"Pagiku cerahku matahari bersinar
kugendong tas merahku di pundak
Slamat pagi semua
kunantikan dirimu
di depan kelasku
menantikan kami...
Guruku tersayang, guru tercinta
tanpamu apa jadinya aku
tak bisa baca tulis
mengerti banyak hal
guruku, terima kasihku..."
Akhir-akhir ini, hampir setiap hari Fahima menyanyikan lagu itu. Awalnya kakak Faiq yang menyanyikannya, kemudian seperti biasa Fahima menirukan. Berulang-ulang terus... sampai hafal. Hehehe.
Enggak sampai di situ, Fahima sekarang semakin giat main sekolah-sekolahan. Jadi dia menirukan gaya kakak Faiq kalau mau sekolah. Menyiapkan tas, diisi segala macam buku, mainan, juga makanan dan minuman, sampai tasnya penuh (hihihi...), lalu pakai kaos kaki dan sepatu, pakai topi pula. Tapi kadang cuma pakai baju bawahan sama kaos dalem aja, enggak pakai baju atasan (lagi gerah katanya, hahaha...).
Trus setelah bersepatu dan tasnya digendong di pundak, dia berpamitan ke orang-orang yang ada di rumah saat itu. Biasanya ke saya, ke adiknya, dan ke akung juga utinya. Dan, taraaa...! Dia kemudian muter-muter ke seisi rumah pakai sepeda mininya sambil nyanyi lagu seperti di atas itu. Tak ayal seisi rumah jadi rameeee sama suaranya. Mana nyanyinya sambil setengah teriak lagi 😅.
Kebiasaan main sekolah-sekolahan ini akhirnya berdampak pula pada keinginannya yang semakin kuat untuk sekolah. "Pengen sekolah kayak mas Faiq..." begitu katanya merajuk. Sebenarnya sudah agak lama pengennya, tapi akhir-akhir ini yang semakin kuat. Kadang sampai merengek gitu. Saya jadi iba sekaligus gemes lihatnya 😏.
Hal itulah yang akhirnya membuat saya dan suami mantap untuk mendaftarkan si nomer dua Fahima untuk masuk TK (Taman Kanak-kanak) tahun ini. Kenapa enggak masuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) atau PG (Play Group) dulu? Nah, ini sebenarnya saya bingung duluan. Hehehe.
Berkaca pada pengalaman anak pertama, kakak Faiq, yang mulai belajar di PAUD selama satu tahun, lalu mau saya masukkan TK tapi oleh gurunya katanya belum cukup umur sehingga masuk PG dulu (yang setara sama PAUD) selama setahun, kemudian TK A dan B dua tahun. Sehingga Faiq belajar di pra-sekolah selama 4 (empat) tahun (!). Nah, saya enggak pengen Fahima bernasib sama dengan Faiq, kelamaan belajar di pra-sekolah. Jadi saya inginnya dia langsung TK saja (A dan B, sehingga 2 tahun saja).
Mengenai usia, apakah Fahima sudah cukup umur untuk masuk TK? Sudah dihitung, nanti masuk SD usia berapa?
Saat ini, usia Fahima jelang 4 tahun. Jadi bulan Juli nanti (tahun ajaran baru) usianya 4 tahun 3 bulan (lahir April 2014). Jadi kalau dihitung, dia akan masuk SD saat usianya 6 tahun 3 bulan. Tujuh tahun masih kurang, sih.
Sebenarnya saya ingin Fahima masuk SD saat usianya genap 7 tahun. Tapi seperti yang saya singgung di atas, saya enggak ingin dia kelamaan belajar di pra-sekolah. Takutnya dia akan bosan. Yang kedua, kalau saya lihat dia sudah siap masuk TK (menurut pandangan awam saya, sih). Dia sudah berani berkumpul dengan orang-orang baru, keinginannya untuk sekolah sudah kuat banget, kalau saya bacakan cerita sudah bisa mendengarkan lebih lama (berkonsentrasi), sudah mengenal angka dan huruf sedikit-sedikit, dan lain-lain. Oh iya, kalau dilihat dari fisik dan wajahnya, Fahima memang sudah pantas jadi anak TK, sih. Hihihi.
