Sebagai pembaca setia Tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, saya selalu ingat salah satu pesan moral dari keempat novel best seller tersebut. Jadi saya ngambil simpulan sendiri, bahwa melihat dan atau mengalami segala sesuatu tuh sebaiknya diambil sisi positifnya. Seperti dalam cerita-cerita di dalamnya, sepahit apapun cerita hidup yang kita alami, jika kita melihat dari sisi positif, segalanya akan terasa indah. Yang pahit akan jadi lucu-lucuan aja. Ya, tertawakan kepahitan hidup, lalu move on darinya. So, kita akan terbiasa ber-positive thinking! Lebih baik berpikiran positif, kan, daripada berkutat dengan pikiran-pikiran negatif? Menambah beban hidup aja :D.
Pernah denger juga, kalau ibu suka berpikiran negatif ke anaknya, bisa-bisa kejadian bener apa yang dipikirkan si ibu. Misalnya, “Duh, jangan-jangan nanti anakku kena ulet kalau main di kebun… Gimana, ya, kalau anakku nanti gak bisa nyanyi di depan kelas? Emm… kalau di sekolah, anakku diusilin temen-temennya gak, ya?” de el el. Eh, itu pengalaman pribadi, sih. Hihihi.
Kadang pikiran seperti itu memang muncul di benak saya. Tapi, seiring bertambahnya pengalaman dan sedikit ilmu parenting (dan bertambahnya anak :D ) saya selalu berusaha positive thinking terhadap anak-anak saya. Saya berusaha buang jauh-jauh pikiran negatif, “gimana ntar kalau anakku begini-begitu.” Termasuk, soal gadget.
Yah, bagaimana lagi, sekarang kan era digital. Apa-apa serba internet. Hampir semua orang punya gadget, khususnya ponsel. Apalagi bagi seorang blogger seperti saya, keberadaan gadget sangat penting buat saya. Meski ada komputer, kalau enggak punya ponsel itu bisa berarti akan ketinggalan banyak informasi terkait blogging dan segala macamnya. Ponsel untuk mobile. Maka, tiap hari saya pegang gadget, pegang ponsel. Nah, kalau emaknya tiap hari pegang gadget, gimana dengan anaknya? Otomatis mereka juga pengin, kan, pegang gadget?
Mau melarang mereka pegang gadget? Rasanya saya enggak adil, deh. Wong saya hampir enggak pernah lepas sama gadget, masa anak pegang gadget sebentar saja enggak boleh? Gimana dengan pengaruh lingkungannya? Pengaruh teman-temannya? Kalau mereka terlalu dikekang, apa mereka tidak bisa berusaha mendapatkan kesempatan itu di luar sana? Apakah di luar sana lebih aman daripada di rumah? Kalau mereka sudah beranjak besar, apakah mereka tidak akan “berontak”?
Suatu hari sulung saya yang masih TK bercerita, bahwa temannya suka main game A di rumah, temannya yang lain main game B, teman lainnya lagi suka lihat mainan C di Toutube, dan sebagainya. Katanya, teman-temannya juga pinjem ponsel orangtuanya. Lalu teman-temannya cerita bagaimana serunya game ini-itu, nonton video di Youtube, dan lain-lain. Saya cuma ngebayangin anak saya melongo aja waktu teman-temannya cerita segala macam.
Akhirnya saya mengizinkan anak pegang gadget, tapi dibatasi waktunya. Saya dan suami juga enggak bosen mengingatkan, lihatnya yang baik-baik saja. Yang begini enggak boleh, yang begitu enggak baik buat anak kecil, dan sebagainya. Sebisa mungkin saya juga mengawasi apa saja yang ditontonnya. Kadang memang harus bolak-balik ninggal masakan di dapur atau cucian piring di belakang, karena anak-anak biasanya cepat bosan, suka ganti-ganti game atau tontonan di Youtube. Yah, meski lebih sering sambil teriak-teriak mengingatkan mereka dari dapur, sih. Hahaha *jujur*. Ya, namanya anak-anak, meski sudah sering dinasehati harus nonton yang baik-baik aja, tapi kadang mereka belum ngerti membedakan yang baik dan buruk sesuai usia mereka. Jadi memang kita sebagai orang tua harus benar-benar mengawasi anak sewaktu pegang gadget.
