Malam ini saya enggak bisa tidur. Si sulung Faiq tadi pagi diantar pulang oleh ustadz-nya karena di sekolah kondisinya kurang enak badan. Dan benar saja, sampai di rumah dia langsung tidur setelah ganti baju dan minum obat yang saya kasih. Saat ini, baru saja dia tertidur, setelah sesi muntah-muntah plus BAB encer selesai. Ibu mana yang enggak sedih saat anaknya dalam kondisi seperti ini? Masihkah ada yang lebih utama dari memberi perhatian penuh pada anak, apalagi saat mereka sedang sakit?
Sambil jagain anak yang lagi sakit, kali ini saya ingin menulis tema ODOP (One Day One Post) program dari grup Facebook ISB (Indonesian Social Blogpreneur) hari pertama bulan Februari 2018 ini. Tema yang dilempar adalah tentang kiat berdamai dengan diri sendiri saat marah atau kesal terhadap orang lain, dengan tujuan agar tidak terjadi kebencian satu sama lain. Tema ini pas banget buat saya yang sedang bersedih dengan keadaan si sulung di atas.
Lho? Ya, pas banget. Karena saya pernah mengalaminya di saat seperti ini. Saat sedang kesal dengan orang lain, bersamaan itu pula anak saya sedang sakit. Lalu apa yang terjadi? Yang jelas ada hikmah yang dapat saya ambil.
Buat semua (mungkin) ibu, keluarga terutama anak adalah prioritas. Penting mana ngurusin orang lain dan anak yang sedang sakit? Apalagi anak yang sakit masih anak kecil, yang belum bisa mengurusi keperluannya sendiri? Saya yakin jawaban mayoritas ibu adalah lebih memprioritaskan urusan anak yang sedang sakit. Begitupun saya. Kekesalan terhadap orang lain menjadi hal yang terasa tak lagi penting dalam pikiran saya. Saya sibuk memberikan perhatian pada anak.
Memberikan perhatian lebih pada keluarga terutama anak-anak sudah menguras energi buat seorang ibu seperti saya. Maka saya tak ingin stres dengan menambah beban itu akibat kemarahan pada pihak lain. Seorang ibu harus tetap tenang dalam kondisi apapun termasuk jika sedang menemani anaknya yang sedang sakit. Maka perasaan kesal itu harus dihilangkan.
Dengan pengalaman seperti seperti di atas, kiat saya jika sedang marah atau kesal terhadap orang lain adalah sebagai berikut:
- Jangan anggap penting urusan itu. Jangan fokus pada persoalan itu. Cari kesibukan lain. Ada banyak hal yang lebih penting untuk dipikirkan dan diurusi. Bahkan terkadang tak perlu mencari-cari kesibukan pun, ada banyak urusan yang mesti kita selesaikan. Seperti kasus saya di atas.
- Sadarilah bahwa tiap orang punya sifat yang berbeda-beda. Tiap orang punya sifat yang terkait dengan cara mereka dalam menghadapi persoalan. Kadang yang mereka lakukan memang membuat kita marah atau kesal, tapi, entahlah, mungkin itu yang bisa mereka lakukan yang tanpa sadar melukai hati kita. Padahal, mungkin maksud mereka tak seburuk itu. Tapi, bahkan kita tak kunjung menemukan alasan mengapa mereka melakukan hal itu. Maka cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan legowo, mencoba menerima perbedaan cara berpikir tersebut.
- Tetaplah jalani aktivitas seperti biasa. Anggap tak pernah ada persoalan itu. Cuek sajalah, tak perlu kesal berlarut-larut. Karena itu akan membuang-buang energi kita. Kalau kita masih kesal dengan yang bersangkutan, coba kita stop dulu komunikasi dengannya. Kita fokus saja dengan aktivitas-aktivitas rutin kita, atau terus berkarya tanpa perlu menoleh dulu padanya.
- Jangan memperdalam persoalan dengan mengungkit-ungkitnya kembali baik kepada yang bersangkutan secara langsung ataupun menyindir-nyindir di media sosial, misalnya. Dan, saya sendiri memang bukan tipe orang yang seperti ini. Pernah, meski orang yang membuat saya kesal masih suka menyindir di medsos setelah kejadian, tapi saya tak menanggapinya dengan membuat balasan serupa. Sekali lagi, hanya akan buang-buang energi.
- Tak perlu sibuk menilai orang lain dengan berprasangka macam-macam padanya. Lebih baik fokus perbaiki diri dan terus berkarya. Kesibukan memperbaiki diri dan membuat karya-karya baru akan menyingkirkan pemikiran yang macam-macam yang mengotori pikiran. Kita juga tak pantas menilai orang lain, karena hanya dia dan Allah Yang Maha Tahu yang benar-benar tahu apa isi hati dan pikirannya.
Dengan kiat-kiat seperti di atas, selama ini, sih, saya enjoy saja jika sedang marah atau kesal sama orang lain. Intinya, cuek saja. Ada urusan yang lebih besar ketimbang ngurusin perasaan kesal. Ada keluarga dan anak-anak yang lebih butuh perhatian ibu-ibu seperti saya. Maka ibu enggak boleh stres atau emosinya teraduk-aduk hanya gara-gara fokus pada kekesalan. Emosi yang buruk itu harus segera dialihkan untuk hal-hal yang positif sebelum meledak dan mengenai seluruh anggota keluarga. Hehehe.
So, kesal sama orang lain? Jangan anggap urusan itu penting! Begitu, sih, menurut saya. Bagaimana dengan teman-teman? Ada tips atau kiat lain untuk berdamai dengan diri sendiri saat kesal atau marah dengan orang lain? Sharing, yuk!
kalau bukan urusan hidup dan mati, cuekin ajaaa ya bu... tossss aahhh
ReplyDeleteIya mba, hidup dibikin simpel aja
ReplyDelete--bukanbocahbiasa(dot)com--
Bener banget Mba Dekaaa, aku udah anggap ga penting kalo urusan orang lain, yang penting mah asyik sendiri , simplee
ReplyDelete