Hari ini adalah hari yang spesial. Meski kami sekeluarga tak pernah merayakan ulang tahun, hari lahir, hari jadi, dan atau berbagai perayaan lainnya, namun tak dapat dipungkiri saya selalu ingat tanggal-tanggal istimewa. Seperti tanggal dua April ini, tanggal kelahiran dua putra kami.
Sepuluh tahun lalu, di tanggal ini, saya merasakan apa yang namanya sakit fisik dan sakit hati secara bersamaan. Ya, melahirkan si sulung merupakan sebuah kebahagiaan sekaligus kesedihan. Bukannya tidak bersyukur atas karunia tak terhingga itu, namun, proses persalinan dan tindakan pasca itu (dari rumah sakit) yang tak sesuai harapan telah membuat saya sedih.
Baca juga: Keistimewaan Anak Pertama (Sulung).
Si sulung yang kini sudah 10 tahun. |
Bukannya mengungkit-ungkit kesedihan, tapi, ya, kenangan itu tak mungkin lepas dari ingatan. Selama saya masih waras (semoga selalu waras, aamiin..). Ya, saya begitu trauma dengan persalinan caesar. Tapi dalam tulisan ini tak perlu saya rinci bagaimana kisahnya. Yang jelas sejak saat itu saya berjanji, akan berusaha sekeras mungkin, jika diizinkan Allah punya anak lagi, saya akan menghindari proses persalinan dengan jalan operasi.
Alhamdulillah, Allah yang Maha Baik mengabulkan keinginan saya. Mungkin karena Dia melihat ikhtiar saya yang begitu keras. Atas kehendak-Nya, anak kedua, ketiga, dan keempat saya semuanya lahir melalui persalinan normal. Allahu Akbar.
Lalu, si sulung jadi begitu istimewa di hati saya. Karena dia berbeda dengan adik-adiknya. Dia yang paling sedikit merasakan ASI dari saya. Dia yang paling "kering" bondingnya dengan saya. Dia yang tidak saya rawat sendiri setelah tiga bulan cuti kerja. Saya merasa bersalah padanya pada beberapa hal itu 😢.
Dua April yang Lain
Delapan tahun setelah si sulung lahir, lahir jagoan lain dari rahim saya. Tepat di tanggal yang sama. Saya bilang, dia lebih beruntung dari kakaknya. Dia lahir saat saya dan suami telah mengetahui ilmu-ilmu dan pengalaman merawat anak yang - setidaknya - lebih baik. Dia lahir dengan cara yang lebih indah dan menyenangkan.Baca juga: Pengalaman Melahirkan Anak Keempat.
Si nomor 4 yang kini berusia 2 tahun. |
Dia juga tumbuh menjadi adik yang sangat menggemaskan bagi kakak-kakaknya. Gampang diajak main, enggak mudah menangis, jika menangis hanya sebentar, dan tampak imut sekali. Kadang kakak-kakaknya rebutan untuk menciumnya. Hehehe.
Kedua jagoan ini memang punya kisah masa kecil yang berbeda. Punya bonding dengan ibunya yang berbeda. Tapi, ibu mana yang akan bisa membeda-bedakan kasih sayang yang diberikan pada mereka? Keduanya lahir dari rahim saya, saya perjuangkan kehadirannya di bumi ini dengan perjuangan yang berbeda namun sama-sama mempertaruhkan nyawa. Saya tak bisa memilih jika harus mengatakan lebih sayang siapa. Keduanya unik dengan keunikannya masing-masing. Insyaa Allah, saya dan suami punya porsi sayang yang sama pada keempat anak kami.
Kadang si sulung penuh drama, jika sedang bertengkar dengan adiknya. Katanya, "Abi/Umi lebih sayang adik, tidak memperhatikan aku..". Hehehe. Di usia yang ke 10 tahun ini, si sulung memang belum bisa bersikap dewasa. Dia belum bisa momong adik-adiknya. Belum bisa sedikit mengalah agar adik-adiknya tidak rewel. Masih sering iri jika adik-adiknya sedikit diperlakukan lebih istimewa (karena adik-adiknya memang masih masanya menjadi "raja").
Begitulah, kedua jagoan saya memang sama-sama lahir di tanggal 2 April. Tapi, mungkin sifat dan karakternya nanti jika sudah dewasa tak akan sama. Kami sebagai orang tua hanya bisa berusaha merawat dan mendidik juga berdoa yang terbaik untuk mereka. Semoga kelak keduanya menjadi orang-orang yang shalih. Aamiin.
No comments
Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.