Oiya, kapan hari saya dapet hadiah Giveaway berupa smartphone ASUS Zenfone Go RAM 1 GB. Karena selama ini anak-anak mainnya pakai ponsel saya dan suami, sempat kepikiran untuk memberikan hadiah itu ke anak-anak. Biar enggak ganggu kami. Hehe. Saya sudah sempat install beberapa game di ASUS Zenfone Go ZB452KG tersebut. Tapi…. Setelah dipikir-pikir, enggak, deh. Saya takut mereka enggak bisa berhenti pegang gadget. Yang ini bukan negative thinking, lho. Tapi saya akan lebih mudah mengontrol penggunaan gadget kalau mereka pegangnya bergantian sama saya/suami. Ya sudah, penggunaan gadget pada anak-anak sebisa mungkin tetap saya batasi. Sekadar mereka tahu dan pernah merasakan saja, biar enggak terlalu ketinggalan sama teman-teman mereka :).
Sisi Positif Anak Main Gadget
Sisi Positif Anak Main Gadget
Nah, karena sisi negatif anak pegang gadget sudah banyak kita ketahui bersama, dan kita sebagai orang tua berusaha menekan seminimal mungkin risiko tersebut, maka saya mencoba mengambil sisi positifnya. Selama ini, ada beberapa sisi positif yang saya dapatkan dari aktivitas anak pegang gadget. Apa itu?
1. Anak jadi kreatif
Sulung saya suka menggambar. Nah, ketika dia sering melihat video robot atau mobil-mobilan di Youtube, dia suka menggambar apa yang dia lihat itu. Dia menggambar robotnya, topengnya, tamengnya, mobilnya, dan lain-lain. Bahkan topeng-topeng dan tameng-tameng yang digambarnya itu lalu digunting, trus buat mainan sama adiknya. Saya enggak ngajarin dia (karena saya enggak kreatif :D ), tapi justru dia yang punya inisiatif sendiri (semoga kreatif terus sampai dewasa, ya, Nak… ).
Sering juga melihat video lego, trus dia meniru dan mengembangkan sendiri bentuk-bentuk yang dia inginkan. Hemm… bersyukur aja, sih, saya. Meski lewat gadget, dia bisa jadi kreatif juga. Alhamdulillah.
(bilang aja emaknya enggak kreatif, jadi sangat terbantu dengan adanya gadget dan internet :D ).
Sering juga melihat video lego, trus dia meniru dan mengembangkan sendiri bentuk-bentuk yang dia inginkan. Hemm… bersyukur aja, sih, saya. Meski lewat gadget, dia bisa jadi kreatif juga. Alhamdulillah.
(bilang aja emaknya enggak kreatif, jadi sangat terbantu dengan adanya gadget dan internet :D ).
Tameng atau apa lah itu, hasil kreasi Faiq habis lihat video di Youtube :) |
2. Pengetahuan bertambah
Pengetahuan dan wawasan memang bisa didapat dari mana saja, termasuk dari gadget. Dari apa-apa yang dilihatnya melalui gadget, anak-anak saya sering bertanya ini-itu pada saya. Dari apa itu robot, proses ular bertelur, cara bermain play doh, sampai cara mencari ikan di sawah, hihihi. Pengetahuan mereka pun bertambah. Kalau saya enggak bisa jawab pertanyaan mereka, ya, balik lagi ke gadget, tanya mbah Google ;).
3. Membantu aktivitas belajar
Hampir tiap hari saya menanyakan pada si sulung, tadi main dan belajar apa sama teman-teman dan ustadzah? Lalu kadang saya mengajaknya mencari tahu lebih banyak tentang materi yang dipelajari tersebut di internet. Entah itu cara membaca huruf hijaiyah, menyanyikan lagu anak-anak, dan lain-lain. Jadi enggak melulu main game, tapi sering juga lihat video di Youtube untuk belajar. Anak-anak, kan, suka lihat gambar dan video, ya. Jadi belajar dari video itu sangat manarik sebenarnya. Tapi ya gitu, kadang dia bosan dan milih main game :(. Memang harus sabar, ya :).
