"Mii.. waktu kecil dulu wajah Umi kayak apa, sih?"
"Iya, Mi. Aku pengen tau. Mana fotonya?"
Dua kakak beradik itu berebut bertanya pada saya. Mereka ingin tahu, seperti apa wajah ibunya di waktu kecil. Haha.
Seketika pikiran saya pun menjadi sedikit bingung. Foto waktu kecil? Di mana saya harus mencari? Di mana saya bisa menemukan? Sedangkan saya dan keluarga dulu jarang sekali berfoto?
Baca juga: Hujan dan Gubuk di Tepi Sawah.
Lalu saya ingat setumpuk buku raport beserta ijazah-ijazah saat sekolah dulu. Yap, pasti masih ada foto saya di antara kertas-kertas itu. Meski hanya pas foto, sih. Hehe. Kami pun segera membuka lemari bersama, lalu mengambil satu berkas dokumen sekolah saya. Dan... Kami menemukan!
Dari foto itu mungkin bisa terbaca, bahwa sejak kecil, saya adalah anak yang pendiam dan pemalu. Lihat saja sorot matanya. Hehe. Ya, saya bukan anak yang ceria. Bukan. Tapi lebih banyak diam dan hanya sesekali bercanda dengan teman dekat. Tentunya banyak faktor yang membentuk pribadi saya jadi seperti itu 😊.
Baca juga: Sepenggal Kisahku: Introvert dan Merasa Terdiskriminasi.
Melihat foto-foto masa kecil yang hanya berupa pas foto di buku raport dan beberapa ijazah, saya jadi mengenang soal foto di masa lalu. Dulu, kami enggak punya kamera ataupun handpone berkamera (yang ini memang belum musim 😄). Jadi hampir tak ada dokumentasi atas peristiwa-peristiwa yang kami lalui saat itu. Acara-acara sekolah, jalan-jalan ke tempat wisata, ya, enggak ada acara foto-fotoan. Apalagi selfie-selfie, dengar istilahnya saja belum 😅.
Pernah, sih, kami sekeluarga diajak saudara pergi ke tempat wisata yaitu Baturraden di Purwokerto. Kami sempat berfoto-ria, karena saudara tersebut punya kamera. Kami pun kemudian dikirimi beberapa foto cetaknya. Tapi sayang, foto-foto itu sekarang sudah hilang entah ke mana. Waktu kelas 5 SD, saya juga sempat berfoto bareng kakak di studio foto di kota kami. Tapi sama saja, foto-foto itu sudah enggak ada.
Jadilah, saya hanya bisa tunjukkan pas foto sekolah seperti di atas ke anak-anak saya. Sambil menunjukkan foto itu, saya pun bercerita tentang tidak mudahnya berfoto saat saya masih kecil. Beda sekali dengan saat ini, anak-anak bisa berfoto kapanpun dan di manapun mereka mau. Asal ada smartphone ibu bapaknya, tinggal cekrek-cekrek, puluhan foto sudah jadi. Kalau mau dicetak juga gampang.
Baca juga: Pengalaman Menggunakan OPPO F9.
Manfaat Mengabadikan Momen Masa Kecil dalam Foto atau Video
Saat saya kecil, belum banyak orang-orang di sekitar saya yang punya kamera. Sehingga hanya di acara-acara super penting seperti misalnya acara pernikahan atau wisuda, kami bisa berfoto. Tentu saja kami sekeluarga hanya nebeng foto. Hehe. Sekarang zaman sudah sedemikian maju, setiap momen bisa diabadikan dalam bentuk foto ataupun video.Mengabadikan momen-momen seperti itu ternyata memang penting, bahkan kadang sangat penting. Seperti kasus saya di awal cerita ini, yaitu untuk ditunjukkan kepada anak-anak kita beberapa tahun ke depan. Makanya, sekarang saya pun rajin mengabadikan foto anak-anak dalam momen-momen tertentu. Momen tumbuh kembang mereka saya abadikan dalam foto, lalu saya simpan baik di komputer, kadang juga di media sosial dan blog ini.
Mungkin suatu hari nanti, ketika mereka besar, dewasa, bahkan mungkin jika mereka sudah punya anak seperti saya sekarang, mereka bisa mengenang kembali masa kecil mereka. Mereka juga bisa menunjukkan kepada anak-anak mereka bagaimana masa kecil mereka. Bagaimana lucunya wajah mereka saat bayi, bagaimana saat belajar merangkak, berjalan, atau saat bermain-main dengan teman-temannya. Enggak cuma menunjukkan pas foto dalam buku raport saja. Hehehe.
Kalau teman-teman, masih menyimpan foto-foto masa kecilnya enggak? Pajang di blog atau medsos, yuk! Trus ceritain kisahnya, deh. Pasti asyik! 😍
Belajar dari ga banyaknya foto kita sekarang sama anak sih rajin banget ngeabadiin sama kdg vidioin.
ReplyDelete