"Aku pengen ke gunung…”
“Ayo ke gunung…”
“Ayo, Bii… Aku pengen…..”
Begitu rengekan Faiq tiap kali kami jalan-jalan pagi. Seolah mendapat dorongan kekuatan kasih sayang, (halah…) akhirnya pagi itu sepeda motor kami bergerak perlahan tapi pasti ke arah gunung!
Yap, seperti biasa, tiap hari Minggu pagi kami sekeluarga sering jalan-jalan di sekitar rumah. Tapi, kadang bukan hanya sampai di sekitaran kampung saja, melainkan sampai radius puluhan kilometer. Hehehe… Dan pagi itu, berangkat dari rumah sekitar pukul 06.30, suami dengan yakin mengemudikan sepeda motor ke arah selatan, di mana terpampang view pegunungan yang memanjakan mata.
“Mau ke mana, sih, Bi? Kok, ke selatan terus?” tanya saya penasaran bercampur deg-degan. Ya iyalah, secara saya tak membawa bekal apa pun.
“Ke Pacet,” jawab suami singkat.
Ha?? Pacet, Mojokerto??
Saya saat itu hanya membawa tas kecil untuk menampung dompet dan smartphone, plus satu celana panjang dan satu diapers untuk jaga-jaga kalau si kecil Fahima BAB. Sedangkan Faiq dan Fahima, hanya berpakaian biasa plus berjaket. Saya tak bawa baju ganti lebih untuk mereka, juga tak bawa cemilan dan air minum. Padahal, Pacet itu, kan, lumayan jauh. Tapi karena Faiq sudah seneng banget denger jawaban ayahnya, ya sudahlah… Apapun harus saya hadapi dengan senang juga. Demi menyenangkan anak-anak :).
“Faiq, lihat, tuh, gunungnya makin deket. Pohon-pohonnya makin keliatan besar-besar, ya?” kata saya hampir berulang-ulang.
Kami yang berdomisili di Sidoarjo ini mengambil jalur lewat Mojosari lurus terus ke arah selatan, hingga sampai di Kecamatan Pacet, Mojokerto.
“Waow…. Indah banget, ya, Miii?” seru Faiq kegirangan.
“Kita nanti naik ke sana, ya, Biii?” rengek Faiq.
Salah satu pemandangan di daerah Pacet. |
Perjalanan kami penuh dengan ungkapan kekaguman atas ciptaan Allah yang Maha Menciptakan, yang Maha Indah. Warna hijau mendominasi terhampar di depan mata kami. Sawah, kebun, dan pepohonan begitu tersaji indah dengan balutan udara segar. Memasuki daerah Pacet, jalanan mulai berkelok-kelok, naik turun, dengan udara yang dingin menyegarkan. Sejuk sekali.
Kami mengikuti petunjuk arah ke obyek wisata air terjun. Karena selama ini, anak-anak belum pernah melihat air terjun secara langsung. Pasti mereka, terutama Faiq si sulung kami, akan sangat senang dengan pengalaman pertamanya ini.
Setelah rehat sejenak untuk mengisi perut karena belum sarapan di rumah, kami pun beranjak semakin dekat dengan tempat tujuan. Lalu akhirnya kami menemukan sebuah gapura bertuliskan “Selamat Datang di Mojokerto Kawasan Pariwisata air Panas Padusan”. Sepertinya karena masih pagi, jadi belum banyak antrian pengunjung di depan pintu masuk. Oiya, ternyata ada dua lokasi wisata di dalam wilayah pariwisata ini.
Oleh petugas, kami dipersilakan memilih, mau belok kiri atau kanan? Kalau belok kiri, itu artinya ke Air Terjun Coban Canggu dan dikenakan biaya masuk Rp7.500,00 per orang dewasa, plus Rp2.000,00 untuk karcis sepeda motor. Sedangkan kalau belok kanan, artinya akan ke Air Terjun Grenjengan dan Pemandian Air Panas, dikenakan tarif Rp12.500,00 per orang dewasa pus Rp2.000,00 untuk karcis sepeda motor.
Air Terjun Coban Canggu
Kami pun memilih belok kiri saja, yang lebih murah, hehehe… Jadi kami membayar Rp17.000,00 dan dipersilakan masuk ke kawasan wisata Air Terjun Coban Canggu (anak-anak tidak dihitung berbayar). Kurang lebih 500 meter, kami sampai di tempat parkir, untuk selanjutnya harus berjalan kaki untuk melihat air terjunnya (ya iyalah… air terjunnya di tengah hutan gitu, lho... :D ). Eh… saat akan memulai perjalanan menyusuri jalan setapak ke air terjun, kami mesti bayar lagi! Kali ini Rp7.500,00 per orang dewasa. Bayarnya ternyata berlapis gitu, ya, kayak kasus pidana yang kena pasal berlapis :D.