4. Menambah aktivitas bermain
Seperti poin pertama juga, sih. Tapi kalau yang ini saya cerita adiknya, si nomer dua. Jadi dia itu suka menyanyi :). Dia seneng banget lihat lagu anak-anak di Youtube. Waktu kakaknya belajar senam dari Youtube, dia juga menirukan. Alhasil, tiap lihat video lagu-lagu atau senam anak, dia juga ikut gerak. Enggak jarang saya juga DIHARUSKAN ikut bergerak (menari atau senam). Hahaha. Jadi, deh, kami bermain bersama.
Selain itu, dari video-video juga, anak-anak jadi ikut-ikutan bermain seperti apa yang mereka lihat. So, lihat gadget pun enggak cuma diam terus di tempat. Tapi bisa menambah aktivitas bermain.
Selain itu, dari video-video juga, anak-anak jadi ikut-ikutan bermain seperti apa yang mereka lihat. So, lihat gadget pun enggak cuma diam terus di tempat. Tapi bisa menambah aktivitas bermain.
Fahima in action, senam menirukan yang di YouTube :) |
Nah, itulah 4 Sisi Positif Anak Main Gadget sesuai pengalaman saya pribadi. Mungkin masih banyak sisi positif yang lain. Semoga, ya. Jadi, yang terpenting adalah arahkan anak ke arah yang positif. Lebih baik memberi bekal yang baik dari rumah, daripada di luar sana mereka akan mendapatkan hal-hal buruk gara-gara rasa penasaran mereka tidak terpenuhi di rumah. Ini era digital, maka mau enggak mau mereka juga akan tumbuh di era ini. Mereka harus melek internet, karena hampir seluruh sisi kehidupan saat ini telah terjangkau oleh internet. Tak apa melepas tali kekang, tapi terus awasi mereka dari belakang. Berikan kebebasan untuk mendidik kemandiriannya, tapi sekaligus memberinya tanggung jawab. Itu, sih, menurut saya. Dan tentu saja, saya masih terus berusaha untuk mewujudkannya. Bagaimana kalau menurut teman-teman? Semoga stay positive thinking, ya :)
Waaaah... Kakak Faiq kreatif sekali.. 😍😍
ReplyDeleteBener banget Mba, kalau dikekang sama sekali pasti mereka nyari di luar sama teman2nya.
Bener banget, mb. Tanpa gadget pun ternyata anak malah jadi aktivitas ya mb. Bisa eksplore beragam jenis permainan. Hehe
ReplyDeleteGadget juga membantu ya, Mbak, asalkan diarahkan dengan benar. :)
ReplyDeleteanak-anak bisa jadi tambah kreatif ya mba, yang paling penting selalu diawasi ya
ReplyDeleteIyah mba. Rasanya sulit melarang klo mamaknya aja kerjaan nya pegang gadget. Sebelum 2 tahun aku sempet ngga ngasih. Sekarang dikasih dgn waktu. Tapi kadang bablas :)) tau2 dia pengen make up hihii. Kosakata tambah banyak juga
ReplyDeleteiya yang penting kondisikan aman dan antisipasi jangan sampai kecanduan
ReplyDeleteSepakat, Mba. Dan iya sisi postif ini pula yang aku rasakan buat anak-anak. Paling seneng nonton mister maker sama artforkids, setelahnya kita ikutan bikin aneka kreasinya deh^^
ReplyDeleteMakasih ya mbaaa, postingan ini menyejukkan hatiku yang lara *tsaaahhh
ReplyDeletebukanbocahbiasa(dot)com
Aku ngga pernah ngelarang Raya maen gadget, tapi ada batasan2 tertentu yg harus diberikan, dan itu yg perlu diterapkan orangtua. Yg salah itu ketika orangtua terus2an memberikan anak gadget tanpa pengawasan yg cukup :)
ReplyDelete