Menulis merupakan hobi saya sejak kecil. Saya suka menulis di buku diary sejak kelas 6 Sekolah Dasar (SD). Karena dasarnya saya pendiam, maka menulis di buku diary yang dihadiahkan oleh kakak menjadi keasyikan tersendiri buat saya. Hobi itu berlangsung hingga saya duduk di bangku SMP, SMEA, hingga kuliah. Beberapa buku diary berganti-ganti menemani hari-hari saya.
Hobi itu berawal karena seringnya saya melihat kakak menulis di buku diary-nya. Sebagai adiknya yang tiap hari lengket dengannya, saya juga tertarik untuk ikut-ikutan seperti kakak, dong. Dan, yap! Setelah sekian lama hanya menjadi penonton aktivitas kakak, akhirnya saya pun dihadiahi sebuah buku diary mungil oleh kakak saat kelas 6 SD. Dan sejak saat itu, saya rajin menulis kegiatan saya sehari-hari di buku tersebut.
Keakraban saya dengan aktivitas tulis-menulis, menjadikan saya mulai menyukai pelajaran Bahasa Indonesia saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Mata pelajaran yang notabene lumayan sering ada materi menulis (membuat kalimat, mengarang, dan sebagainya) itu secara otomatis menempati posisi istimewa di hati saya. Meski pada kenyataannya saya harus menerima fakta bahwa mencapai nilai bagus untuk mata pelajaran ini terbilang bukan hal yang mudah, tapi saya enggak pantang menyerah. Saya tetap suka sama pelajaran yang satu ini.
Credit from pexels.com. |
Ya, meski materi Bahasa Indonesia terlihat gampang dan seringkali kami remehkan, tapi nilai tertinggi saya (seingat saya) hanya 8,5. Rata-rata kelas pun biasanya hanya berkisar di angka 7 dan 8. Jarang sekali ada yang tertulis angka 9 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di raport saya dan teman-teman, sekalipun kami menduduki ranking 3 besar.
Lalu apa yang membuat saya suka dengan pelajaran itu? Selain karena awalnya sudah akrab dengan aktivitas tulis-menulis, saya selalu suka mempelajari bagaimana membuat kalimat-kalimat yang bagus, menemukan kosakata baru, atau membuat cerita yang nantinya akan dibaca oleh guru saya. Bahkan di kelas 2 SMP, guru Bahasa Indonesia saya sangat menyenangkan.
Namanya Bu Kadar (sayang sekali saya lupa nama lengkap ibu guru yang punya rambut bergelombang sebahu itu). Beliau adalah pribadi yang ramah dan penyabar. Dan satu lagi, beliau mudah menghafal nama-nama kami, murid-muridnya. Sehingga kami merasa diperhatikan olehnya di setiap kesempatan.
Saya pun semakin suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Kalau hari itu ada jadwalnya, saya bersemangat sekali. Tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan oleh bu Kadar, saya kerjakan dengan senang hati. Setiap ada challenge membuat kalimat atau apapun di kelas, saya berusaha menjawabnya sebaik mungkin.
Pernah suatu ketika, kami disuruh menceritakan guru favorit kami secara deskriptif, sedetail-detailnya. Lalu beliau akan menebak nama guru tersebut. Saya semangat sekali menuliskan secara deskriptif seorang guru dari fisiknya hingga gayanya yang unik. Tapi sayang, saya malu membacanya di depan kelas. Hingga akhirnya ada beberapa kalimat yang saya skip. Alhasil, bu Kadar tak bisa menebak siapa guru yang saya maksud. Beliau sampai penasaran sekali. Dan ketika saya jawab, beliau hanya bisa tepuk jidat. Kok gak nyambung? Begitu mungkin pikirnya. Hahaha... Itu salah satu kenangan lucu saya bersama beliau.
Tak jauh beda ceritanya dengan saat saya belajar di bangku SMEA. Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang saya suka. Belajar membuat cerita pendek, meresensi buku, atau membuat laporan peristiwa merupakan hal-hal yang saya sukai dari mata pelajaran tersebut.
Credit from pexels.com. |
Lalu, bagaimana pengaruh salah satu mata pelajaran favorit itu buat saya di masa sekarang?
Nyatanya, kesenangan menulis itu tetap ada pada diri saya hingga kini. Hingga blog ini tercipta sejak 5 tahun yang lalu. Pelajaran yang saya suka tersebut memberikan sumbangsih yang enggak sedikit buat passion ngeblog saya. Bagaimana saya menulis, bercerita, membuat review, dan lain-lain soal konten blog ini terpengaruh dari keasyikan saya menyimak materi demi materi pelajaran Bahasa Indonesia saat sekolah dulu.
