Malam itu, 24 September 2019, seperti biasanya keempat anak saya ada yang belajar ada juga yang bermain. Ramai. Si bungsu yang sedang aktif-aktifnya, sukanya lari-lari juga naik-naik kursi atau sofa. Biasanya dia tak lepas dari kontrol saya ataupun suami. Tapi saat itu kami khilaf, membiarkannya bermain sendiri sementara saya ke dapur dan suami di depan rumah. Saya kaget ketika tiba-tiba ada suara "gedebug" dan ternyata si kecil terjatuh dari sandaran sofa.
Si kecil 17 bulan itu pun menangis. Maka segera saya gendong agar reda tangisnya. Tapi dia tetap menangis meski sudah saya gendong. Padahal biasanya anak ini lumayan bandel, kalau nangis cuma sebentar. Kalau sudah saya gendong biasanya nangisnya berhenti. Lalu saya baringkan, dengan maksud akan saya berikan ASI sekaligus menidurkannya. Tapi betapa terkejutnya saya ketika melihat siku tangannya. Rupanya tulangnya bergeser akibat terjatuh tadi. Pantas saja nangisnya enggak berhenti-berhenti. Pasti sakit sekali rasanya 😭. Mungkin posisi jatuhnya tangannya menyangga badannya. Sehingga tulang siku tangan kirinya itu terlihat menonjol dan berpindah tempat. Saya ngeri melihatnya 😭😭😭.
(saya enggak tega memfotonya untuk dokumentasi).
Segera saya katakan pada suami, bagaimana ini? Kami pun berdiskusi, sebaiknya dibawa ke mana? Saya terpikir untuk membawanya ke tukang pijat bayi, atau ke sangkal putung. Biar diurut dan dikembalikan posisi tulangnya. Lalu suami menelepon saudara yang sudah biasa ke sangkal putung (ya, keluarga saudara ini sudah beberapa kali berobat ke sangkal putung, dan cocok/sembuh). Suami menanyakan jam berapa sangkal putung itu buka/beroperasi. Katanya, bukanya pukul 05.30 (pagi). Tapi harus antri lebih pagi kalau mau dapat antrian awal. Baiklah, kami akan ke sana keesokan paginya. Sementara itu, semalaman si kecil rewel 😭.
Baca juga: Biaya Persalinan Normal untuk Pasien Umum di RSI Arofah Mojosari.
Sesuai arahan saudara, kami datang ke sangkal putung langganan mereka. Sangkal putung ini namanya "Sangkal Putung H. Saderi - Hj. Fatimah", yang beralamat di Jalan Raya Sumput, Rt.11/Rw.03, Desa Sumput, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Kami berangkat setelah shalat Shubuh, sekitar pukul 04.30, dan tiba di tempat pukul 05.00 (mampir ke minimarket dan ATM dulu, kalau enggak mampir tentu lebih singkat perjalanannya).
Karena baru pertama kali ke sana, saya tanya dulu ke seorang ibu yang antri, bagaimana cara daftarnya. Oh, ternyata kami harus menuliskan nama pasien di buku daftar hadir yang diletakkan di bangku sebuah warung kaki lima yang belum buka. Warung itu terletak di pinggir depan rumah praktik sangkal putung. Jadi pukul 5 pagi itu pagar rumah praktik itu masih tertutup rapat. Kami para pasien yang datang lebih awal harus mengantri dulu di luar pagar. Ada yang duduk di kursi-kursi warung, ada yang duduk di sepeda motor, menunggu di dalam mobil, ada pula yang cukup jongkok di depan pagar.
Tepat pukul 05.30, pagar teralis itu dibuka. Para pasien yang mengantri dipanggil namanya satu persatu sesuai yang telah dituliskan di buku antrian. Kami diberi nomor antrian sesuai nomor urut yang telah ditulis di buku. Jika nama yang dipanggil enggak ada di tempat, maka akan dilewati dan yang bersangkutan nantinya harus mendaftar ulang dan mendapat nomor selanjutnya. Jadi kami harus memastikan berada di depan pagar saat pembagian nomor urut antrian. Jika tidak, lamanya mengantri sejak dini hari jadi sia-sia. Hehe. Oh ya, di tempat ini enggak ada pendaftaran by phone atau lewat internet, ya. Jadi harus daftar langsung ke tempatnya 😊.
