Halo, temans. Apa kabar? Lamaaa banget rasanya enggak nulis di blog kesayangan ini. Dan, yap, ternyata sudah setengah bulan blog ini saya anggurin! Hiks. Sedih, sih. Tapi yaa... gitu deh. Hahaha. Gaje, yak!
By the way, buat semua teman muslim, biarpun telat saya mau ngucapin dulu, nih:
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H, Taqabbalallahu minna wa minkum. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala menerima semua amal ibadah kita di bulan Ramadan. Dan semoga, kita masih diberi kesempatan untuk bertemu bulan mulia tersebut di tahun depan. Aamiin.
Nah, setelah rehat nulis sekian purnama *lebayyy..., kali ini saya mau berbagi cerita tentang acara mudik kemarin, ya. Sebenarnya ini lanjutan dari collaborative blogging bareng mbak Julia Amrih selama Ramadan kemarin, tapi udah kelamaan telatnya kali ya, kalau dibilang lanjutannya, hehe. Tapi saya mau tetep posting, lah, serba-serbi mudik tersebut. Setidaknya buat ngisi blog yang udah lumutan 😊.
Jadi ceritanya, kami tak ada rencana mudik beberapa bulan sebelumnya. Bahkan sebelum si nomer empat lahir, kami sudah merencanakan lebaran di rumah saja. Kami pikir, saat lebaran tiba nanti, si bungsu itu baru berusia 2,5 bulan. Masih terlalu kecil bagi kami untuk diajak jalan-jalan bersilaturahim. Lagipula, kami tak punya kendaraan yang cukup untuk menampung enam orang. Mobil pikap kepunyaan suami tak lagi cukup menampung semua anggota keluarga, yaitu saya dan suami juga empat orang anak 😊.
Tapi saat Ramadan berjalan separuh bulan, pikiran suami berubah. Suami tak bisa menahan keinginan untuk pulang kampung, berjumpa dengan saudara-saudara yang sebagian hanya bisa ditemui saat lebaran Idul Fitri. Maka jadilah, kami merecanakan untuk mudik.
Karena kami tak punya kendaraan yang memadai, maka kami pun mencari mobil sewaan. Naik kendaraan umum (bus) jelas tak mungkin. Kasihan bayi kami. Tapi ternyata, biaya sewa mobil di rental mobil dekat rumah (dan juga rent car yang lain) pada hari raya dan seputarnya mahal sekali. Tarif sewanya naik beberapa kali lipat dari hari biasa. Biasanya sewa per hari Rp.250.000,00 hingga Rp.350.000,00 (tergantung jenis mobilnya), tapi saat hari raya tarifnya mencapai Rp.1.000.000,00 per hari. Akan mendapat diskon jika sewa lebih dari 2 hari. Ckckck... mahal, ya?
Kami memutuskan untuk menyewa dua hari saja, mengingat kebutuhan kami yang masih banyak selain untuk mudik. Hari H+2 lebaran kami baru mudik, karena kami menunggu kedatangan kakak saya yang dari Jakarta pada H+1. Maka di pagi hari Minggu tanggal 17 Juni 2018 kemarin kami meluncur ke Nganjuk dan Kediri, tempat tujuan mudik kami. Tempat kedua nenek dari suami tinggal beserta saudara-saudara yang lain.
Perjalanan mudik kami terbilang cukup lancar meski mengalami kemacetan. Berangkat pukul 07.15, kami tiba di rumah embah Nganjuk pukul 13.00. Tapi, kami mampir ke rumah teman suami dulu sebelum sampai ke rumah embah. Saya bilang cukup lancar karena meski perjalanannya lumayan lama tapi roda mobil kami hampir selalu berputar, tidak berhenti. Kami melalui jalur alternatif (lewat Kediri) yang memang lumayan jauh memutar.
Oh ya, selama perjalanan, saya mabok saudara-saudara! Saya muntah saat perjalanan baru kurang lebih setengah jam dari rumah! Huwaaaa... 😢 sepertinya itu efek karena enggak sarapan dari rumah, deh. Jadilah selama berangkat mudik itu saya enggak bisa menikmati perjalanan sama sekali. Boro-boro mau jeprat-jepret ikutan citizen journalism ala-ala, duduk dengan nyaman saja susah. Hahaha.
