Beberapa hari yang lalu nomor WA saya baru saja dikeluarkan dari WAG (WhatsApp Group) anak-anak kelas 3 SD. Yap, anak-anak kelas 3 SD itu sudah punya WAG karena sebagian anak sudah punya handphone (hape) dan punya nomor WA. Sayangnya si sulung saya belum punya hape, lalu nomor saya yang dimasukkan ke sana. Mungkin lama-kelamaan mereka jadi risih karena merasa diawasi oleh orang tua. Yah, salah siapa memasukkan saya ke WAG itu? Haha.
Berada sebentar (kurang lebih setengah bulan) di WAG anak SD zaman now, saya menemui beberapa hal yang berbeda antara anak zaman dulu dan zaman sekarang. Misalnya, anak zaman sekarang lebih mudah berkata kasar dan kurang menghormati orang tua. Dulu, saat saya kelas 3 SD, masih culun sekali. Pergaulan terbatas dengan teman-teman sekolah dan tetangga. Kami belum mengenal internet dan dunia maya. Sopan santun terhadap orang yang lebih tua sangat diperhatikan.
Berbeda dengan sekarang, dimana pergaulan sudah sangat luas lewat media internet. Anak-anak tidak saja bergaul dengan teman sekolah maupun tetangga, tetapi bisa berteman dengan anak-anak dari berbagai penjuru tempat di dunia. Media sosial dan YouTube telah turut mempengaruhi pola bergaul anak-anak. Kata-kata gaul mereka muncul dari meniru apa yang diucapkan para seleb media sosial dan YouTube.
Baca juga: Anak-anak, Tetaplah Jadi Anak-anak.
Sumber gambar: pixabay.com. |
Tantangan Menjadi Orang Tua di Era Digital
Saya yakin, setiap masa ada tantangannya sendiri-sendiri. Begitu juga dalam hal parenting. Saya yang menjadi orang tua di era digital saat ini merasa punya tantangan tersendiri dalam mendidik anak-anak. Seperti yang saya singgung di atas, adanya internet berpengaruh pada pola bergaul anak-anak. Juga pola berpikirnya. Berdasarkan pengalaman saya pribadi dan melihat fenomena di sekitar, berikut ini beberapa tantangan menjadi orang tua di era digital:💖 Godaan Gawai.
Saat ini, hampir tak bisa dihindari penggunaan gawai khususnya smartphone (hape) dalam kehidupan sehari-hari. Kita sebagai orang dewasa sangat membutuhkannya untuk berkomunikasi, urusan pekerjaan, hingga untuk mengetahui berbagai berita dan perkembangan dunia. Sehingga hampir setiap saat kita menggunakan hape. Hal ini secara otomatis berpengaruh pada anak. Anak-anak juga ingin menggunakan hape.Beberapa orang tua mengizinkan anak mereka memiliki hape sendiri saat anak masih SD (seperti yang terjadi pada teman-teman anak saya). Kalau saya sendiri untuk saat ini belum mengizinkan, karena memang belum membutuhkan untuk keperluan sekolah. Tetapi meski belum mempunyai hape sendiri, anak saya kadang meminjam hape ayah dan ibunya (saya) untuk melihat video di YouTube atau bermain game yang sebelumnya telah diinstal.
Inilah godaannya. Baik punya hape sendiri atau tidak, ada saja efeknya. Penggunaan gawai kadang lupa akan waktu. Jika sudah asyik memegang hape, anak biasanya enggan melepasnya meski sudah disepakati waktu penggunaannya. Kadang saya harus marah dahulu agar si sulung dapat meletakkan hape lalu beranjak untuk belajar. Belum lagi efek dari melihat video di YouTube. Figur-figur Youtuber anak hingga Youtuber muda banyak disukai anak-anak. Hingga anak-anak tanpa sadar mengikuti gaya bicara bahkan hingga gaya berpakaian atau gaya rambut. Hemm.
Inilah tantangannya. Menjadikan anak agar menjadi pribadi yang shalih dan shalihah bukanlah pekerjaan mudah di era digital ini. Ada banyak figur idola di luar sana, yang enggak sesuai dengan figur idola Islam, layaknya Sang Nabi Muhammad SAW. Bukan pekerjaan mudah membina akhlak yang baik, sedangkan pengaruh dari luar melalui gawai sangatlah besar. Apalagi jika anak mempunyai hape sendiri, akses untuk menjelajah dunia luar makin tak terbatas. Bagi saya pribadi, itu lebih mengkhawatirkan.
Baca juga: Mendidik Generasi Z dengan Good Attitude.
Sumber gambar: pixabay.com. |
💖 Anak-anak lebih cepat menyerap info dan pengetahuan.
Anak-anak generasi Z sepertinya diciptakan dengan karakter yang lebih cepat menyerap info dan pengetahuan. Seperti misalnya utak-atik segala macam aplikasi atau menu-menu hape, meniru membuat mainan dari video di YouTube, menceritakan kembali suatu konten video yang ditontonnya, dan lain-lain.Ini menjadi tantangan orang tua yang harus dijawab dengan harus terus mau upgrade ilmu dan pengetahuan.
💖 Soal etika.
Mulanya mungkin dari orang-orang dewasa di sekitar anak-anak, juga dari pergaulan di dunia maya. Lalu anak-anak tertular pergaulan yang mengesampingkan etika. Berpapasan dengan tetangga yang lebih tua di jalan acuh saja. Berpapasan dengan guru cuek saja. Berkata keras bahkan kasar kepada orang tua. Dan sebagainya.Ini merupakan tantangan besar bagi orang tua di era digital. Mendidik etika dan akhlak bukan hal yang mudah, apalagi di tengah berbagai godaan di era digital.
💖 Kejahatan pada anak.
Rasanya sering sekali saat ini mendengar berita tentang penculikan anak, pedofilia, dan berita-berita kejahatan lainnya pada anak. Sebagai orang tua anak zaman now, tentu saya ada rasa khawatir juga.Menghadapi beberapa tantangan seperti di atas, bekal dari dalam rumah sangat diperlukan. Bekal berupa pemahaman agama yang baik merupakan hal utama. Selain pemahaman akan kondisi saat ini di lingkungan sekitar.
Dan yang menjadi tameng utama dalam mengahadapi berbagai tantangan itu tentu saja doa yang harus terus kita panjatkan. Doa dari orang tua untuk kebaikan anak-anaknya, insyaa Allah akan terkabul, asalkan dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Itulah sekelumit opini saya pribadi tentang tantangan mendidik anak zaman now. Semoga, generasi penerus kita adalah orang-orang yang shalih dan shalihah. Aamiin.
tantanagan banget yah mbak jadi orang tua di zaman sekarang, apalagi tekhnologi terus menerus berkembang.
ReplyDelete