Rumah praktik itu terbilang cukup luas. Bagian depan sebagai tempat parkir cukup untuk parkir puluhan sepeda motor dan lebih dari 5 mobil. Kemudian di ruang tunggunya disediakan beberapa bangku panjang sebagai tempat duduk. Ada juga meja rendah di bagian tengah yang bisa digunakan untuk lesehan sembari ngopi/ngeteh dan menunggu giliran diterapi. Ruang praktiknya terletak di depan ruang tunggu, agak kecil, seukuran 2,5 x 3 meter. Kemudian di samping ruang praktik itu ada toko makanan/minuman. Di ruang lainnya ada mushala dan toilet. Seluruh ruang tunggu ini tampak bersih dan rapi.
Sembari menunggu antrian, saya bertukar cerita dan banyak bertanya pada pasien lain yang sudah beberapa kali ke sangkal putung H. Saderi - Hj. Fatimah tersebut. Saat ini, ternyata tinggal Hj. Fatimah yang praktik. Karena H. Saderi telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Konon, sangkal putung di tempat ini yang paling murah biaya berobatnya, dan banyak yang cocok (lekas sembuh). Jadi enggak heran banyak sekali pasiennya. Apalagi jika di hari Sabtu dan Minggu, dimana banyak orang yang libur kerja atau sekolah, tempat ini ramai sekali dengan pasien.
Ramainya pasien tersebut selain karena memang jumlah pasiennya banyak, juga karena jika berobat ke sini enggak bisa cukup sekali-dua kali datang. Seperti di rumah sakit, pasien juga harus beberapa kali kontrol/terapi setelah pengobatan yang pertama. Ada yang cukup terapi selama sebulan dengan dua kali kontrol tiap minggunya, ada pula yang sampai beberapa bulan dengan rutin kontrol tiap seminggu dua kali hingga seminggu sekali. Bervariasi, tergantung kondisi sakit tiap pasien. Jadi dengan kondisi seperti itu, tampaknya selalu saja banyak pasien di sana.
Beberapa pasien juga mengatakan, bahwa di sangkal putung lain banyak yang memberlakukan paket biaya. Jadi pasien dikenakan biaya sekian juta (ada yang sampai 15 jutaan) untuk beberapa kali pertemuan (terapi). Tapi dengan paket biaya sebesar itu, ada juga yang enggak sembuh. Sedangkan di sangkal putung H. Saderi - Hj. Fatimah ini, pasien hanya membayar setiap kali terapi, yaitu biaya pijat sebesar Rp.50.000,00. Jika tambah perban atau obat atau mungkin yang lain, tentu akan tambah biaya juga.
Si kecil tentu saja menangis saat tangannya dipegang oleh orang asing. Apalagi saat ibu Fatimah mulai memijitnya, dia menangis kencang. Setelah dipijit/diurut, tulang siku tangan si kecil enggak terlihat menonjol dan bergeser lagi. Alhamdulillah.. Tulangnya sudah tampak kembali ke asalnya, tapi tentu saja area sekitar siku masih bengkak. Kemudian tangan kecil itu diperban mulai pangkal hingga pergelangan. Kata ibu Fatimah, setelah dari sana kami harus melakukan foto rontgen atau pengambilan gambar bagian dalam tubuh (kondisi tulang siku tangan). Hal itu untuk mengetahui kondisi tulang dengan jelas, apakah ada yang retak atau patah. Setelah di-rontgen, nanti balik lagi ke ibu Fatimah.
Pada pengobatan pertama itu kami membayar biaya pijat Rp.50.000,00 dan biaya perban Rp.90.000,00. Jadi totalnya habis Rp.140.000,00.
Oh ya, saat mulai memijat hingga selesai, saya amati ibu Fatimah enggak membaca doa khusus atau mantra apa-apa, sih. Hanya bilang bahwa kesembuhan itu datangnya dari Allah SWT, dan beliau hanya menolong. Beliau juga ramah sekali orangnya, bertanya tentang kronologi kejadian saat si kecil jatuh, hingga di mana rumah kami.
Selanjutnya, kami pun menuruti perintah ibu Fatimah. Sore harinya kami ke rumah sakit terdekat untuk melakukan foto rontgen. Hasilnya, tulang siku tangan si kecil enggak apa-apa, baik-baik saja (yaiyalah, kan sudah dipijat/dikembalikan posisinya di sangkal putung). Dokter bilang, kalau jatuh atau ada masalah tulang seperti itu seharusnya ke rumah sakit dulu, di-rontgen dulu, enggak perlu ke sangkal putung. Saya hanya mengiyakan saja, sih. Dokter itu juga mencopot perban di tangan si kecil. Katanya, kasihan tangannya dibebat-bebat gitu. Biarkan tangannya bergerak bebas. Saya juga nurut saja.
