Ya, sebelumnya, kami harus ke Stasiun Sidoarjo dulu jika ingin naik kereta api. Dan, pergi ke sana bisa memakan waktu kurang lebih setengah jam dari rumah. Namun kini, hanya perlu sekitar 10 menit maka kami sudah sampai di Stasiun Tulangan. Lalu kami bisa naik kereta api menuju Sidoarjo, lalu terserah mau ke mana lagi.
Stasiun Tulangan, akhir 2018. |
Dengan dibukanya kembali stasiun kereta api ini, kami bisa mempunyai pilihan yang menyenangkan dalam urusan transportasi. Kami tak perlu lama berpanas-pansa dan atau bermacet-macet dulu menuju Stasiun Sidoarjo jika ingin melakukan perjalanan dengan kereta api. Sebentar saja naik sepeda motor atau mobil, sampai di stasiun, lalu duduk sebentar menunggu keberangkatan kereta.
Biasanya, kami memilih alat transportasi yang satu ini untuk jalan-jalan atau berkunjung ke rumah saudara. Anak-anak senang sekali naik kereta api. Begitu pula dengan sekolah anak-anak, beberapa kali kegiatan outing class dilakukan dengan naik kereta api. Alasan memilih naik kereta api mungkin sudah jelas, ya. Bahwa naik kereta api itu biayanya terjangkau (murah), minim polusi, relatif tepat waktu, jauh dari kemacetan, aman, dan menyenangkan karena bisa sambil melihat panorama alam di sekitar.
Baca juga: Terbang "SELAMANYA" (Tips Mudik dengan Pesawat Terbang).
Naik kereta api itu nyaman, aman, dan menyenangkan :) |
Konektivitas untuk Pemerataan Pembangunan
Pembukaan kembali stasiun kereta api seperti yang terjadi pada Stasiun Tulangan merupakan salah satu rangkaian dari upaya menciptakan konektivitas. Konektivitas atau keterhubungan antara daerah satu dengan yang lain bisa dibangun melalui perkeretaapian. Dengan kereta api, aksesibilitas suatu daerah bisa menjadi lebih baik.Misalnya saja, jika sebelumnya untuk menjangkau suatu tempat kita mesti menggunakan beberapa alat transportasi dan akan menghabiskan biaya yang tak sedikit, dengan adanya stasiun-stasiun kereta api kecil kita bisa dengan mudah menjangkau tempat tersebut dengan biaya yang lebih ringan. Tinggal pelajari jalur kereta api di daerah yang akan dikunjungi.
Konektivitas itulah yang terus diupayakan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) yang berada di bawah Kementrerian Perhubungan Republik Indonesia (Kemenhub RI) dalam 5 tahun terakhir ini. Dan, pengoperasian kembali stasiun-stasiun kereta api kecil tentu tak lepas dari program reaktivasi (menghidupkan kembali) jalur-jalur kereta api di Indonesia.
Ya, selama beberapa tahun sebelumnya, banyak sekali jalur-jalur (rel-rel) kereta api yang mati (tak digunakan lagi). Misalnya saja, di Jawa Timur rel kereta yang mati mencapai 615 km yang membentang dari Madiun hingga Bangkalan. Lalu di Jawa Tengah, rel-rel yang mati panjangnya sekitar 440 km, dari Semarang hingga Cepu. Begitu pula di Jawa Barat, juga di daerah-daerah lain di luar Jawa.
Sumber gambar: djka.dephub.go.id |
Reaktivasi jalur-jalur kereta api tentu memerlukan bangunan stasiun kereta api. Kalau enggak ada stasiun-stasiun kecil, lalu di mana penumpang akan turun untuk menjangkau tempat yang jauh dari angkutan umum? Hehe. Maka stasiun-stasiun kecil yang sempat "mati" juga kembali dioperasikan. Program reaktivasi ini memang penting untuk menciptakan konektivitas untuk pemerataan pembangunan. Sebab dengan menghidupkan kembali jalur-jalur kereta api bersama stasiun-stasiunnya, maka hal ini cukup potensial untuk mendongkrak daya saing ekonomi daerah.
