“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(QS. An-Nur: 32)
(QS. An-Nur: 32)
“Aku sudah izin. Tapi jangan kaget, aku enggak dapat pesangon.”
“Ya, Allah… Terus??”
“Ya, cuma dapat gaji bulan ini. Mungkin karena aku masih punya hutang sama boss.”
“Oohh…”
Percakapan dengan suami dan suasana hati yang terjadi kurang lebih 5 tahun lalu itu masih terekam dengan jelas dalam ingatan saya. Ingin rasanya menangis, berteriak, protes, atau apapun itu, demi mendengar apa yang dikatakan suami.
Suasana sudah begitu menguras emosi. Hati dan pikiran berkecamuk dilanda berbagai perasaan tak tentu. Khawatir, bingung, tak yakin, ragu-ragu, dan segala perasaan negatif lainnya membayang di pikiran kami berdua. Bagaimana tidak? Suami resign dari pekerjaannya, dan tak ada pesangon yang didapat. Padahal, kami mengharapkan ada sedikit dana tambahan untuk memulai usaha suami. Ya, suami ingin bekerja secara mandiri di rumah. Berwirausaha.
Ada ketakutan untuk menjalani hari esok. Keputusan suami untuk resign memang terbilang nekat. Karena kami hanya mempunyai modal yang sedikit untuk berwirausaha. Dengan modal yang terbatas, otomatis usaha yang akan berjalan juga masih kecil-kecilan. Sementara, saya juga hanya bekerja sebagai pegawai administrasi di sebuah perusahaan kecil. Gaji saya yang tak seberapa, plus penghasilan suami saat memulai usaha baru rasanya akan kurang untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari.
Beberapa saat kami masih terbakar emosi. Ada perasaan benci yang muncul pada atasan suami. Pikiran-pikiran negatif pun bermunculan dalam otak saya. Mungkin atasan tak rela jika suami resign? Mungkin atasan tak sudi memberikan pesangon untuk mempersulit usaha baru suami?
Tapi, ah… perlahan kami dapat menemukan jalan untuk berdamai dengan keadaan. Kami bersikap legowo atas keputusan atasan suami.
“Bismillah. Allah pasti akan menolong setiap niat baik kita.” Begitu kata suami.
Saya yang sebenarnya kasihan pada suami, ikut memberikan support kepadanya. Saya meng-iya-kan kalimatnya, walau sebenarnya dalam hati kecil masih ada sebersit kekhawatiran. Dalam hati saya juga bersyukur, mempunyai suami yang bisa menjaga kekuatan imannya. Di saat kami seakan terjatuh seperti itu, dia masih mampu berdiri, sehingga saya pun ikut kuat berdiri di sampingnya.
Setelah percakapan itu, kami pun berusaha membuktikan keyakinan kami. Allah pasti akan menolong kami. Allah pasti tak akan tinggal diam ketika kami telah berusaha. Dia yang Maha Tahu, bagaimana kebutuhan kami dalam berumah tangga, dengan seorang anak yang masih balita (waktu itu), yang tinggal serumah dengan orang tua.
Alhamdulillah, meski awalnya terseok-seok, Allah membuktikan janji-Nya untuk menolong setiap hamba-Nya yang berusaha (dalam hal ini yang telah menikah), seperti yang tertulis dalam QS. An-Nur ayat 32 di atas. Usaha suami dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Selalu ada tangan-tangan yang dikirimkan Allah untuk membantu perkembangan usaha suami.
Hitung-hitungan manusia memang tak mampu menjangkau rencana-Nya. Manusia memang seringkali khawatir, tapi Allah telah mempunyai rencana yang terbaik untuk setiap hamba-Nya. So, buat yang belum menikah, jangan takut soal rezeki dalam berumah tangga. Dan ketika pasanganmu terpuruk, kuatkanlah dengan mengingat janji-janji Allah yang indah :).
Tulisan ini diikutsertakan dalam "Mini Giveaway Pengalaman yang Menyentuh dalam Kehidupan Berumah Tangga"
Mashaallah....terimakasih ilmunya kak:")
ReplyDeleteSama mbak, aku juga awal berumah tangga, berasa di titik terendah kehidupan, ceilah.. tapi alhamdulillah, dikit dikit, malah rejekinya lebih banyak timbang waktu masih kerja berdua
ReplyDeleteAku belum setahun berumah tangga. Di awal2 dulu aku sering uring2an karena rasanya koq penghasilan ngga cukup terus padahal udah dari 2 sumber. Pas masih single malah aku merasa berjaya bgt. Ah tapi manusia itu memang harus percaya sm janji Allah
ReplyDeleteMasyaAllah, sabar dan bersungguh2 nya Mbak dan Suami. Yg penting usaha dan kita selalu berbaik sangka pada Allah ya Mbak. InsyaAllah Dia akan slalu menolong. Sukses slalu ya Mbak :)
ReplyDeleteAllah memang akan selalu menolong hambaNya ya Mba'.. :)
ReplyDeleteSukses giveawaynya Mba'.. ;)
Semisal saya jadi atasan dan ada karyawan yg ingin resign tapi masih punya tanggungan hutang dengan saya, mungkin saya juga akan bersikap serupa terhadap pesangonnya. Tapi ya bakal saya jelaskan tentang hutangnya tersebut supaya saya dan si karyawan sama-sama enak.
ReplyDeleteApa yang Mbak lakukan yakni tetap mendampingi suami dan berserah diri kepada Allah SWT merupakan langkah yang tepat. Untuk ke depan, tetap berpegang teguh pada janji Allah SWT ya mbak. Jangan pikiran menjadi buta karena harta.
Beberapa hari setelah menikah, suami saya pun resign kerja, sempat khawatir atau dulu saya yakin dengan janji Allah dalam surat An-Nur tersebu. Lahaula, hanya selang waktu dua minggu dari pernikahan kami, suami mendapat pekerjaan baru.
ReplyDeleteHalo ba saya mau keluar jadi kerjaan udah gx nyaman tapi bingung belum ada gnti na mau usha mandiri udah gx punya modal dulu pernah usha mandiri tapi hasil nyah malah gulung tikar
ReplyDelete