Baca juga: 5 Manfaat Madu yang Harus Diketahui Semua Orang.
Dua hari setelah foto rontgen, kami kembali ke sangkal putung. Meski kata dokter sudah enggak ada masalah, tapi kami ingin menetapi janji ke ibu Fatimah. Kami ingin tahu apa yang selanjutnya harus kami lakukan. Kami tunjukkan hasil foto rontgen-nya. Beliau bilang, ada retak kecil banget di siku itu (terlihat titik putih di foto). Dan itu akan berpengaruh pada gerak tangan si kecil hingga dewasa nanti, jika enggak diterapi. Istilah Jawa-nya, tangannya nanti bisa cekot. Maka si kecil harus diterapi di sangkal putung hingga beberapa waktu ke depan. Kami pun menurut.
Hari itu tangan si kecil kembali diperban. Di dalam perban dikasih spaleg/spalk (papan kayu kecil, lurus) agar tangan enggak bisa ditekuk. Ini sebagai proses pengembalian tulang ke posisi asal dengan baik, dan agar tulang yang retak bisa menyatu kembali. Ibu Fatimah bilang, untuk sementara kami harus melakukan kontrol seminggu dua kali. Hari itu kami membayar Rp.50.000,00 saja (biaya pijat).
Selanjutnya, kami pun melakukan kontrol seminggu dua kali, yaitu tiap hari Rabu dan Sabtu. Jika di hari Rabu, antrian tidak seberapa. Namun di hari Sabtu, sangkal putung ibu Fatimah itu selalu penuh pasien. Pasien di sana bermacam-macam, dari anak usia batita seperti anak saya, hingga orang sepuh (tua sekali). Anak-anak kecil kebanyakan kasusnya sama, yaitu jatuh dengan posisi tangan menyangga tubuh, sehingga siku atau tulang tangannya patah atau retak. Sedangkan orang dewasa macam-macam kasusnya. Ada yang jatuh dari sepeda, kepeleset di kamar mandi, kecelakaan sepeda motor, dan lain-lain.
Baca juga: Kebiasaan Bernapas Melalui Mulut.
Kami rutin melakukan kontrol seminggu dua kali selama tiga minggu. Setelah tiga minggu itu, kami kontrol seminggu hanya sekali yaitu di hari Rabu. Kami melakukannya dengan telaten, berangkat setelah shubuh dan selesai kira-kira pukul 07.30. Saya dan si kecil diantar suami ke sangkal putung, setelah itu ditinggal. Karena suami harus mempersiapkan si sulung dan si nomor dua untuk sekolah. Selesai mengantar sekolah keduanya, suami menjemput saya dan si kecil. Selalu seperti itu dengan total waktu dari pertama berobat hingga selesai, selama hampir dua bulan. Ya, alhamdulillah di pertengahan bulan November kemarin si kecil sudah berhenti kontrol alias sudah sembuh 😍.
Demikianlah cerita saya tentang pengalaman berobat ke sangkal putung, khususnya di sangkal putung H. Saderi - Hj. Fatimah di Sumput, Sidoarjo. Hal yang menjadi catatan kami, pelayanan di sini bagus. Ibu Fatimah ramah sekali, begitu juga dengan para juru parkir dan penjaga antrian (yang sudah stand by sejak dini hari). Biaya berobat juga murah. Tempatnya luas dan fasilitasnya juga lumayan komplit (selain ada mushala, toilet, toko makanan/minuman, juga tersedia kursi roda). Intinya, kami puas berobat ke sana.
Terakhir, saat mengalami patah tulang, berobat ke rumah sakit atau sangkal putung memang sebuah pilihan. Dan pilihan tiap orang memang berbeda-beda. Kalau kami, pertimbangannya karena tulang si kecil meleset jadi kami berpikir lebih baik ke sangkal putung saja, biar dipijat/diurut. Kami ngeri kalau si kecil harus dioperasi. Selain itu, biasanya biaya operasi di rumah sakit cenderung lebih mahal ☺️. Bagaimana pendapat teman-teman?