Sebut saja sektor pariwisata. Dengan adanya kereta api yang bisa menjangkau destinasi-destinasi wisata, aksesibilitasnya tentu akan lebih baik. Wisatawan akan mendapatkan alternatif alat transportasi yang lebih murah, nyaman dan tidak terjebak macet, misalnya. Begitu juga dengan sektor-sektor lain. Karena kereta api dapat diandalkan untuk mengangkut manusia juga barang dengan beberapa kelebihan seperti yang telah disebutkan di atas.
Maka enggak heran jika DJKA terus mengupayakan konektivitas tersebut. Bahkan menurut Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Zulfikri, pada tahun 2019 ini lebih dari 90% anggaran Ditjen Perkeretaapian dialokasikan untuk pembangunan jalur dan bangunan perkeretaapian. Hemm.. enggak tanggung-tanggung, ya.
Halaman depan sisi barat Stasiun Tulangan. |
Dalam kesempatan menyampaikan capaian lima tahun Kementerian Perhubungan periode pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla tahun 2014-2019 di Jakarta pada tanggal 19 Oktober 2019 kemarin, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan bahwa program Indonesia Sentris yang dicanangkan pemerintah telah membuka akses keterisolasian serta dapat meningkatkan perekonomian suatu daerah. Program Indonesia Sentris sendiri merupakan program yang memberikan perhatian khusus pada Daerah 3TP (Terluar, Terdepan, Tertinggal, dan Perbatasan).
Baca juga: Seperti Inikah Kondisi Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat?
Seperti kita ketahui, Kementerian Perhubungan membawahi:
- Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,
- Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,
- Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, dan
- Direktorat Jenderal Perkeretaapian.
Capaian pada masing-masing sektor dapat pula dilihat dalam gambar berikut:
Sumber data: dephub.go.id |
Dalam sektor Perkeretaapian, reaktivasi jalur KA (seperti yang telah diuraikan di atas) menjadi salah satu capaian dari DJKA selain pembangunan proyek Double-Double Track (DDT), pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dan kereta semi cepat Jakarta-Surabaya.
“Kereta api kita sudah berhasil menyelesaikan double-double track, reaktivitasi jalur kereta api, pembangunan kereta cepat yang sedang berlangsung sekarang dan kereta semi cepat yang sedang dilakukan feasibity study,” demikian disampaikan Menhub.
Menhub juga menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur transportasi yang dilakukan juga agar membuka ruang ekonomi baru di daerah-daerah. Seperti misalnya, melalui dukungan atas pengembangan kawasan wisata dengan penyediaan akses transportasi dari dan menuju kawasan wisata, baik sarana maupun prasarana pendukung.
“Karena pariwisata berkaitan erat dengan sektor ekonomi kreatif, dan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Bapak Presiden ingin bahwa segala kegiatan Perhubungan pada dasarnya harus memberikan suatu ruang ekonomi baru atau potensi baru,” demikian diungkapkan Menhub.
Sementara itu, dalam kesempatan lain di Balikpapan (talkshow Rancang Bangun dan Kesiapan Kalimantan Timur Sebagai Ibu Kota Negara), Budi Karya menyatakan bahwa kota yang memiliki daya tarik adalah kota yang mempunyai konektivitas dan aksesibilitas yang baik.
“Konektivitas dan aksesibilitas yang baik bisa dilakukan dengan membangun MRT, LRT, Kereta Api dan Bus Listrik. Itu akan sangat memudahkan pergerakan masyarakat,” ungkapnya.
Kesimpulannya, sesuai filosofi Indonesia Sentris, bahwa yang menjadi tekanan pembangunan maupun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Kemenhub adalah dengan memperhatikan daerah-daerah terluar, terdepan, tertinggal dan di perbatasan. Maka dalam 5 tahun terakhir yang diupayakan oleh Kemenhub tak lepas dari "rel" tersebut. Tak lain tujuannya adalah menjadikan unggul transportasi di seluruh negeri, agar Indonesia maju secara merata.