Dulu saya berencana memasukkan Fahima ke TK saat usianya 5 tahun. Tapi melihat keinginannya untuk sekolah yang enggak bisa dibendung lagi, dan dengan pertimbangan-pertimbangan seperti di atas, akhirnya saya "menyerah" dan mendaftarkannya masuk TK tahun ini.
Ya, akhirnya tanggal 27 Januari 2018 kemarin saya mengajak Fahima ke TKIT (Taman Kanak-kanak Islam Terpadu) di dekat rumah kami, tempat belajar kakak Faiq sebelumnya. Saya sudah enggak perlu lagi survey TK-TK yang lain, karena, ya, sudah merasa cocok saja dengan TK tersebut. Meski sebenarnya ada beberapa hal yang kurang "sreg" di hati saya, tapi saya merasa hal-hal positif dari TK tersebut lebih banyak daripada negatifnya.
Yang utama, sih, ustadzah-ustadzah di sana ramah dengan saya maupun anak-anak. Dari pengalaman yang lalu, para ustadzah juga cukup perhatian dengan kakak Faiq. Kalau ada kecelakaan kecil di TK mereka selalu mengabarkan kepada saya. Seperti Faiq pernah muntah saat belajar, menanyakan kenapa (saat itu) agak sering sakit, dan lain-lain. Saat saya mendaftarkan Fahima kemarin, mereka juga ramah banget sama Fahima.
Dari cerita saya di atas, yang saya lakukan sebagai persiapan anak masuk TK adalah sebagai berikut:
kugendong tas merahku di pundak
Slamat pagi semua
kunantikan dirimu
di depan kelasku
menantikan kami...
Guruku tersayang, guru tercinta
tanpamu apa jadinya aku
tak bisa baca tulis
mengerti banyak hal
guruku, terima kasihku..."
Akhir-akhir ini, hampir setiap hari Fahima menyanyikan lagu itu. Awalnya kakak Faiq yang menyanyikannya, kemudian seperti biasa Fahima menirukan. Berulang-ulang terus... sampai hafal. Hehehe.
Enggak sampai di situ, Fahima sekarang semakin giat main sekolah-sekolahan. Jadi dia menirukan gaya kakak Faiq kalau mau sekolah. Menyiapkan tas, diisi segala macam buku, mainan, juga makanan dan minuman, sampai tasnya penuh (hihihi...), lalu pakai kaos kaki dan sepatu, pakai topi pula. Tapi kadang cuma pakai baju bawahan sama kaos dalem aja, enggak pakai baju atasan (lagi gerah katanya, hahaha...).
Trus setelah bersepatu dan tasnya digendong di pundak, dia berpamitan ke orang-orang yang ada di rumah saat itu. Biasanya ke saya, ke adiknya, dan ke akung juga utinya. Dan, taraaa...! Dia kemudian muter-muter ke seisi rumah pakai sepeda mininya sambil nyanyi lagu seperti di atas itu. Tak ayal seisi rumah jadi rameeee sama suaranya. Mana nyanyinya sambil setengah teriak lagi 😅.
Sudah siap masuk TK, ya, Fahima? :) |
Kebiasaan main sekolah-sekolahan ini akhirnya berdampak pula pada keinginannya yang semakin kuat untuk sekolah. "Pengen sekolah kayak mas Faiq..." begitu katanya merajuk. Sebenarnya sudah agak lama pengennya, tapi akhir-akhir ini yang semakin kuat. Kadang sampai merengek gitu. Saya jadi iba sekaligus gemes lihatnya 😏.
Hal itulah yang akhirnya membuat saya dan suami mantap untuk mendaftarkan si nomer dua Fahima untuk masuk TK (Taman Kanak-kanak) tahun ini. Kenapa enggak masuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) atau PG (Play Group) dulu? Nah, ini sebenarnya saya bingung duluan. Hehehe.