Si kecil 17 bulan itu pun menangis. Maka segera saya gendong agar reda tangisnya. Tapi dia tetap menangis meski sudah saya gendong. Padahal biasanya anak ini lumayan bandel, kalau nangis cuma sebentar. Kalau sudah saya gendong biasanya nangisnya berhenti. Lalu saya baringkan, dengan maksud akan saya berikan ASI sekaligus menidurkannya. Tapi betapa terkejutnya saya ketika melihat siku tangannya. Rupanya tulangnya bergeser akibat terjatuh tadi. Pantas saja nangisnya enggak berhenti-berhenti. Pasti sakit sekali rasanya 😭. Mungkin posisi jatuhnya tangannya menyangga badannya. Sehingga tulang siku tangan kirinya itu terlihat menonjol dan berpindah tempat. Saya ngeri melihatnya 😭😭😭.
(saya enggak tega memfotonya untuk dokumentasi).
Segera saya katakan pada suami, bagaimana ini? Kami pun berdiskusi, sebaiknya dibawa ke mana? Saya terpikir untuk membawanya ke tukang pijat bayi, atau ke sangkal putung. Biar diurut dan dikembalikan posisi tulangnya. Lalu suami menelepon saudara yang sudah biasa ke sangkal putung (ya, keluarga saudara ini sudah beberapa kali berobat ke sangkal putung, dan cocok/sembuh). Suami menanyakan jam berapa sangkal putung itu buka/beroperasi. Katanya, bukanya pukul 05.30 (pagi). Tapi harus antri lebih pagi kalau mau dapat antrian awal. Baiklah, kami akan ke sana keesokan paginya. Sementara itu, semalaman si kecil rewel 😭.
Foto siku tangan si kecil setelah dari sangkal putung dan RS. |
Apa Itu Sangkal Putung?
Mungkin teman-teman ada yang belum tahu, ya, apa itu sangkal putung? Jadi sangkal putung merupakan pengobatan alternatif untuk kasus patah tulang. Kalau versi pengobatan modern, kan, istilahnya orthopedi gitu, ya. Nah, sangkal putung ini enggak pakai peralatan kedokteran apalagi operasi gitu. Cuma dipijit atau diurut, diperban, dan kalau perlu dikasih obat pereda nyeri. Sakit enggak pas dipijit gitu? Ya, sakit, lah, bahkan sakit banget buat sebagian orang 😊.Baca juga: Biaya Persalinan Normal untuk Pasien Umum di RSI Arofah Mojosari.
Karena baru pertama kali ke sana, saya tanya dulu ke seorang ibu yang antri, bagaimana cara daftarnya. Oh, ternyata kami harus menuliskan nama pasien di buku daftar hadir yang diletakkan di bangku sebuah warung kaki lima yang belum buka. Warung itu terletak di pinggir depan rumah praktik sangkal putung. Jadi pukul 5 pagi itu pagar rumah praktik itu masih tertutup rapat. Kami para pasien yang datang lebih awal harus mengantri dulu di luar pagar. Ada yang duduk di kursi-kursi warung, ada yang duduk di sepeda motor, menunggu di dalam mobil, ada pula yang cukup jongkok di depan pagar.
Rumah praktik itu terbilang cukup luas. Bagian depan sebagai tempat parkir cukup untuk parkir puluhan sepeda motor dan lebih dari 5 mobil. Kemudian di ruang tunggunya disediakan beberapa bangku panjang sebagai tempat duduk. Ada juga meja rendah di bagian tengah yang bisa digunakan untuk lesehan sembari ngopi/ngeteh dan menunggu giliran diterapi. Ruang praktiknya terletak di depan ruang tunggu, agak kecil, seukuran 2,5 x 3 meter. Kemudian di samping ruang praktik itu ada toko makanan/minuman. Di ruang lainnya ada mushala dan toilet. Seluruh ruang tunggu ini tampak bersih dan rapi.
Ramainya pasien tersebut selain karena memang jumlah pasiennya banyak, juga karena jika berobat ke sini enggak bisa cukup sekali-dua kali datang. Seperti di rumah sakit, pasien juga harus beberapa kali kontrol/terapi setelah pengobatan yang pertama. Ada yang cukup terapi selama sebulan dengan dua kali kontrol tiap minggunya, ada pula yang sampai beberapa bulan dengan rutin kontrol tiap seminggu dua kali hingga seminggu sekali. Bervariasi, tergantung kondisi sakit tiap pasien. Jadi dengan kondisi seperti itu, tampaknya selalu saja banyak pasien di sana.
