Infrastruktur penunjang transportasi memang merupakan salah sektor yang dimaksimalkan pembangunannya dalam 5 tahun terakhir. Selain untuk menghubungkan antar wilayah atau mempercepat pendistribusian barang dan jasa, terdapat misi mulia lainnya yakni mengangkat pengembangan sektor-sektor strategis dari sebuah wilayah yang selama ini terkendala dengan faktor aksesibilitas.
Di pertengahan November 2018, sebuah babak baru tercipta untuk mengembangkan wilayah-wilayah strategis di Bali Utara. Yaitu melalui ground breaking pembangunan jalan raya (non-tol) Denpasar ke Buleleng. Pengembangan jalan raya ini sekiranya akan memangkas akses dari Ibukota Provinsi Bali, Denpasar menuju kota terbesar di Bali Utara, Buleleng hanya dengan waktu maksimal 1,5 jam saja.
Berbicara tentang Provinsi Bali, mayoritas masyarakat hanya mengenal wilayah Bali di bagian Selatan dan Tengah. Hal itu tentu disebabkan destinasi-destinasi wisata yang populer terdapat di wilayah tersebut.
Padahal, jika menelisik ke wilayah Bali bagian Utara, masih banyak destinasi-destinasi wisata potensial yang tidak kalah indahnya dibanding wilayah Bali Selatan dan Tengah. Tidak hanya potensi wisata, Bali Utara juga digadang menghadirkan megaproyek lainnya seperti pembangunan kawasan industri Bali Utara, pelabuhan kapal-kapal komersil di Celukan Bawang hingga rencana pembangunan Bandara Internasional Bali Utara (BIBU).
Mengutip pernyataan Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana di sela-sela ground breaking pembangunan jalan non-tol Buleleng-Denpasar, melalui pengembangan aksesibilitas infrastruktur tersebut, ia percaya akan berdampak kepada berkembangnya perekonomian warga sekitar.
Kenaikan Harga Jual Tanah
Tidak bisa dipungkiri bahwa infrastruktur aksesibilitas akan sangat berpengaruh kepada pengembangan dan pertumbuhan nilai dari properti. Jika melihat peran dari infrastruktur, wilayah-wilayah yang awalnya tidak terjamah sebagai lokasi pengembangan properti justru berubah menjadi salah satu opsi tempat bermukim masyarakat.
Bali Utara dikenal memiliki kondisi alam yang lebih asri dibanding tengah dan Selatan Bali, pasalnya mayoritas dari topografi wilayah merupakan kawasan-kawasan dengan dataran tinggi, perbukitan, dan porsi kawasan hijau (pertanian dan hutan) yang luar biasa banyaknya. Apalagi ditambah beberapa wilayah di Bali Utara letaknya juga sangat berdekatan dengan pantai-pantai yang indah.
Tino Wijaya, Sekretaris Dewan Pengurus Daerah Real Estate Indonesia Bali (DPD REI Bali), mengatakan berdasarkan pengamatan DPD REI Bali, keberadaan jalan shortcut dari Denpasar menuju Buleleng diprediksi akan berdampak kepada kenaikan dari harga jual tanah serta permintaan jual beli tanah di kawasan sekitar Bali Utara.
Dalam pembabakan harga tanah di wilayah Bali Utara, harga jual tanah terendah terdapat di wilayah perbukitan, sementara itu harga jual tanah tertinggi terdapat di wilayah pesisir pantai. Wilayah pesisir pantai memiliki harga yang cenderung tinggi karena berdekatan dengan kawasan pariwisata dan akomodasi perhotelan serta resort.
Tino menjelaskan, baik di wilayah dataran perbukitan maupun wilayah pesisir, pertumbuhan harga jual tanahnya masih cenderung stagnan dalam lima tahun terakhir. Salah satu faktor penyebab yang memberikan dampak terbesar adalah daya beli masyarakat yang tidak terlalu tinggi.
"Daya beli masyarakat untuk properti masih rendah, termasuk juga sektor pertanahan. Sekalipun ada (pembelian), tanah yang dibeli tidak dikelola menjadi hunian tetapi cuma sekedar mengalokasikan dana untuk investasi tanah."
Melalui pengembangan shortcut ini, REI Bali memprediksi alasan pembelian sejumlah tanah dijual untuk berinvestasi akan berganti menjadi pembelian untuk dikelola menjadi properti baru. Selain itu, harga jual tanah akan meningkat dikarenakan peningkatan pembelian tanah dari sejumlah investor properti.
*SPONSORED POST
No comments
Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.