tapi enggak bertanggung jawab (ngerespon tanggapan pembaca).
DeleteIya bener itu, harga diri dan nama baik blogger tergantung sama konten blognya.
Terima kasih responnya :)
keren artikelnya...
ReplyDeleteMakasih :)
DeleteAdem.. ketika membacanya mbak.
ReplyDeleteSaya juga sedih jika ada momwar atau Blogger yg memaksakan diri menulis kontroversi agar ngehitz. Juga jika ada momwar. Kepala boleh sama bentuknya, isinya beda2. Wayang satu box saja beda2 watak dan perannya... apalagi teman yg bertemu krn satu kepentingan bersama.
Hayuk, Mbak Diah. Let's be positive blogger. Sepakat dengan tulisan dan pemikirannya. :)
ReplyDeleteBe positif bogger dan produktif menulis * selfreminder*
ReplyDelete"JADILAH BENAR TANPA MENYALAHKAN" suka banget dengan penggalan kalimat tersebut, mak. terima kasih sudha berpartisipasi ya
ReplyDelete