Beberapa pasien juga mengatakan, bahwa di sangkal putung lain banyak yang memberlakukan paket biaya. Jadi pasien dikenakan biaya sekian juta (ada yang sampai 15 jutaan) untuk beberapa kali pertemuan (terapi). Tapi dengan paket biaya sebesar itu, ada juga yang enggak sembuh. Sedangkan di sangkal putung H. Saderi - Hj. Fatimah ini, pasien hanya membayar setiap kali terapi, yaitu biaya pijat sebesar Rp.50.000,00. Jika tambah perban atau obat atau mungkin yang lain, tentu akan tambah biaya juga.
Nomor antrian di sangkal putung H. Saderi - Hj. Fatimah. |
Pengobatan di Sangkal Putung
Pertama kali ke sangkal putung H. Saderi - Hj. Fatimah, saya agak deg-degan. Soalnya saya pernah dengar, kalau di sangkal putung itu ada yang pakai klenik atau pakai mantra-mantra gitu. Saya ingin melihat sendiri, seperti apa, sih, cara pengobatan di sangkal putung khususnya di tempat H. Saderi - Hj. Fatimah itu? Memang, sih, kata saudara di sana enggak pakai klenik. Tapi saya penasaran banget 😊.Si kecil tentu saja menangis saat tangannya dipegang oleh orang asing. Apalagi saat ibu Fatimah mulai memijitnya, dia menangis kencang. Setelah dipijit/diurut, tulang siku tangan si kecil enggak terlihat menonjol dan bergeser lagi. Alhamdulillah.. Tulangnya sudah tampak kembali ke asalnya, tapi tentu saja area sekitar siku masih bengkak. Kemudian tangan kecil itu diperban mulai pangkal hingga pergelangan. Kata ibu Fatimah, setelah dari sana kami harus melakukan foto rontgen atau pengambilan gambar bagian dalam tubuh (kondisi tulang siku tangan). Hal itu untuk mengetahui kondisi tulang dengan jelas, apakah ada yang retak atau patah. Setelah di-rontgen, nanti balik lagi ke ibu Fatimah.
Pada pengobatan pertama itu kami membayar biaya pijat Rp.50.000,00 dan biaya perban Rp.90.000,00. Jadi totalnya habis Rp.140.000,00.
Ibu Hj. Fatimah. |
Selanjutnya, kami pun menuruti perintah ibu Fatimah. Sore harinya kami ke rumah sakit terdekat untuk melakukan foto rontgen. Hasilnya, tulang siku tangan si kecil enggak apa-apa, baik-baik saja (yaiyalah, kan sudah dipijat/dikembalikan posisinya di sangkal putung). Dokter bilang, kalau jatuh atau ada masalah tulang seperti itu seharusnya ke rumah sakit dulu, di-rontgen dulu, enggak perlu ke sangkal putung. Saya hanya mengiyakan saja, sih. Dokter itu juga mencopot perban di tangan si kecil. Katanya, kasihan tangannya dibebat-bebat gitu. Biarkan tangannya bergerak bebas. Saya juga nurut saja.
Baca juga: 5 Manfaat Madu yang Harus Diketahui Semua Orang.
Kondisi masih kontrol seminggu dua kali. |
Hari itu tangan si kecil kembali diperban. Di dalam perban dikasih spaleg/spalk (papan kayu kecil, lurus) agar tangan enggak bisa ditekuk. Ini sebagai proses pengembalian tulang ke posisi asal dengan baik, dan agar tulang yang retak bisa menyatu kembali. Ibu Fatimah bilang, untuk sementara kami harus melakukan kontrol seminggu dua kali. Hari itu kami membayar Rp.50.000,00 saja (biaya pijat).
Selanjutnya, kami pun melakukan kontrol seminggu dua kali, yaitu tiap hari Rabu dan Sabtu. Jika di hari Rabu, antrian tidak seberapa. Namun di hari Sabtu, sangkal putung ibu Fatimah itu selalu penuh pasien. Pasien di sana bermacam-macam, dari anak usia batita seperti anak saya, hingga orang sepuh (tua sekali). Anak-anak kecil kebanyakan kasusnya sama, yaitu jatuh dengan posisi tangan menyangga tubuh, sehingga siku atau tulang tangannya patah atau retak. Sedangkan orang dewasa macam-macam kasusnya. Ada yang jatuh dari sepeda, kepeleset di kamar mandi, kecelakaan sepeda motor, dan lain-lain.