Berkaca pada pengalaman anak pertama, kakak Faiq, yang mulai belajar di PAUD selama satu tahun, lalu mau saya masukkan TK tapi oleh gurunya katanya belum cukup umur sehingga masuk PG dulu (yang setara sama PAUD) selama setahun, kemudian TK A dan B dua tahun. Sehingga Faiq belajar di pra-sekolah selama 4 (empat) tahun (!). Nah, saya enggak pengen Fahima bernasib sama dengan Faiq, kelamaan belajar di pra-sekolah. Jadi saya inginnya dia langsung TK saja (A dan B, sehingga 2 tahun saja).
Mengenai usia, apakah Fahima sudah cukup umur untuk masuk TK? Sudah dihitung, nanti masuk SD usia berapa?
Saat ini, usia Fahima jelang 4 tahun. Jadi bulan Juli nanti (tahun ajaran baru) usianya 4 tahun 3 bulan (lahir April 2014). Jadi kalau dihitung, dia akan masuk SD saat usianya 6 tahun 3 bulan. Tujuh tahun masih kurang, sih.
Sebenarnya saya ingin Fahima masuk SD saat usianya genap 7 tahun. Tapi seperti yang saya singgung di atas, saya enggak ingin dia kelamaan belajar di pra-sekolah. Takutnya dia akan bosan. Yang kedua, kalau saya lihat dia sudah siap masuk TK (menurut pandangan awam saya, sih). Dia sudah berani berkumpul dengan orang-orang baru, keinginannya untuk sekolah sudah kuat banget, kalau saya bacakan cerita sudah bisa mendengarkan lebih lama (berkonsentrasi), sudah mengenal angka dan huruf sedikit-sedikit, dan lain-lain. Oh iya, kalau dilihat dari fisik dan wajahnya, Fahima memang sudah pantas jadi anak TK, sih. Hihihi.
Dulu saya berencana memasukkan Fahima ke TK saat usianya 5 tahun. Tapi melihat keinginannya untuk sekolah yang enggak bisa dibendung lagi, dan dengan pertimbangan-pertimbangan seperti di atas, akhirnya saya "menyerah" dan mendaftarkannya masuk TK tahun ini.
Ya, akhirnya tanggal 27 Januari 2018 kemarin saya mengajak Fahima ke TKIT (Taman Kanak-kanak Islam Terpadu) di dekat rumah kami, tempat belajar kakak Faiq sebelumnya. Saya sudah enggak perlu lagi survey TK-TK yang lain, karena, ya, sudah merasa cocok saja dengan TK tersebut. Meski sebenarnya ada beberapa hal yang kurang "sreg" di hati saya, tapi saya merasa hal-hal positif dari TK tersebut lebih banyak daripada negatifnya.
Yang utama, sih, ustadzah-ustadzah di sana ramah dengan saya maupun anak-anak. Dari pengalaman yang lalu, para ustadzah juga cukup perhatian dengan kakak Faiq. Kalau ada kecelakaan kecil di TK mereka selalu mengabarkan kepada saya. Seperti Faiq pernah muntah saat belajar, menanyakan kenapa (saat itu) agak sering sakit, dan lain-lain. Saat saya mendaftarkan Fahima kemarin, mereka juga ramah banget sama Fahima.
Pembiasaan shalat yang lebih rajin (bersama adik Zia) :))) |
Dari cerita saya di atas, yang saya lakukan sebagai persiapan anak masuk TK adalah sebagai berikut:
- Melihat kesiapan anak, sudah siapkah masuk TK? Ini mencakup kesiapan mental dan usia, ya. Kalau idealnya, sih, setahu saya, masuk TK tuh saat anak usia 5 tahun, sehingga nanti saat masuk SD sudah genap berusia 7 tahun (usia yang siap untuk belajar lebih serius). Tapi menurut pengalaman saya kesiapan mental anak untuk belajar berbeda-beda, sih. Dulu saat Faiq seusia Fahima, dia masih malu-malu kalau berkumpul dengan orang banyak, daya konsentrasinya juga masih minim. Kalau Fahima ini sebaliknya. Trus Fahima juga selalu pengen tahu banyak hal. Sukanya tanya-tanya terussss sampai yang jawab bingung mau jawab apa 😄. Jadi meskipun usianya belum genap 5 tahun, tapi insya Allah dia sudah siap masuk TK. Tapi ini nanti tergantung tes psikologi juga, sih (yang akan diadakan oleh TKIT tersebut). Kalau misalnya hasil tes menyatakan Fahima harus masuk Play Group dulu, ya, saya sepertinya harus menerima keputusan itu.
