"Lho, Mi. Hape yang ini gak bisa buat buka Zoom sama Google Meet. Besok aku gak bisa ikut pelajaran, dong?"
"Iya, memang kurang bagus itu speknya. Ya udah, besok pake hapenya Umi dulu. Ntar kalau ada rezeki insyaa Allah beli khusus buat belajar kamu sama adik-adikmu."
"Lho, Mi. Hapeku gak bisa buat buka form-nya."
"Hemm.. ya udah pake hapenya Umi, nih."
***
"Miii...!! Mana hapenya.. aku belum ngerjain tugassss..!!"
"Iya, bentar... dipakai adik dulu, ya. Bentar lagi, kok."
***
Sudah setahun lebih kita semua terkungkung dalam pandemi Covid-19. Anak-anak sekolah terpaksa harus beradaptasi dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau daring alias online, tanpa bisa bertatap muka langsung dengan guru-gurunya. Cuplikan dialog antara saya dengan anak-anak saya di atas, adalah sedikit gambaran tentang situasi belajar daring. Bagaimana orang tua dan anak bahu-membahu agar tetap bisa mendapatkan haknya untuk belajar di masa pandemi.
Di sisi lain, para guru juga berjuang menyampaikan materi pelajaran kepada anak didiknya dengan cara-cara yang sebelumnya belum terbiasa dilakukan. Guru harus melek teknologi, agar bisa melakukan pembelajaran daring dengan lancar dan menyenangkan. Mereka juga harus mengeluarkan effort lebih, karena kadang harus melakukan pembelajaran dua sesi, yaitu pagi dan malam, untuk mengakomodir kebutuhan siswa yang berbeda.
Permasalahan Pembelajaran Daring (Online)
Banyak sekali cerita yang tercipta selama setahun lebih anak-anak sekolah melakukan pembelajaran daring. Sejak awal Maret 2020 saat pertama kali diberlakukan PJJ, baik siswa, guru, maupun orang tua harus berhadapan dengan kebiasaan baru dalam belajar. Semua harus beradaptasi, mau enggak mau.
Kebanyakan cerita yang muncul adalah mengenai permasalahan pembelajaran daring (online). Jika diringkas, berikut ini beberapa permasalahan pembelajaran daring:
👉 Tidak semua siswa dan orang tua punya gawai
Gawa (gadget) yang dimaksud di sini yaitu ponsel cerdas (smartphone) dan atau PC/laptop. Atau punya smartphone tapi kualitasnya kurang layak (tidak mendukung belajar daring). Padahal, gawai adalah alat utama yang digunakan untuk perantara pembelajaran daring. Ya, namanya belajar daring (dalam jaringan), maka hampir semua kegiatan belajar mengajar melalui internet (jaringan).
👉 Kesulitan mengakses sinyal internet di pelosok
Belum semua wilayah di Indonesia ini dapat terjangkau jaringan internet dengan baik. Sehingga para siswa dan guru di pelosok desa masih banyak yang kesulitan mengakses internet. Akibatnya, pembelajaran secara daring tidak bisa berjalan maksimal.
Beberapa aktivitas PJJ 2 anak saya (kelas 1 dan 4 SD). |
👉 Keterbatasan kuota internet
Ada juga masalah seperti ini. Gawai dan jaringan internet ada, namun kuota internetnya yang terbatas. Hehe. Misal paket data yang dipilih tidak sesuai dengan kebutuhan untuk mengunduh file-file atau melakukan pembelajaran melalui Zoom (yang harus tersedia kuota internet memadai).
👉 Beban biaya yang memberatkan
Ini terkait juga dengan kuota internet.Misalnya boros karena harus mengisi kuota internet tiap bulannya. Jika anak yang sekolah hanya satu mungkin tak terlalu berat. Bagaimana dengan mereka yang anaknya dua atau lebih dan semuanya menggunakan kuota internet sendiri-sendiri? Mungkin bisa lebih hemat jika di rumah memasang wifi, namun enggak semua orang tua mampu melakukannya. Beban biaya lain juga mungkin akan timbul jika harus mencetak (print) materi atau soal-soal yang dibutuhkan.
👉 Orang tua harus secara intensif membantu proses belajar daring dari rumah
Jika tidak, biasanya anak akan malas belajar. