Setiap cerita kehidupan ada suka ada duka. Ada masalah, ada solusi. Tapi, kadang masalah itu bagi kita terlihat seperti abu-abu. Sehingga kita dibuat bingung untuk memutuskan, karena begini baik begitu juga oke. Atau sebaliknya, keputusan A atau B sama-sama memiliki risiko. Membuat solusi jadi begitu sulit. Lalu harus bagaimana?
Seperti secuil cerita saya beberapa waktu yang lalu.
Sebelumnya, melalui beberapa media sosial saya melihat kemeriahan acara sebuah merk gadget tersohor, ASUS, di Bali. Acara itu dihelat dengan sangat meriah. Para blogger dan awak media diundang untuk mensukseskan event tersebut. Lalu, beberapa hari setelah itu ada pengumuman akan diadakannya sebuah event oleh merk gadget yang sama, di Surabaya. Saya yang tinggal di Sidoarjo (dekat dengan Surabaya), sangat tertarik dengan acara ini.
Dengan semangat saya pun mendaftar sebagai peserta. Terus terang saya penasaran, seperti apa, sih, ASUS kalau ngadain acara? Saya ingin terlibat langsung di dalamnya. Acara di Bali dihelat dengan begitu mewah dan meriah, lalu bagaimana dengan di Surabaya? Meski skala event jauh lebih kecil daripada yang di Bali, tapi setidaknya saya ingin melihat seperti apa model acaranya. Selain itu, tentu saja seperti biasanya, saya ingin bertemu dengan teman-teman blogger dari Surabaya dan sekitarnya yang memang jarang bersua.
Walaupun dalam form pendaftaran sudah ada waktu pelaksanaan, yaitu sore hingga menjelang malam hari (kalau tidak salah mulai pukul 15.00 hingga 19.00), tapi saya tetap nekat mendaftar. Saya berencana enggak akan bawa anak karena acaranya sepertinya tidak memungkinkan untuk bawa anak (meski tidak ada keterangan tidak boleh bawa anak), dan pulangnya agak malam. Hemm... pulang malam sedikit tak apalah. Toh, ibu sudah mengizinkan saya pergi kalau untuk urusan blogger gathering seperti ini. Ya, karena sebelumnya saya sudah banyak cerita pada beliau, tentang aktivitas saya sebagai blogger yang kadang butuh menghadiri acara-acara seperti itu. Dan dalam kondisi demikian, ibu mengatakan siap menemani anak-anak saya termasuk si bungsu yang masih usia batita di rumah.
Undangan Media Gathering. |
Dan... udangan pun saya terima. Oh oh... ternyata waktu acara sedikit bergeser, dari berakhir pukul 19.00 menjadi pukul 20.00. Lalu, ada syarat peserta harus membawa notebook untuk mensupport aktivitas writing competition on the spot. Lalu mendadak saya pusing...
Ada beberapa hal yang saya pikirkan. Pertama, kalau acaranya selesai pukul 20.00, lalu jam berapa saya sampai di rumah? Padahal, biasanya jarak Surabaya-Sidoarjo memakan waktu satu hingga satu setengah jam perjalanan (dijemput suami). Kalau naik angkutan umum bisa lebih lama lagi. Saya membayangkan anak-anak merengek menunggu kedatangan saya sebelum mereka tidur (biasanya rewel kalau saya tinggal lama, apalagi malam hari).
Kedua, saya enggak punya notebook. Saya hanya punya PC dan smartphone. Apa saya akan nekat datang dengan bermodalkan smartphone? Dan nanti saya akan memberikan alasan bahwa bisa mengikuti writing competition menggunakan ponsel itu?
Curhat di Facebook. |
Saya masih memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain agar bisa mengikuti acara tersebut. Seperti pinjam laptop adik, mungkin bisa saya usahakan. Tapi saya tetap bingung, pulang sampai malem?? Duh, bagaimana ini?? Dateng... enggak... dateng... enggak... Kemudian yang terjadi adalah, sebelum membalas invitation itu, saya malah curhat enggak jelas di Facebook :D.
Dari curhatan tersebut, saya mendapat banyak masukan dari teman-teman. Ada yang bilang nikmatin aja yang ada, ikhlas aja, dan lain-lain. Intinya saya banyak teman yang senasib: dilema emak-emak yang masih punya anak kecil-kecil tapi sering pengin menghadiri acara-acara blogger :D. Bahkan ada yang bilang, sebenarnya pengin dan bisa, tapi enggak siap menghadapi drama di rumah setelah selesai acara. Hahaha. Ya, ibu yang cemberut karena kelamaan jagain anak, atau suami yang menyalahkan kita karena meninggalkan anak di rumah.
Setelah sedikit lega dengan menumpahkan isi hati di Facebook, akhirnya saya membalas email invitation tersebut. Tapi saya enggak sepenuhnya jujur memberikan alasan. Saya kasih alasan bahwa saya enggak punya notebook. Saya pikir sudah jelas alasan tersebut. Jadi, saya membatalkan untuk menghadiri acara tersebut. Beres.
Eh? Sudah selesai masalahnya?
Hemm... sayangnya belum. Ini dia balasan dari pengundang:
Olala... ada notebook yang bisa dipinjam! Hahaha. Salah sendiri enggak memberikan alasan dengan sejujur-jujurnya. Rupanya Allah sedang menguji ketidakjujuran saya dan kemantapan pilihan saya. Bisa ditebak, saya kembali tergoda untuk hadir! Masukan dari teman-teman sementara tersingkirkan. Toh, ibu sudah menyatakan bersedia menemani anak-anak, bukan?
Tapi, saat saya meminta pertimbangan suami, kata-katanya justru membuat saya kembali harus berpikir ulang. Dia bilang, "Terserah. Tapi gimana dengan anak-anak? Kamu bisa memikirkannya sendiri."
Tapi, saat saya meminta pertimbangan suami, kata-katanya justru membuat saya kembali harus berpikir ulang. Dia bilang, "Terserah. Tapi gimana dengan anak-anak? Kamu bisa memikirkannya sendiri."
Saya kembali dilanda dilema! Kepala saya rasanya pening sekali. Yang sebelumnya sudah mulai reda pusingnya, ini kembali lagi dengan kadar yang lebih dahsyat. Serasa mau pecah! *halah*
Ya, sejujurnya, saya enggak sepenuhnya tenang kalau meninggalkan anak-anak, terutama si bungsu yang masih batita. Meski saya sudah menyiapkan ASI untuknya lewat pumping yang saya lakukan sebelumnya, tapi namanya anak bayi kadang rewel. Pernah saya pulang agak malam, wajah ibu cemberut, dan dari nada bicaranya saya tahu beliau agak mengeluh. Saya jadi enggak enak hati. Saya jadi merasa menjadi ibu paling jahat sedunia... yang meninggalkan anak-anak semaunya. Padahal...? Ini hanya jarang-jarang terjadi. Belum tentu sebulan sekali.
Dan untuk acara ini, saya akan pulang larut malam. Bagaimana dengan si sulung dan si nomer dua? Apa ibu enggak tambah kerjaan untuk meninabobokan mereka? Apa ibu enggak tambah mengeluh? Meski beliau mengatakan siap menjaga anak-anak, tapi siapa yang tahu kedalaman hatinya?
Dan untuk acara ini, saya akan pulang larut malam. Bagaimana dengan si sulung dan si nomer dua? Apa ibu enggak tambah kerjaan untuk meninabobokan mereka? Apa ibu enggak tambah mengeluh? Meski beliau mengatakan siap menjaga anak-anak, tapi siapa yang tahu kedalaman hatinya?
Jadi fix, saya enggak akan hadir!
Tapi, alasannya apa lagi? Tadi alasan pertama sudah dikemukakan dan dijawab dengan pemberian solusi. Enggak enak, dong, sudah diundang baik-baik, disediakan fasilitas tambahan, eh, masih menolak hadir. Padahal, saya sendiri yang mengajukan diri untuk diundang. Bisa-bisa nama saya di-black list oleh brand tersebut. Ya Allah... beban hidup :)
Akhirnya, dengan sangat malu saya kembali memberikan alasan. Kali ini dengan sejujur-jujurnya, bahwa saya punya anak-anak kecil termasuk anak balita, tidak bisa meninggalkan mereka terlalu lama apalagi di malam hari, dan seterusnya. Dengan bahasa yang saya buat sebaik mungkin, email itu meluncur.
Alhamdulillah, pengundang bisa memaklumi alasan saya. Mereka membalas email saya dengan baik pula.
Lega rasanya.
Jadi sebelum tidur, rasa pusing di kepala saya berangsur menghilang :)
***
Alhamdulillah, pengundang bisa memaklumi alasan saya. Mereka membalas email saya dengan baik pula.
Lega rasanya.
Jadi sebelum tidur, rasa pusing di kepala saya berangsur menghilang :)
***
Begitulah, ketika dilema itu sudah di depan mata, persoalan yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan mudah menjadi terasa sangat menyiksa. Pilihan-pilihan yang hadir tampak begitu sulit diambil salah satunya.
Nah, dari secuil pengalaman saya tersebut, ada sedikit pesan, nih, dari saya. Buat teman-teman yang punya anak-anak kecil terutama anak balita, tapi ingin menghadiri blogger gathering, bisa disimak, yaa.
Oke, semoga sedikit cerita dan pesan dari saya ini ada manfaatnya, ya. Ini saya tulis juga untuk mengingatkan diri sendiri, sih. Supaya besok-besok enggak perlu dilema lagi kalau mau menghadiri blogger gathering :)
Nah, dari secuil pengalaman saya tersebut, ada sedikit pesan, nih, dari saya. Buat teman-teman yang punya anak-anak kecil terutama anak balita, tapi ingin menghadiri blogger gathering, bisa disimak, yaa.
- Tanyakan pada hatimu, seberapa penting acara blogger gathering itu buatmu? Kalau kira-kira hanya sedikit manfaat yang akan diperoleh, lebih baik lupakan saja.
- Pastikan, tanyakan dulu pada panitia penyelenggara apakah boleh bawa anak atau enggak. Kalau boleh, bawa aja anaknya. Karena hati kita akan lebih tenang.
- Kalau tidak ada keterangan boleh bawa anak atau enggak, bisa dipikirkan sendiri dulu, kira-kira acaranya memungkinkan bisa bawa anak enggak? Misal seperti acara di atas, ada writing competition, rasanya sulit ya ngetik cepet-cepet sambil gendong anak. Apalagi kalau nanti anaknya rewel. Hemmfft.
- Kalau tidak bisa memenuhi undangan (tidak bisa hadir), berikan alasan dengan sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya. Jangan sampai jadi bumerang seperti yang saya alami, ya :).
- Kalau enggak boleh bawa anak dan terpaksa anak ditinggal di rumah, pastikan kebutuhan makannya terpenuhi. Untuk anak yang masih butuh ASI (di bawah 2 tahun), sediakan ASI lebih dari cukup. Maka kita harus pumping ASI dulu sebelumnya.
- Komunikasikan dengan anggota keluarga lain, terutama orang yang akan diamanahi untuk menjaga anak-anak di rumah. Pastikan semuanya sama-sama rela/dengan senang hati (enggak terpaksa).
- Jangan terlalu lama meninggalkan rumah. Kalau acara sudah selesai, segera saja pulang. Ingat, anak-anak yang manis sudah menunggu :).
Oke, semoga sedikit cerita dan pesan dari saya ini ada manfaatnya, ya. Ini saya tulis juga untuk mengingatkan diri sendiri, sih. Supaya besok-besok enggak perlu dilema lagi kalau mau menghadiri blogger gathering :)
Aku juga kalau mau daftar mikir berulang-ulang, sampai kelamaan mikir eh pendaftaran udah ditutup, haha.
ReplyDeleteTapi aku gak mikirin anak sih, wkwk ibu apaan ini?? Mikirin jadwal suami pas kosong apa gak. Mungkin karena anakku baru satu n udah agak gede, jadi gak terlalu repot mikir urusannya, hehe
Hahaha..
DeleteEh berarti aku gak salah tebak ya, Mbak Mer tuh pasti mikirin kerjaan suami dan waktu yg pas. Apalagi kalo wiken biasanya ke Malang kan, ya? Hihihi.. makanya jarang bisa hadir di acara2 blogger :)
Aku gak pernah daftar acara malam hari, karena tahu pasti gak bisa. Berusaha legowo kehilangan banyak kesempatan, apalagi di Jakarta ini banyak banget kesempatan ikut blogger gathering. Yang dapat fee juga banyak yang lepas dari tangan Karen waktunya gak cocok. Bersabar saja menunggu masanya tiba :)
ReplyDeleteSemakin banyak kesempatan bukan berarti bisa semakin mudah menentukan pilihan ya, Mbak. Harus tetep memperhatikan sikon.
DeleteMakasih Mbak sharingnya :)
Kebayang banget gimana dilemanya wAktu itu..
ReplyDeleteHihihi.. makasih Mbak udah ikut ngebayangin :D
DeleteAku punya 2 balita mbak, tapi nggak pernah kepikiran bawa anak ke acara blogger kecuali itu memang produk untuk anak seperti susu, takut mengganggu blogger lain yg konsentrasi ke acara.
ReplyDeleteSetiap pergi anak2 aku tinggal dengan mamaku, pulangnya aku selalu bawain makanan kesukaan mama (martabak atau apalah) dan kalau ada rejeki hasil dari blogging selalu aku bagi 2 mama, jadi mama mau aja ketitipan anak2 sampai jam berapapun (pernah sampai jam 11 malam karena acara molor), semangat ya mbaak..
Mbaaaak, aku kok seneng yo moco tulisan dikau? Ngaliiirrr banget gitu :)
ReplyDeleteAku juga sering ada di posisi ini... Bukan karena ngga boleh bawa anak... tapi lebih kepada dilema "acara ini banyak mudharat atau manfaatnya?"
ituu yg sampe sekarang sering ngganjel banget sih :)
bukanbocahbiasa(dot)com
Maunya tetep bs nyari ilmu, tp ya emang ada byk hal yg blm sesuai harapan
ReplyDeleteAduh mbak, saya kalau udah janji gemes deh pas nggak bisa memenuhi. Pokoknya sekarang, kalau ada undangan/acara apa aja, saya nanyanya detil. Izin ke suami juga mesti berulang-ulang, kadang dia ho-oh aja, pas mau dekat harinya baru serius nanya "lho, emang acaranya hari ini. Lah, terus siapa yang jaga si kecil? siapa yang ngurus rumah? siapa yang...
ReplyDeleteaduh.
DILEMA ya kan mbak -__- (numpangcurhat*)
Pernah ngalamin juga, Mbak. :D Seperti itulah rasanya.
ReplyDeleteAgar sama-sama enak, terpaksa cut beberapa undangan. Kalau memungkinkan, si kecil diajak juga. :)
ReplyDeleteDile Boleh saja mbak,, Asalkan jangan Dilema tingkat Tinggi nanti dibikin pusing,,, Hihi,,,
ReplyDeleteSemua butuh pertimbangan yang matang-matang (Ijtihat)hehehe.. hasil akhir dari ijtihad lah yang menentukan keputusan terbaik,,,
oke makasih mba solusinya..
ReplyDeleteAku sebelum ngikut acara blog dipikir dulu kesiapan apakah aku bisa datang, acara yg dibahas dan dipertimbangkan dulu hehe
ReplyDeleteSama banget Mba Diah.. Sering dilema urusan gathering.
ReplyDeleteBarakallah ya, tulisannya menang lomba, tapi aku malah baru mampir 🙈