Di sekitar tempat parkir banyak penjual makanan ringan, ada juga fasilitas bermain untuk anak seperti ayunan, perosotan, atau jungkat-jungkit. Ada juga toilet, tempat istirahat dan seingat saya juga ada mushola. Kalau saya bilang, sudah cukup lengkap, lah, failitas di area Air Terjun Coban Canggu ini.
Anak tangganya banyakkk :). |
Dan… inilah tantangannya! Kami harus berjalan kaki menuruni anak tangga yang telah dibuat di jalanan setapak menuju air terjun. Padahal saya sedang hamil, lho ;). Jadi kami terutama saya, harus hati-hati banget. Meski arahnya turun, tapi lumayan pegal juga, lho, paha ini. Mulut juga tak boleh diam, karena Faiq suka lari-lari yang membuat saya dan suami khawatir. Kami pun jadi sering mengingatkan dengan sedikit was-was.
“Bi, aku nanti pengen naik gunung yang di sana,” seru Faiq sambil menunjuk ke arah puncak gunung.
“Lha ini juga sudah di gunung, Faiq… (lereng gunung maksudnya :D ). Kalau kamu mau ke puncak gunung, besok aja kalau sudah besar, mendaki gunung sama temen-temenmu,” sahut saya mulai bosan dengan rengekannya.
“Aku maunya sama Abi, Ummi, sama dik Fahima…”.
Lhoalah, Le… Sayang, ya, kedua orangtuamu ini bukan pendaki gunung, traveler atau backpacker. Jadi ya, maaf... Belum bisa memenuhi permintaanmu yang "sulit" itu. Lagi pula, kalau kamu nanti sudah besar, mana mau ngajak kami berdua naik gunung? (cuma mbatin aja, sih :D ).
Asyikkk... Air terjunnya sudah kelihatan! (itu, lho, di atas kepala Fahima :D ). |
Jalanan setapak di Coban Canggu ini sebagian besar sudah dibangun sedemikian rupa, berupa undakan-undakan (anak-anak tangga) dari batu dan semen. Ada juga pagar pengamannya. Tapi semakin mendekati air terjun, sudah tak ada lagi undakan-undakan tersebut, melainkan tanah berbatu biasa. Dan… Setelah kurang lebih 500 meter perjalanan yang menurun dan berbelok-belok itu, akhirnya…. Sampailah kami di hadapan air terjun yang begitu indah! Masya Allah….. Air Terjun Coban Canggu!
Air Terjun Coban Canggu ini terletak di Desa Padusan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Air terjunnya lumayan tinggi, menurut yang saya baca di Google, sih, tingginya mencapai 70 meter. Iya, memang beneran tinggi dan cukup besar. Terletak di ketinggian 800 mdpl di lereng Gunung Welirang, pemandangan di sekitarnya pun begitu indah. Banyak pepohonan dan hamparan sawah dan kebun.
Di sekitar air terjun ini dibiarkan masih alami, hanya ada beberapa bangunan pendukung. Ada 4 buah toilet dan dua warung di sekitar air terjun. Juga ada dua buah tempat duduk berpayung yang terbuat dari batu. Selainnya tak ada lagi. Hanya air terjun, sungai, dan bebatuan yang memanjakan mata, hati dan pikiran.
Asyiknya bermain air :). |
Faiq senang sekali bermain air di sekitar air terjun dan sungai yang tentu saja airnya sangat jernih, dingin dan segar. Si kecil Fahima juga ikut-ikutan main air demi melihat keriangan yang ditunjukkan kakaknya. Kami semua senang sekali. Apalagi saat itu pengunjung belum begitu ramai, sehingga kami bebas duduk, makan cemilan, main air, dan tentu saja: foto-foto :D.
Setelah puas bercengkrama di Air Terjun Coban Canggu, rupanya Faiq juga ingin pergi ke Wisata Air Panas Padusan. Seperti yang dikatakan petugas di pintu masuk tadi, di sana ada Pemandian Air Panas dan Air Terjun Grenjengan. Setelah saya dan suami berunding, kami memutuskan ingin ke Air Terjun Grenjengan. Sekali lagi untuk menyenangkan hati anak juga ;).