Baca juga: Kebiasaan Bernapas Melalui Mulut.
Sudah mau sembuh ☺️. |
Alhamdulillah tanganku sudah sembuhhh 😊. |
Demikianlah cerita saya tentang pengalaman berobat ke sangkal putung, khususnya di sangkal putung H. Saderi - Hj. Fatimah di Sumput, Sidoarjo. Hal yang menjadi catatan kami, pelayanan di sini bagus. Ibu Fatimah ramah sekali, begitu juga dengan para juru parkir dan penjaga antrian (yang sudah stand by sejak dini hari). Biaya berobat juga murah. Tempatnya luas dan fasilitasnya juga lumayan komplit (selain ada mushala, toilet, toko makanan/minuman, juga tersedia kursi roda). Intinya, kami puas berobat ke sana.
Terakhir, saat mengalami patah tulang, berobat ke rumah sakit atau sangkal putung memang sebuah pilihan. Dan pilihan tiap orang memang berbeda-beda. Kalau kami, pertimbangannya karena tulang si kecil meleset jadi kami berpikir lebih baik ke sangkal putung saja, biar dipijat/diurut. Kami ngeri kalau si kecil harus dioperasi. Selain itu, biasanya biaya operasi di rumah sakit cenderung lebih mahal ☺️. Bagaimana pendapat teman-teman?
Jadi ingat kejadian yang menimpa suami saya bbrp tahun lalu, sudah setahun berobat di sangkal putung tapi sikunya ga bs ditekuk. Akhirnya operasi, krn ada serpihan tulang yg mengganjal. Kalau anak kecil biasanya di sangkal putung lekas sembuh. Semoga sehat selalu
ReplyDeleteYa Allah.... Semoga sehaattt sehaattt selalu yaaa.
ReplyDeleteKeep setrooong ya mba Diah
Semangaattt
Ya Allah Mba, deg-degan bacanya, anak saya juga nih minta ampun suka manjat-manjat, jadinya jantung ini rasanya seringnya mau copot aja huhuhu.
ReplyDeleteAlhamdulillah udah sembuh ya Mba, masha Allah ga kebayang kalau saya di posisi itu, pastinya sedih banget.
Semoga sehat terus ya gantenggg yang aktif dan pinter :)
duh kasian si dedek tangannya sampe gitu. Semoga segera sembuh yah jadi bisa main dengan normal lagi
ReplyDeleteKalau si kecil sakit sampe jatuh pasti sebagai orang tua kawatir bgt dan berharap si kecil segera sembuh apa pun jalur pengobatannya
ReplyDeletePengalaman yang hampir sama Mbak. Suami saya 30 September jatuh, tangan kiri patah. Kami berobat ke ahli tulang, seperti sangkal putung yang Mbak cerita. Hanya lokasinya di Sukabumi. Sama bayar dan perban harganya segitu. Suami saya akhirnya sembuh juga setelah terapi kurang lebih dua bulan ini
ReplyDeleteYa Allah mba Diah ini yang bungsu ya? Emang usia segitu lagi suka-sukanya eksplorasi jumpalitan sana sini, sama aja kaya si twins ini. Alhamdulillah udah sembuh sekarang.Semoga slalu sehat ya dek.
ReplyDeleteDi deket rumahku sini juga ada sangkal putung yang terkenal itu.