Baca juga: 4 Hal yang Bisa Dilakukan Blogger Saat Mudik Agar Tetap Produktif.
Kami di rumah embah Nganjuk di hari pertama. Lalu hari kedua kami ke rumah embah di Kediri. Acara kami selama di kedua kota itu, ya, bersilaturahim ke rumah saudara-saudara saja selain di rumah embah. Saudara kami (dari pihak suami) memang banyak sekali di dua kota itu. Mestinya dua hari enggak cukup waktu untuk kami. Namun karena keterbatasan budget, kami harus mengaturnya sedemikian rupa. Enggak semua rumah saudara bisa kami sambangi. Tapi insya Allah mereka semua maklum dengan kondisi kami 😍.
Selain ke rumah-rumah saudara, suami juga mengajak mampir ke rumah salah satu temannya. Ya, setiap mudik memang suami menyempatkan diri bersilaturahim ke rumah teman-teman sekolahnya dulu, meski hanya satu-dua rumah. Maklum, SMP dan SMA suami di Kediri, sehingga banyak teman-temannya yang tinggal di kota ini. Seperti biasa, aroma nostalgia selalu kental terasa jika suami bertemu teman sekolah. Apalagi yang sudah lama sekali tak bersua. Dan bahagianya, kebanyakan dari mereka sudah jadi orang sukses (secara finansial atau bisnis).
Seperti teman suami yang kami sambangi saat mudik kemarin, beliau memiliki berbagai usaha mandiri. Salah satu yang baru adalah usaha kuliner Mie Organik Mie Sehat. Mie-nya menggunakan bahan sayur-mayur atau buah seperti buah naga, rumput laut, wortel, sawi, dan lain-lain. Toppingnya pun berupa sayuran yaitu jamur. Hihihi. Tapi meski semua berbahan sayuran atau buah, rasanya tetap yummy. Setidaknya bagi saya, sih (yang merupakan penggemar sayuran, hahaha...).
Jadi ceritanya, kami tak ada rencana mudik beberapa bulan sebelumnya. Bahkan sebelum si nomer empat lahir, kami sudah merencanakan lebaran di rumah saja. Kami pikir, saat lebaran tiba nanti, si bungsu itu baru berusia 2,5 bulan. Masih terlalu kecil bagi kami untuk diajak jalan-jalan bersilaturahim. Lagipula, kami tak punya kendaraan yang cukup untuk menampung enam orang. Mobil pikap kepunyaan suami tak lagi cukup menampung semua anggota keluarga, yaitu saya dan suami juga empat orang anak 😊.
Tapi saat Ramadan berjalan separuh bulan, pikiran suami berubah. Suami tak bisa menahan keinginan untuk pulang kampung, berjumpa dengan saudara-saudara yang sebagian hanya bisa ditemui saat lebaran Idul Fitri. Maka jadilah, kami merecanakan untuk mudik.
Karena kami tak punya kendaraan yang memadai, maka kami pun mencari mobil sewaan. Naik kendaraan umum (bus) jelas tak mungkin. Kasihan bayi kami. Tapi ternyata, biaya sewa mobil di rental mobil dekat rumah (dan juga rent car yang lain) pada hari raya dan seputarnya mahal sekali. Tarif sewanya naik beberapa kali lipat dari hari biasa. Biasanya sewa per hari Rp.250.000,00 hingga Rp.350.000,00 (tergantung jenis mobilnya), tapi saat hari raya tarifnya mencapai Rp.1.000.000,00 per hari. Akan mendapat diskon jika sewa lebih dari 2 hari. Ckckck... mahal, ya?
Kami memutuskan untuk menyewa dua hari saja, mengingat kebutuhan kami yang masih banyak selain untuk mudik. Hari H+2 lebaran kami baru mudik, karena kami menunggu kedatangan kakak saya yang dari Jakarta pada H+1. Maka di pagi hari Minggu tanggal 17 Juni 2018 kemarin kami meluncur ke Nganjuk dan Kediri, tempat tujuan mudik kami. Tempat kedua nenek dari suami tinggal beserta saudara-saudara yang lain.
