Tema ODOP (One Day One Post) dari Indonesian Social Blogpreneur (ISB) kali ini lumayan berat buat saya. Seharusnya, sesuai jadwal, saya posting kemarin. Tapi karena saya bingung mau nulis seperti apa, akhirnya baru bisa publish hari ini. Yah... betapa saya harus berpikir keras untuk tema yang buat orang lain mungkin terasa biasa-biasa saja. Yap, tema yang saya maksud tersebut adalah tentang "cara menjunjung etika di dunia maya".
Credit from: pexels.com. |
Mengapa berat? Karena saya sendiri sebagai warganet belum bisa sepenuhnya bersikap etis di dunia maya. Apalagi tadi saya baca blogpost-nya bunda Yati Rachmat di www.bundayati.com, ih, tertampar banget saya. Saya jadi sadar banget bahwa masih banyak kesalahan-kesalahan yang saya lakukan di dunia maya. Bukan soal suka berkomentar nyinyir atau suka nyebar berita hoax alias suka asal pencet tombol "share", bukaaannn... saya bukan tipe seperti itu, sih. Hehe.
Tapi... Coba lihatlah daftar "dosa" saya di media sosial:
Tapi... Coba lihatlah daftar "dosa" saya di media sosial:
- Suka "menelantarkan" komentar-komentar di blogpost saya. Ya, ini sudah terjadi sekitar setengah hingga satu tahun terakhir. Entah mengapa, saya sekarang jadi jarang sekali membalas komentar di postingan-postingan blog ini. Padahal itu penting juga untuk membangun engagement dengan para pembaca, kan? Juga untuk urusan blogwalking (BW), saya kadang enggak BW balik ke blog teman-teman yang sudah meninggalkan komentar di blog ini. Hiks. Maafkan sayaaa 😢 ✌.
- Di Instagram (IG), saya termasuk orang yang jarang ngasih like apalagi komentar ke postingan teman-teman. Paling sering ngasih like dan comment kalau dimintai tolong temen di grup WhatsApp (WA) aja. Duh... maafff (lagi). Eh, tapi yang begini ini algoritma IG sudah membalas kelakuan saya, kok. Foto-foto saya jadi jarang like dan comment-nya juga. Hehehe.
- Sama juga dengan di IG, di Facebook dan Twitter pun saya jarang berinteraksi dengan teman-teman di kedua media sosial itu. Padahal, teman dan follower saya di sana juga enggak sedikit banget, sih. Ya, mereka keseringan saya "anggurin". Nyetatus dan bales-bales komentar atau retweet dan love kalau butuh aja.
- Trus, apa kabar dengan yang di WA? Saya kasih tahu, ya, saya sudah dua kali keluar grup WA gara-gara masalah sepele! Haduh... parah! Iya, yang pertama karena saya kurang cocok dengan diskusi beberapa teman di grup (yang ini akhirnya saya masuk grup lagi karena ditarik kembali oleh teman saya), trus yang kedua karena saya merasa tersinggung dengan komentar-komentar salah satu teman di grup tersebut. Hemm... sebenarnya hal itu enggak perlu terjadi, ya, kalau saya bisa lebih bijak bersikap di dunia maya.
- Trus apalagi yaa... nanti kalau ingat "dosa-dosa" yang lain akan saya tambahkan, deh. Hihihi.
Sebenarnya "dosa-dosa" yang saya lakukan itu sudah "diganjar" balik sama algoritma beberapa media sosial tersebut. Seperti di blog, blog saya jadi sepi. Di IG, foto-foto saya jadi sepi juga, begitupun di Facebook dan di Twitter. Yah, semacam hukum karma, lah 😄.
Makanya, saya masih dalam proses memperbaiki diri, nih, untuk menjunjung etika di dunia maya. Sebenarnya saya sudah tahu etikanya harus begini dan begitu, tapi... praktiknya memang masih sulit buat saya. So, minimal, saya akan mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk seperti dalam poin-poin di atas menjadi lebih baik. Yaitu memperbaiki interaksi dengan teman-teman di dunia maya. Toh, semuanya juga akan berbalik pada diri saya sendiri, bukan? Jika saya bisa menghargai teman-teman di dunia maya, insya Allah "kehidupan saya di dunia maya" juga akan eksis. Hihihi, bahasanya, loh 😆.