Mba Dian aku bayanginnya ngilu nih liat si kecil sampe sikunya gt. Alhamdulillah sudah sembuh ya. Aku sering dengar tentang sangkal putung, karena ada temanku yang pernah kesana. Dan ternyata cocok juga. Apapun jalan pengobatannya, orangtua insyaAllah pasti memikirkan yang terbaik ya mba :) Sehat2 anak ganteng :)
ReplyDeleteSemoga sehat selalu ya adek ganteng. InsyaAllah pilihan pengobatan orang tua pasti yang terbaik
ReplyDeleteHihihi iya pilihan. Tapi masyarakat kita suka ke sangkal putung soalnya kyk lbh praktis gtu ya. Kalau ke RS biasanya dah mumet duluan sekalian biaya jg yang mungkin gak sedikit. Tapi balik lagi ke pilihan masing2 sih ya. Dan emang sangkal putung di Indonesia itu dah terkenal turun menurun menjadi alternatif buat pengobatan tulang :D
ReplyDeleteAduh, kasihan si kecil. Pasti itu sakit sekali ya. Di tempat aku, pengobatan urut tradisional patah tulang namanya dukun patah atau kem-kem, munngkin sama maksudnya dengan sangkal Putung
ReplyDeleteWaaah harusnya aku tau info ini dari dulu ya. Waktu SMP aku pernah jatoh dan telat dibawa ke tukang urut. Jadinya sampe sekarang kakiku masih sering kambuh gitu.. 😁😁😁
ReplyDeleteSemoga tangan dedek cepat sembuh ya. Saya udah denger ketenarannya sangkal putung untuk masalah pengobatan tulang ini waktu adiknya Pewe kecelakaan dan tangannya patah. Dibawa ke sangkal putung sembuhnya cepat katanya. Dan emang benar sih, cepat banget sembuhnya. Cuma pas diurutnya ya gitu, nangisnya kejar luar biasa karena sakit katanya
ReplyDeleteNomor antriannya adalah angka kesukaan saya hehe
ReplyDeleteAku dulu waktu kecil pernah kejatuhan karung beras
Pincang dan diurut sama ahli urut juga macam ini
Suamiku juga dulu pernah kecelakaan dan tulangnya geser, berobatnya ke tempat seperti ini. Sampai beberapa Kali kontrol ya.
ReplyDeleteOooh ini to sangkal putung. Keluarga suami kalau ada masalah kyk gini ke sangkal putung tapi aku sendiri nggak ngerti, cuma diceritain. Ortu memang harus ikhtiar maksimal demi perkembangan balita.
ReplyDeleteSalut sama ikhtiarnya kak, dan memang tidak bisa dipungkiri masalah tulang sangkal putung number one.
ReplyDeletekak mau tanya, saya juga mengalami kejadian yg sama pertengahan november, tetapi saya telat tau sangkal putung, saya berobat ke sangkal putung setelah ada 10 hari dari kajadian jatuh, skrng masih kontrol 3 kali, yg mau saya tanyakan tangannya si adek gatel2 gak mbak muncul bintik merah dan seperti lecet mungkin karena terkena kayu, dan penyembuhannya selama 2 bulan pas atau 5-6 minggu? terimakasih
ReplyDeleteIya, sempat gatal-gatal dan ada bintik-bintik merah tapi cuma sebentar sih, Mbak. Kalau lecet enggak, sih..
DeleteYa mungkin itu pengaruh keringat dari dalam kulit yang gak bisa keluar bebas, ya. Kalau lecet mungkin karena kulit Mbak Asrul sensitif?
Kalau total waktu terapinya ya hampir dua bulan, Mbak. Lupa tepatnya 7 minggu atau lebih..
Assalamualaikum kak,mau tanya,..
ReplyDeleteanak saya jg mengalami hal yang mirip,habis jatuh dan ada retakan di tulang lengan atasnya dekat siku,dari yg gk bs lurus setelah 2x kontrol di hj fatimah alhamdulillah kembali lurus,cm belum coba untuk nekuknya,kalo dr pengalaman mbak,
mau tanya dulu mulai lepas kayu penyangganya di minggu keberapa kak?
sama itu nanti sama hj fatimahnya dibilang sendiri kah waktu uda sembuhnya?
lalu waktu sudah bukak perban dan kayu penyangga apa bs langsung nekuk2 lengan adiknya?atau dilatih dulu beberapa hari???
makasih,..
Wa'alaikumussalam..
DeleteHalo, Mas. Alhamdulillah sudah bisa lulus kembali, ya. Kalau untuk lepas kayu penyangganya kapan, maaf saya kurang ingat persisnya. Tapi seingat saya cuma sebentar kok dikasihnya. Dan setelah dilepas kayunya kan tetap diperban, dan itu tangannya jadi bisa nekuk2 sedikit.
Trus setelah dibuka perbannya (hari terakhir kontrol), itu sudah bisa nekuk2 sendiri sih alhamdulillah.
Dan kalau sudah lepas perban artinya sudah boleh tidak kontrol lagi. Bu Fatimah sendiri sih yg memutuskan.
Eh tapi saya selalu tanya, "Besok masih kontrol lagi ndak, Bu?"
Gitu. Hehe.