Saat ini tak jarang saya jumpai tulisan-tulisan di blog yang masih banyak kesalahan dari segi EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) atau sekarang dikenal sebagai EBI (Ejaan Bahasa Indonesia). Meski tulisan-tulisan saya juga mungkin masih banyak kesalahan, tapi di luar sana ternyata masih banyak teman-teman yang kesulitan memahami penulisan Bahasa Indonesia dalam hal "remeh-temeh" (dasar). Seperti misalnya penulisan kata depan di- dan ke-, ada banyak yang bingung kapan harus menggabungnya dengan kata dasar dan kapan harus memisahnya.
Saya bersyukur dulu menyimak pelajaran Bahasa Indonesia dengan baik, sehingga untuk masalah dasar seperti itu sudah paham. Memahami EYD ternyata banyak manfaatnya dalam menulis termasuk blogging. Bagaimana menempatkan huruf kapital, bagaimana cara penulisan tanda tanya, tanda seru, tanda kutip, bagaimana membuat kaimat efektif, dan sebagainya. Meski blog merupakan kekuasaan penuh si empunya, mau dibikin seperti apa juga terserah, tapi menyuguhkan tulisan yang baik kepada pembaca menurut saya merupakan hal yang tak boleh diabaikan.
Well, itulah sedikit cerita saya mengenai pelajaran Bahasa Indonesia dan pengaruhnya dalam blogging. Mata pelajaran yang saya sukai itu ternyata sangat berpengaruh pada passion saya saat ini.
Bagaimana dengan teman-teman? Apa mata pelajaran di masa sekolah yang melekat dalam ingatan, dan pengaruhnya bagi karier atau kehidupan saat ini? Boleh sharing, dong? :)
Nyatanya, kesenangan menulis itu tetap ada pada diri saya hingga kini. Hingga blog ini tercipta sejak 5 tahun yang lalu. Pelajaran yang saya suka tersebut memberikan sumbangsih yang enggak sedikit buat passion ngeblog saya. Bagaimana saya menulis, bercerita, membuat review, dan lain-lain soal konten blog ini terpengaruh dari keasyikan saya menyimak materi demi materi pelajaran Bahasa Indonesia saat sekolah dulu.
Saat ini tak jarang saya jumpai tulisan-tulisan di blog yang masih banyak kesalahan dari segi EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) atau sekarang dikenal sebagai EBI (Ejaan Bahasa Indonesia). Meski tulisan-tulisan saya juga mungkin masih banyak kesalahan, tapi di luar sana ternyata masih banyak teman-teman yang kesulitan memahami penulisan Bahasa Indonesia dalam hal "remeh-temeh" (dasar). Seperti misalnya penulisan kata depan di- dan ke-, ada banyak yang bingung kapan harus menggabungnya dengan kata dasar dan kapan harus memisahnya.
Saya bersyukur dulu menyimak pelajaran Bahasa Indonesia dengan baik, sehingga untuk masalah dasar seperti itu sudah paham. Memahami EYD ternyata banyak manfaatnya dalam menulis termasuk blogging. Bagaimana menempatkan huruf kapital, bagaimana cara penulisan tanda tanya, tanda seru, tanda kutip, bagaimana membuat kaimat efektif, dan sebagainya. Meski blog merupakan kekuasaan penuh si empunya, mau dibikin seperti apa juga terserah, tapi menyuguhkan tulisan yang baik kepada pembaca menurut saya merupakan hal yang tak boleh diabaikan.
Well, itulah sedikit cerita saya mengenai pelajaran Bahasa Indonesia dan pengaruhnya dalam blogging. Mata pelajaran yang saya sukai itu ternyata sangat berpengaruh pada passion saya saat ini.
Bagaimana dengan teman-teman? Apa mata pelajaran di masa sekolah yang melekat dalam ingatan, dan pengaruhnya bagi karier atau kehidupan saat ini? Boleh sharing, dong? :)
sama ya kita menyukai pelajaran bahasa Indonesia kalau saya masih ingat dengan pesan guru saya waktu smp dia berkata menulislah dengan hati bukan karna paksaan atau karna situasi sampai sekarang dikala ingin menulis masih tergiang-giang oleh ucapan guru ku.
ReplyDeletekalau dikaitkan dengan ngeblog maka mata pelajaran bahasa Indonesia ini adalah mapel yang paling bikin merasa berdosa karena ngeblog-ku gak EYD atau BEI banget
ReplyDeleteInget jaman SD dan SMP aku mba.. tapi bener lho, pelanaran Bahasa Indonesia itu menyenangkan dan menarik!
ReplyDelete