Credit from: pexels.com. |
Saya tahu, etika di dunia maya itu sangat luas jika harus dibahas secara menyeluruh. Tapi buat saya, intinya adalah kita semestinya bersikap seperti di dunia nyata saat kita berinteraksi di dunia maya. Meskipun di dunia maya kita menggunakan lisan dalam tulisan, tapi anggaplah kita seperti ngobrol berhadap-hadapan langsung dengan teman-teman kita. Sehingga kita enggak pantas diam saja saat diajak bicara (emangnya kita patung? 😄), bukan? Toleransi seperti yang dulu diajarkan di pelajaran PMP (ketahuan angkatan zaman old banget 😄) harus kita terapkan juga di dunia maya. Saling menghargai, menghormati, ataupun tepa slira dengan warganet lainnya seharusnya selalu kita jaga.
Kalau dalam bahasa Jawa, ada istilah "nepakne awake dhewe" yang artinya hampir sama dengan tepa slira. Artinya kalau kita mau diperlakukan secara baik oleh orang lain, kita juga harus berperilaku baik kepada mereka. Kalau kita enggak mau disakiti, kita juga harus menjaga lisan dalam tulisan kita dengan baik di dunia maya. Misalnya, bayangkan jika kita yang disudutkan dengan komentar-komentar nyinyir, apakah kita tidak akan marah? Maka jangan ikut-ikutan berkomentar nyinyir pada status seseorang di media sosial, apalagi jika kita tidak paham duduk perkaranya.
Begitu juga kalau kita enggak suka dikasih berita-berita hoax, maka kita juga harus menahan diri untuk tidak turut menyebarkannya bahkan seharusnya turut mengedukasi mereka yang suka gampang menekan tombol "share" atas berita-berita yang belum tentu valid kebenarannya. Yap, kembali lagi, hargai diri sendiri dengan bersikap etis di dunia maya.
Curhatan ngalor-ngidul ini adalah tulisan untuk bermuhasabah diri atau introspeksi atas perilaku saya di dunia maya. Bukan bermaksud menggurui atau semacamnya. Karena saya masih banyak salah, masih banyak kekurangan. Tulisan ini sekadar untuk mengingatkan diri sendiri agar saya bisa memperbaiki etika di dunia maya. Jadi, tolong jangan nyinyirin saya, ya 😄😍❤
Kalau dalam bahasa Jawa, ada istilah "nepakne awake dhewe" yang artinya hampir sama dengan tepa slira. Artinya kalau kita mau diperlakukan secara baik oleh orang lain, kita juga harus berperilaku baik kepada mereka. Kalau kita enggak mau disakiti, kita juga harus menjaga lisan dalam tulisan kita dengan baik di dunia maya. Misalnya, bayangkan jika kita yang disudutkan dengan komentar-komentar nyinyir, apakah kita tidak akan marah? Maka jangan ikut-ikutan berkomentar nyinyir pada status seseorang di media sosial, apalagi jika kita tidak paham duduk perkaranya.
Begitu juga kalau kita enggak suka dikasih berita-berita hoax, maka kita juga harus menahan diri untuk tidak turut menyebarkannya bahkan seharusnya turut mengedukasi mereka yang suka gampang menekan tombol "share" atas berita-berita yang belum tentu valid kebenarannya. Yap, kembali lagi, hargai diri sendiri dengan bersikap etis di dunia maya.
Curhatan ngalor-ngidul ini adalah tulisan untuk bermuhasabah diri atau introspeksi atas perilaku saya di dunia maya. Bukan bermaksud menggurui atau semacamnya. Karena saya masih banyak salah, masih banyak kekurangan. Tulisan ini sekadar untuk mengingatkan diri sendiri agar saya bisa memperbaiki etika di dunia maya. Jadi, tolong jangan nyinyirin saya, ya 😄😍❤
makasih remindernya mba kadang juga aku kalau lagi malas di dunmay cuman scroll doang males kasih love, komentar atau apapun heheheh tp skrg alhamdulilah mau berubah :P
ReplyDelete