Oh ya, jika teman-teman ingin mengetahui informasi terkait Kemenhub termasuk kinerjanya selama 5 tahun terakhir, bisa mengunjungi website-nya di:
http://dephub.go.id
Atau bisa juga kunjungi media sosialnya:
Twitter: https://twitter.com/kemenhub151
Facebook: https://www.facebook.com/kemenhub151
Instagram: https://instagram.com/kemenhub151
Demikianlah teman-teman, sekelumit cerita saya tentang stasiun-stasiun kereta api kecil dan kaitannya dengan konektivitas untuk pemerataan pembangunan di Indonesia. Keberadaan stasiun-stasiun kereta api kecil seperti Stasiun Tulangan di dekat rumah kami memang membantu menciptakan konektivitas. Ya, semoga di tahun-tahun mendatang Indonesia akan semakin maju, dan kesejahteraan merata di seluruh negeri. Aamiin.
Sumber:
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Tulangan
- http://hubdat.dephub.go.id/berita/2746-menhub-transportasi-publik-jadi-andalan-wujudkan-konektivitas-dan-aksesibilitas-di-ibu-kota-baru#
- http://dephub.go.id/post/read/capaian-lima-tahun-kinerja,-menhub--indonesia-sentris-membuka-keterisolasian-dan-membuka-ruang-ekonomi-baru
- https://economy.okezone.com/read/2019/02/21/320/2020958/reaktivasi-jalur-kereta-api-pacu-daya-saing?
Di Sumatera Barat ada jaringan KA warisan belanda kurang lebih 200km kali yah. Yang baru saja diaktifkan belum separohnya. Padahal yang sisanya adalah jalur ke pusat wisata yaitu kota Bukittinggi
ReplyDeleteOh jadi itu sebabnya ada beberapa stasiun kecil yg dibuka kembali ya.. Semoga pemerataan pembangunan benar2 terbukti dan bermanfaat ya..
ReplyDeleteTinggal ke Cianjur yg blm sampai nih. Waktu menteri perhubungan Pak Ignasius, rel KA Cianjur Bandung mau dibuka lagi. Eh ganti Menhub proyek itu mangkrak sampai sekarang. Nasib orang Cianjur, sarana transportasi serba susah. Mau ke Jakarta saja harus nyubuh karena kalau tidak akan kena sistem buka tutup
ReplyDeletePernah yg mau melahirkan hatus naik ojek dan melawan arus karena jalur ditutup demi pariwisata puncak
Pemerintah memikirkan hal itu gak ya?
Asyik ya Mbaaa, kalo kinerja Kemenhub ini maksimal.
ReplyDeletebikin masyarakat jadi makin gampil tatkala melakukan perjalanan.
Bravo!
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Keren banget ya pemerataan pembangunan yang dilakukan pemerintah, jadi stasiun kecil lainnya bisa balik operasi lagi, Pilihan kota untuk singgah pun jadi semakin banyak, traveller murah kaya aku yang suka keretaan itu jadi seneng :3
ReplyDeleteNaik Kereta Api itu anti macet. Andai ya Jepara ada. Kalau mau naik kudu ke Semarang dulu. Jadi kudu tepat waktunya
ReplyDeleteBerharap jalur kereta yang menuju kota kecil kembali dibuka. Di Pangandaran ada Stasiun Pangandaran, sayang malah ditutup pada tahun 1984 padahal stasiun itu bisa membantu melancarkan roda perekonomian masyarakat sekitar sekaligus membantu mendongkrak sektor pariwisata. Juga melancarkan mobilitas warganya.
ReplyDeleteSaya suka kereta api karena lebih murah dan nyaman. Saya harap jalur-jalur kereta api dibuka kembali atau dibangun baru karena setiap tempat membutuhkan akses transportasi yang memudahkan keterhubungan masyarakatnya.
kalu semua daerah terkoneksi dengan biak, Indonesia akan makin unggul dan sejahtera ya mbaaa. Wlaupun kecil namun stasiun tersebut sangat bermanfaat
ReplyDeleteEnak ya mba jika ada stasiun kereta yang dekat rumah, kalau mau berpergian naik kereta bisa menghemat waktu
ReplyDeleteSaya jg ke stasiun kereta api sekitar 10 menitan Mba..stasiun kereta nya jg warisan Belanda
ReplyDeleteDari Madiun ada KA yang menuju Bangkalan, kak..?