Istirahat dulu di tangga, kecapekan naik! :D |
Wisata Pemandian Air Panas Padusan
Kami kembali ke pintu masuk yang tadi sudah kami lewati untuk membayar biaya masuk ke lokasi wisata Pemandian Air Panas Padusan dan Air Terjun Grenjengan. Seperti yang sudah saya tulis di atas, maka kami membayar Rp27.000,00 untuk biaya masuk. Sesampai di tempat parkir, kami bingung, kalau mau ke Air Terjun Grenjengan ke arah mana? Menurut keterangan petugas parkir, kalau ke sana kami harus jalan kaki kurang lebih dua kilometer! Wah, saya langsung angkat tangan. Tadi saja sudah capek di Coban Canggu. Ini mau jalan lagi 2 km? Duh…. saya ini, kan, lagi hamil! *nelangsa*
Akhirnya kami memilih untuk ke pemandian air panas yang bisa dijangkau dengan sepeda motor. Tak jauh dari tempat parkir, tersaji pemandangan yang bikin ngiler para ibu! Apa itu? Yap, banyak sekali pedagang sayur mayur di sini! Sayur-mayurnya segar-segar sekali, sangat menggoda selera. Ada juga tanaman palawija seperti ubi-ubian, juga buah-buahan. Hemm… saya pikir semua ibu-ibu pasti gak tahan godaan macam ini, deh :D.
“Pokoknya nanti harus belanja di sini, ya, Bi?” kata saya antusias.
Di sepanjang jalan menuju Pemandian Air Panas juga banyak warung makan, warung aneka gorengan, dan macam-macam kuliner lain. Sampai-sampai kami kebablasan gara-gara terpesona melihat berbagai pajangan para pedangang itu. Suami terus melajukan sepeda motor sampai sepeda motor itu terasa keberatan untuk naik. Rasanya kami terlalu tinggi “mendaki” gunung.
“Ya begini ini, Faiq, yang namanya gunung. Ini kita sudah di gunung namanya. Jalannya naik turun, berkelok-kelok. Semakin tinggi semakin susah jalannya. Besok ya, kalau kamu sudah besar, kalau kamu sudah kuat, kamu naik gunung sama teman-teman.” Kata saya memberi motivasi pada Faiq.
Hemm… memang benar kami kebablasan. Ternyata, lokasi Pemandian Air Panas Padusan sudah kami lewati. Kami pun balik turun. Sampai di sana, Faiq pun ingin mandi ditemani ayahnya. Sedangkan saya dan si kecil Fahima, cukup menunggu di mushola. Karena tempat pemandian yang kami datangi ini tidak begitu besar ukurannya. Sebenarnya ada yang lebih besar ukurannya, tapi saat itu kami tidak tahu. Ada juga kolam renang untuk dewasa dan anak-anak. Tapi Faiq dan suami ingin mencoba mandi air panas (hangat). Untuk mandi di sini, dikenai biaya Rp10.000,00 per orang. Parkirnya Rp2.000,00. Sama kayak di Coban Canggu, karcisnya berlapis ;).
Setelah puas mandi air panas, kami pun beranjak pulang. Karena perut mulai keroncongan lagi, kami pun istirahat sejenak untuk makan cemilan. Eh… kok, ya ndilalah ada kuda sewaan lewat tak jauh dari tempat kami duduk. Faiq pun antusias pengin naik. Dengan membayar Rp25.000,00 akhirnya Faiq puas naik kuda keliling area Pemandian Air Panas Padusan bersama bapak pemilik kuda. Tumben sekali anak ini berani kami “lepas” sendiri. Saking senangnya mungkin :).
Setelah itu, kami pun segera akan pulang karena waktu juga sudah menunjukkan pukul 12 siang. Arus kendaraan di area wisata pun semakin padat. Yap, semakin siang ternyata semakin banyak wisatawan yang berdatangan. Tak lupa, saya belanja-belanji sayur-mayur, buah-buahan dan ubi dulu. Puas rasanya bisa belanja di sana. Saking antusiasnya berbelanja, saya sampai lupa mengambil gambar bagaimana meriah dan berwarna-warninya pasar kecil ini :).
Akhirnya kami pun pulang dengan hati puas. Asyiknya Piknik ke Air Terjun Coban Canggu dan Pemandian Air Panas Padusan, Pacet-Sidoarjo. Meski tak direncanakan, jalan-jalan kami sangat menyenangkan. Kami pun masih sempat mampir makan durian di perjalanan pulang, karena suami sudah pengin banget durian sejak beberapa hari sebelumnya. Alhamdulillah… .
wah tingginya air terjunnya, pastinya sejuk , dan asri
ReplyDeleteSeru ya jalan-jalan nikmati alam, apalagi sekalian mandi, adem.. :)
ReplyDeleteselalu suka melihat pemandangan air terjun, hatiku selalu terasa sejuk saat melihatnya :)
ReplyDeletetempatnya adem
ReplyDeleteterus terang sya baru tahu ada air terjun di mojokerto, makasih infonya mbak, jika ada kesempatan sya berkunjung
ReplyDeletewisata dengan keluarga menyenangkan sekali, sya berharap punya kelluarga yang seperti ini, salam kenal ya mbak
ReplyDeleteMba, bagus tempatnya yah, ada kudaan. Ngga cape mba, lagi hamil kan :) tapi anak2 kuat yaah
ReplyDelete