- Mempersiapkan biaya. Ini tentu saja enggak bisa dianggap enteng. Meskipun "hanya" mau masuk TK, tapi TK sekarang biayanya juga enggak murah, sih. Apalagi kalau kita menginginkan TK yang bagus sesuai keinginan kita (dari segi fasilitas, kenyamanan belajar, dan lain-lain). Tentu persiapan biaya juga harus dipikirkan matang-matang agar proses belajar anak jadi lancar, dan enggak mengganggu pos keuangan yang lain.
- Survey TK. Survey dulu beberapa TK yang jadi incaran. Untuk survey ini, sebaiknya memang dilakukan jauh-jauh hari, sih. Kalau sekarang (bulan Februari) sudah agak telat, ya. Seharusnya kalau mau survey minimal 6 bulan sebelum tahun ajaran baru (sekitar bulan Desember). Jadi kita bisa membandingkan antara satu TK dengan TK yang lain. Selain kita yang menilai TK mana yang sesuai keinginan kita, kita juga seharusnya melihat pada anak, dia lebih nyaman di TK yang mana.
- Mempersiapkan anak untuk pembiasaan aktivitas secara rutin. Nah, ini penting juga, agar kita nantinya enggak kewalahan menghadapi atau mengajak anak belajar dalam situasi dan kondisi yang baru (TK). Kalau sebelumnya acara bermain dan belajar di rumah belum teratur, nantinya harus lebih teratur setelah masuk TK. Selain itu juga untuk membantu guru-gurunya, agar anak kita enggak merepotkan mereka. Pembiasaan aktivitas itu seperti bangun tidur lebih pagi secara rutin, mau sarapan sebelum berangkat sekolah, mau berangkat sekolah dengan ceria, dan lain-lain.
Yap, demikian sedikit cerita tentang Fahima yang mau masuk TK dan persiapan-persiapannya. Semoga Fahima nanti lancar belajarnya di TK. Mau belajar dan bermain dengan riang gembira bersama teman-teman dan ustadzahnya. Aamiin.
Biaya dan survey TK itu perlu diperhatikan mba sepengalaman aku saat memutuskan Neyna sekolah TK dmn itu salah satunya program belajar di TK makanya sua sebelumnya survey dan masalah biaya meski kata orang sekolah TK neyna mahal tapi alhamdulilah saya puas karena Neyna banyak mengalami kemajuan :)
ReplyDeleteThanks tipsnya mba, jadi bekal untuk newbie kayak saya. Saya dulu nggak TK, sekarang punya anak pengen dia dapat pendidikan TK juga. Tp bener harus lihat kesiapan anak juga ya. Sama nabung untun biayanya hehe
ReplyDeleteterima kasih tipsnya, jadi tau banyak tentang mengurusi anak untuk masuk TK ini
ReplyDeleteAthiyah juga suka banget lagu itu...
ReplyDeleteFahima sudah mau masuk TK yaa..padahal pas ke rumah masih bayiiii... berarti sudah lama ya mbak kita nggak ketemu
Lucu banget sih adek Fahima yang sholeha :*
ReplyDeleteDulu anak saya masuk TK usia hampir 5, masuk SD juga hampir 7.
Cuman dia kelamaan di playgroup yang mana sempat 3 kali pindah PG hehehe.
Kalau TK saya gak terlalu picky, nanti SD baru rempong cari yang bener-bener bagus.
Bagus kurikulumnya.
Bagus di sukai anak
Bagus juga di dompet hahaha :)
Alif juga mau masuk TK, gak pakai PAUD juga karena aku males nganterin, haha. Kalau gak salah masuk SD minimal 6.5 tahun mbak *cmiiw* moga aja besok bisa diterima SD, gak disuruh nunggu 7th dulu, heuheu
ReplyDelete