ReplyDeleteMenyeberangi selat Madura?
Pas euforia komuter Surabaya-Sidoarjo, kami juga sempat bolak-balik naik KAI, hihii~
Seru juga, berasa di Jepang karena kursinya gak berjajar kaya kalau mau keluar kota yanh jaraknya jauuhh~
Wah senangnya, perjalanan pakai kereta semakin mudah dengan adanya konektivitas ini ya mbak. Saya suka naik kereta apalagi kalau lagi berhenti di stasiun kecil gitu, selalu ada perasaan yang senang gitu.
ReplyDeleteSemoga semakin banyak lagi stasiun kecil yang dibangun, untuk memudahkan para penggunanya. Jaya makmur pembangunan.
Waah iyaa... stasiun kecil di daerah saya malah ditutup. Jadi perlu lebih jauh untuk naik stasiun. Sejauh ini sih kereta api jadi favorit transportasi jarak jauh. Udah nyaman dan banyak perubahan baiknya
ReplyDeleteJadi lebih nyaman sekarang kalau bepergian yah mbak.
ReplyDeleteUntunglah banyak stasiun kecil yang dibuka lagi, jadi akses bisa lebih mudah. Emang udah paling bener naik kereta sih, lebih nyaman dan gak kena macet pulak hehe
Senang banget lihatnya pemerataan pembangunan di setiap kota kecil semakin terlihat. Salut dengan cara kerja pemerintah :)
ReplyDeleteSemoga dengan adanya pemerataan pembangunan ini, Indonesia bisa lebih maju :)
Seneng deh liat pembangunan Indonesia semakin baik, khususnya dalam bidang transportasi.. jadi ngga ada gap kesenjangan sosial ya dalam hal pemerataan pembangunan.. layanan transportasi kereta api semakin menjangkau wilayah yang sebelumnya belum tersentuh.. semoga pembangunannya berjalan dengan lancar
ReplyDeleteAku berharap nih jalur kereta Jogja-Semarang segera terwujud. Jadi kalo mau ke Semarang ga perlu muter dulu. Lebih enak kalo ada jalur kereta ke Semarang daripada naik bisa ya
ReplyDeleteOptimis jalur transportasi di Indonesia bakal lancar dan merata, biar kalau mau kemanapun jadi gampang banget, bisa travelling terus :))
ReplyDeleteSenang deh kalau Indonesia tuh sekarang sangat mengakomodir berbagai transportasi bukan cuma di Jakarta tapi juga daerah lain di Indonesia
ReplyDeleteEnak ya kalau tinggal di daerah yang ada jalur kereta apinya. Jadi memudahkan sekali bila ingin bepergian jauh gitu dan tidak memerlukan waktu lama.
ReplyDeleteEnak ya kalau tinggal di daerah yang ada jalur kereta apinya. Jadi memudahkan banget bila ingin bepergian antar daerah. Udah gitu cepat pula perjalanannya. Kalau di daerah saya baru pembangunan KA sih, dan belum tahu kapan selesainya.
ReplyDeleteMeskipun kecil dan terlihat tidak penting, justru keberadaan stasiun-stasiun kecil ini menjadi penopang jalur transportasi via kereta ya. Kan tidak semua penumpang naik dari stasiun besar. Yang ada di pelosok pun harus dimudahkan untuk bepergian kemanapun menggunakan sarana transportasi yang tersedia.
ReplyDeletePembangunan infrastruktur bagus juga ya di masa sekarang. Konektivitas antar wilayah jadi makin terhubung dan otomatis juga memudahkan masyarakat. Jadi gampang akses transportasi kalau mau ke mana-mana
ReplyDeleteSenang sekali ya bisa menikmati sarana transportasi unggul di Indonesia
ReplyDeleteHampir semua sektor transportasi sudah dibenahi demi pemenuhan kebutuhan masyarakat sehari-hari
Di Kaltim belum ada kereta api.
ReplyDeleteItulah kenapa kalau pas ke Jawa, sebisa mungkin aku agendakan naik kereta.
Naik kereta mengingatkan aku akan kenangan masa kecil di Sumatera Utara.