Perjalanan mudik kami terbilang cukup lancar meski mengalami kemacetan. Berangkat pukul 07.15, kami tiba di rumah embah Nganjuk pukul 13.00. Tapi, kami mampir ke rumah teman suami dulu sebelum sampai ke rumah embah. Saya bilang cukup lancar karena meski perjalanannya lumayan lama tapi roda mobil kami hampir selalu berputar, tidak berhenti. Kami melalui jalur alternatif (lewat Kediri) yang memang lumayan jauh memutar.
Oh ya, selama perjalanan, saya mabok saudara-saudara! Saya muntah saat perjalanan baru kurang lebih setengah jam dari rumah! Huwaaaa... 😢 sepertinya itu efek karena enggak sarapan dari rumah, deh. Jadilah selama berangkat mudik itu saya enggak bisa menikmati perjalanan sama sekali. Boro-boro mau jeprat-jepret ikutan citizen journalism ala-ala, duduk dengan nyaman saja susah. Hahaha.
Baca juga: 4 Hal yang Bisa Dilakukan Blogger Saat Mudik Agar Tetap Produktif.
Kami di rumah embah Nganjuk di hari pertama. Lalu hari kedua kami ke rumah embah di Kediri. Acara kami selama di kedua kota itu, ya, bersilaturahim ke rumah saudara-saudara saja selain di rumah embah. Saudara kami (dari pihak suami) memang banyak sekali di dua kota itu. Mestinya dua hari enggak cukup waktu untuk kami. Namun karena keterbatasan budget, kami harus mengaturnya sedemikian rupa. Enggak semua rumah saudara bisa kami sambangi. Tapi insya Allah mereka semua maklum dengan kondisi kami 😍.
Selain ke rumah-rumah saudara, suami juga mengajak mampir ke rumah salah satu temannya. Ya, setiap mudik memang suami menyempatkan diri bersilaturahim ke rumah teman-teman sekolahnya dulu, meski hanya satu-dua rumah. Maklum, SMP dan SMA suami di Kediri, sehingga banyak teman-temannya yang tinggal di kota ini. Seperti biasa, aroma nostalgia selalu kental terasa jika suami bertemu teman sekolah. Apalagi yang sudah lama sekali tak bersua. Dan bahagianya, kebanyakan dari mereka sudah jadi orang sukses (secara finansial atau bisnis).
Seperti teman suami yang kami sambangi saat mudik kemarin, beliau memiliki berbagai usaha mandiri. Salah satu yang baru adalah usaha kuliner Mie Organik Mie Sehat. Mie-nya menggunakan bahan sayur-mayur atau buah seperti buah naga, rumput laut, wortel, sawi, dan lain-lain. Toppingnya pun berupa sayuran yaitu jamur. Hihihi. Tapi meski semua berbahan sayuran atau buah, rasanya tetap yummy. Setidaknya bagi saya, sih (yang merupakan penggemar sayuran, hahaha...).
Kami balik ke Sidoarjo pada tanggal 19 Juni dini hari (untuk menghidari kemacetan). Berangkat pukul 03.00, alhamdulillah sampai di rumah pukul 05.00. Dua jam saja! Berbeda jauuuhhh dengan saat berangkat, ya? Memang waktu normal perjalanan Sidoarjo-Kediri/Nganjuk sekitar tiga jam saja, sih. Kalau bisa dua jam saja, ya, karena suami agak ngebut. Hehe.
Begitulah, cerita mudik singkat kami di lebaran tahun ini. Kami hanya mengkhususkan diri untuk bersilaturahim ke rumah saudara-saudara dan teman. Dan, memang begitulah kebiasaan kami saat mudik. Kami hanya akan ke tempat wisata jika waktu bersilaturahim masih tersisa. Bagi kami, yang terpenting saat mudik adalah bersilaturahim. Bagaimana dengan teman-teman? Ada cerita apa saja selama mudik? Share, dong 😊.
Begitulah, cerita mudik singkat kami di lebaran tahun ini. Kami hanya mengkhususkan diri untuk bersilaturahim ke rumah saudara-saudara dan teman. Dan, memang begitulah kebiasaan kami saat mudik. Kami hanya akan ke tempat wisata jika waktu bersilaturahim masih tersisa. Bagi kami, yang terpenting saat mudik adalah bersilaturahim. Bagaimana dengan teman-teman? Ada cerita apa saja selama mudik? Share, dong 😊.
Maap lahir batin juga mba, heheheh.
ReplyDeleteMudik selalu ngangenin ya Mba.