Meski sudah sangat terlambat dan bulan Syawal 1440 H sudah lewat, saya tetap menuliskan cerita ini. Sebagai catatan saja, untuk kenang-kenangan di kemudian hari. Dan tentu saja, untuk memenuhi janji saya pada diri sendiri. Yap, kalau tempo hari saya sudah menuliskan Catatan #1 Lebaran 2019, kali ini adalah lanjutannya, yaitu Catatan #2 Lebaran 2019: Mudik dan Jalan-jalan 😊.
Sudah sejak bulan Ramadhan adik ipar yang tinggal di Merak, Banten, bilang, bahwa dia dan anak istrinya ingin berlebaran di kampung halaman (Nganjuk dan Kediri). Sebelum-sebelumnya mereka selalu berlebaran di Merak (kampung istrinya). Jadi kali ini mereka ingin bersama-sama kami mudik ke Nganjuk dan Kediri, lalu jalan-jalan bersama entah ke mana.
Karena itulah suami sudah memesan sewa mobil untuk 5 hari di rental mobil dekat rumah. Dan, saat hari kedua lebaran, adik sekeluarga sudah mendarat di bandara Juanda. Suami pun langsung menjemput mereka. Sekitar pukul 11 siang, mereka sudah sampai di rumah kami. Kami sekeluarga senang atas kehadiran mereka. Terutama anak-anak, mereka mendapat teman main baru di rumah. Hehe. Keponakan dari Banten itu ada dua, laki-laki dan perempuan. Keduanya masih balita. Alhamdulillah anak-anak itu langsung akrab satu sama lain meski terakhir jumpa masih sama-sama kecilnya. Hehe.
Saatnya Mudik...
Setelah beristirahat sehari, kami pun langsung mudik ke Nganjuk dan Kediri (di hari ketiga lebaran). Kami berangkat sebelum Shubuh (pukul 04.00) dengan tujuan agar tidak terjebak macet. Dan memang sesuai harapan kami, alhamdulillah perjalanan kami lancar tanpa macet sedikit pun. Kami sampai di Nganjuk sekitar pukul 7 pagi. Hampir bersamaan dengan kami, tiba pula adik dan suaminya yang datang dari rumahnya di Gresik.Rumah yang menjadi persinggahan kami di Nganjuk adalah rumah embah. Sejak saya menikah, memang rumah ini yang selalu kami (saya dan suami, juga adik-adik) tuju jika sedang mudik. Karena bapak ibu mertua sudah meninggal semua, dan rumahnya kosong. Jadi rumah embah lah yang kami tuju. Namun tahun lalu embah meninggal. Tak ada lagi embah di rumah itu. Tapi, rumah yang kini dijaga bulik itu tetap jadi tujuan kami tiap ke Nganjuk.
Kami pun segera berbenah untuk kemudian bersilaturahim ke keluarga dan tetangga di sana. Banyak sekali saudara yang mesti kami kunjungi. Pakdhe budhe, paklik bulik, hampir semuanya tinggal di dekat rumah embah dan rumah bapak ibu.
Berfoto bersama di depan rumah mendiang bapak ibu yang kosong (sepertiganya dikontakkan). |
Sore harinya, kami ke rumah saudara yang agak jauh dari rumah embah dan langsung ke Kediri. Di Kediri ada embah dari pihak ibu mertua, dan para budhe dan bulik/paklik. Sore hingga malam itu kami hanya bisa mengunjungi rumah embah dan dua rumah budhe dan paklik. Lalu kami kembali lagi ke Nganjuk untuk beristirahat di sana.
Entah mengapa, kami lebih nyaman tidur di rumah embah Nganjuk. Meski fisik rumahnya tidak bisa dikatakan bagus, bahkan sebagian besar lantainya masih berupa tanah, tapi kami lebih nyaman dan bebas di sana. Karena hanya kami yang menempati rumah itu. Dan karena di sana hanya ada bulik sebagai tuan rumah, seorang yang enggak banyak bicara tapi suka membantu kerepotan keponakan-keponakannya. Hehe. Beliau baik sekali.
Keesokan harinya, kami melanjutkan silaturahim ke rumah saudara di Kediri. Rencananya, sih, kami hanya akan berkunjung ke satu rumah lalu refreshing dulu ke tempat wisata. Setelah itu baru berkunjung lagi ke satu rumah saudara yang lain, kemudian kembali ke Sidoarjo. Tapi... Rencana berubah dengan mudahnya, karena suami dan adik adalah dua saudara yang betah ngobrol. Hehehe. Jadilah satu rumah saja menghabiskan waktu yang lama. Kemudian mampir sebentar ke tempat wisata bendungan, lalu masih mampir ke satu rumah teman lama. Hemm...
Hari sudah sore. Kami pun segera beranjak dari BDI dan menuju ke rumah bulik. Agak lama kami di sana, hingga menjelang Maghrib. Setelah itu kami masih mampir ke satu rumah saudara yang rumahnya searah jalur kembali ke Sidoarjo. Dan, ya, itulah rumah terakhir yang kami kunjungi sebelum kami melaju melewati jalan tol ke arah Sidoarjo. Kami sampai di rumah sekitar pukul 22.00 (malam).
Silaturahim Masih Berlanjut...
Mumpung adik masih di Jawa Timur dan mobil masih tersedia, maka kami menyempatkan untuk bersilaturahim ke sebanyak mungkin rumah saudara, kerabat, atau teman. Setelah beristirahat sepulang dari Nganjuk dan Kediri, esoknya kami melanjutkan bersilaturahim ke rumah kerabat di Surabaya dan saudara di Gresik. Sudah lama sekali adik tak berjumpa dengan salah satu kerabat di Surabaya itu. Sehingga kami pun ngobrol santai hingga menjelang Dhuhur.Setelah itu kami ke Gresik, yaitu ke rumah adik bungsu kami yang baru saja menikah akhir tahun lalu. Sekitar satu hingga dua jam kami di sana. Lalu kami ingin mengunjungi Masjid Namira di Lamongan yang terkenal itu. Kalau dari rumah adik di Gresik, jaraknya tidak terlalu jauh. Saya sekeluarga sudah pernah ke sana sebelumnya. Tapi untuk adik sekeluarga, baru kali ini mereka menyaksikan langsung keindahan Masjid Namira
Di Masjid Namira Lamongan. |
Sampai di rumah sudah hampir 'Isya'. Kami beristirahat, terutama adik sekeluarga. Karena besoknya, mereka akan kembali ke Banten. Tapi sepertinya mereka juga tak bisa tidur nyenyak. Karena anak-anak tak betah jika hanya disuruh beristirahat terus 😄.
Akhirnya pukul 11.00 (siang) kami berangkat menuju bandara Juanda, karena tiket keberangkatan adalah pukul 14.30. Alhamdulillah proses check-in lancar dan enggak begitu antri. Kami pun segera melepas adik sekeluarga. Dan berharap, tahun depan akan jadi lebaran yang lebih membahagiakan. Aamiin.
Begitulah cerita #2 lebaran 2019 kami. Alhamdulillah sangat berkesan meskipun waktunya mungkin kurang lama. Hehehe. Semoga suatu saat kami sekeluarga bisa mempunyai moda transportasi pribadi yang pas buat silaturahim dan jalan-jalan. Aamiin.. (tolong di-aamiin-kan dong, teman-teman baikku 😍😄).
No comments
Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.