Buku itu datang kepada saya oleh sebab ditawarkan teman saya, beberapa tahun yang lalu. Bukunya bersampul dominan merah dan hitam, dengan gambar siluet beberapa orang anak yang tampak sedang berkumpul di bawah bayangan pelangi yang menyala. Yap, buku itu adalah buku Laskar Pelangi. Sebuah buku yang di kemudian hari menjadi best seller dan sangat fenomenal karya penulis asal Belitung; Andrea Hirata.
Cover buku Laskar Pelangi (credit from: https://hamidcell.files.wordpress.com/2011/09/laskar.jpg) |
Saat itu saya sedang dalam proses penggarapan skripsi. Wara-wiri ke obyek penelitian dengan rangkaian alat transportasi berupa sepeda kayuh, angkutan umum, hingga becak. Kemudian mengetik bahan-bahan yang terkumpul, sedikit demi sedikit, ke tempat rental komputer. Atau meminjam laptop teman barang sehari untuk mengebut beberapa bahan temuan yang lumayan banyak. Lalu di sela-sela waktu yang ada, saya memberikan les privat pada beberapa anak SD dan SMP di sore atau malam hari.
Buku itu hadir di tengah kesibukan-kesibukan tersebut. Bagai oase di tengah padang pasir.
Saya membacanya pelan-pelan, menikmati kata demi kata, kalimat demi kalimat. Kadang tersenyum, tertawa pelan, diam-diam meneteskan air mata, atau bahkan tertawa ngakak! Beberapa kali terpaksa saya harus melirik profil sang penulis, Andrea Hirata. Betapa saya mulai mengaguminya! Saya juga sekaligus iri, mengapa dia pandai sekali mengaduk-aduk perasaan pembacanya? Mengapa ceritanya begitu menarik, kalimat-kalimatnya menggelitik, bisa bikin saya tertawa terpingkal-pingkal hingga air mata menitik?
Tapi dari semua perasaan yang hadir itu, hal terbesar yang saya dapatkan dari membaca buku itu adalah hikmah dan pelajaran. Di balik air mata dan tawa yang ada, saya tersadar akan beberapa hal. Saat itu, rasa malas kadang muncul dalam mengerjakan skripsi. Bingung apalagi bahan yang akan dicari, membayangkan betapa jauhnya lokasi penelitian, malas ke tempat rental di siang yang panas, dan sebagainya.
Saya disadarkan oleh Andrea, betapa perjuangan anak-anak Laskar Pelangi dalam memperoleh pendidikan begitu gigih. Semisal Lintang yang harus melewati jalan-jalan yang berbahaya setiap hari saat sekolah, dengan kondisi ekonomi ayahnya yang sangat minim. Atau anak-anak lain yang bersekolah dengan fasilitas seadanya, pun dengan kondisi sekolahnya sendiri. Sangat memprihatinkan.
Tapi mereka tetap semangat dalam belajar dan bersekolah. Mereka menikmati segala keterbatasan itu dalam canda dan tawa. Mereka saling menyemangati, saling berusaha yang terbaik dalam belajar. Jadi, apakah saya pantas bermalas-malasan dalam belajar (mengerjakan skripsi) tatkala fasilitas-fasilitas yang ada masih bisa terjangkau?
Baca juga: Sewa Mobil Belitung Murah dan Lengkap.
Setelah membaca buku itu, semangat saya untuk melanjutkan pengerjaan skripsi kembali menyala. Tak ada kata malas untuk melakukan penelitian meski lokasinya jauh dan terbilang kumuh di beberapa tempat, lalu menyusunnya menjadi sebuah karya dalam bentuk tulisan dan buku. Alhamdulillah, semua bisa selesai dengan lancar dan memuaskan.
Baca juga: Keajaiban di Awal Pernikahan.
Lebih dari itu, dari buku ini saya belajar melihat segala sesuatu dari sisi positif. Kemiskinan dan keterbatasan hidup bukanlah sesuatu yang layak untuk dikeluhkan. Nikmati saja semuanya dengan gembira. Lihat dari sudut pandang positifnya. Inilah kepandaian Andrea dalam menyusun kata. Bagaimana Ikal yang masuk SD dengan pensil tukang jahit, sepatu sepakbola, baju apa adanya, misalnya, tidak menjadikannya menangis malu. Semua keadaan itu dideskripsikan Andrea dengan cara yang kocak, membuat pembaca menangis sekaligus tertawa.
Itu semua membuat saya belajar, bahwa hidup tak perlu dibuat berat, tak perlu dikeluhkan, bagaimanapun tajamnya kerikil-kerikil yang menjadi penghalang mulusnya jalan kehidupan. Jalani semua dengan optimis! Mind set baru tersebut membuat saya lebih semangat menjalani hidup. Ya, hidup ini dibikin enjoy aja, biar awet muda! Hehehe.
Baca juga: Keajaiban di Awal Pernikahan.
Lebih dari itu, dari buku ini saya belajar melihat segala sesuatu dari sisi positif. Kemiskinan dan keterbatasan hidup bukanlah sesuatu yang layak untuk dikeluhkan. Nikmati saja semuanya dengan gembira. Lihat dari sudut pandang positifnya. Inilah kepandaian Andrea dalam menyusun kata. Bagaimana Ikal yang masuk SD dengan pensil tukang jahit, sepatu sepakbola, baju apa adanya, misalnya, tidak menjadikannya menangis malu. Semua keadaan itu dideskripsikan Andrea dengan cara yang kocak, membuat pembaca menangis sekaligus tertawa.
Itu semua membuat saya belajar, bahwa hidup tak perlu dibuat berat, tak perlu dikeluhkan, bagaimanapun tajamnya kerikil-kerikil yang menjadi penghalang mulusnya jalan kehidupan. Jalani semua dengan optimis! Mind set baru tersebut membuat saya lebih semangat menjalani hidup. Ya, hidup ini dibikin enjoy aja, biar awet muda! Hehehe.
Sayangnya, saya tak sempat mempunyai buku Laskar Pelangi tersebut. Setelah saya selesai membacanya, saya tidak membelinya sendiri untuk koleksi pribadi. Tetapi saya membeli buku-buku Tetralogi Laskar Pelangi yang lain (yang terdiri dari 4 buku, tiga yang lain yaitu Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov), yang terbit tak lama setelah Laskar Pelangi menjadi best seller dan sangat populer di Indonesia.
Baca juga: Terima Kasih, Andrea!
Koleksi pribadi, 3 dari 4 buku seri Tetralogi Laskar Pelangi. |
Fix, buku Laskar Pelangi dan ketiga buku yang lain dalam seri Tetralogi Laskar Pelangi merupakan buku favorit saya sepanjang masa (setidaknya sampai detik ini 😊). Karena buku-buku itu mampu mengubah cara pandang saya dalam hidup, membuat saya bisa melakukan banyak hal dengan penuh optimis, dan menyuntikkan berkali-kali semangat dalam hidup saya. Terima kasih, Andrea!
Nama Andrea pun masuk dalam skripsi saya :). |
Udah ga tahu buku saya yang satu ini dimana
ReplyDeleteEfek nomaden, jadinya bingung metani buku siji-siji
Tetapi senang karena mengulang lagi dengan membaca tulisan Mba DeKa di sini.
aku udah pernah baca buku ini, tapi jadi pengen baca lagi pas liat artikel ini..
ReplyDeleteAku cuma baca buku pertama sama terakhir doank ujung ke ujung. Ngarepnya sih di film kan semua. Karena ga banyak waktu untuk membaca khidmat
ReplyDelete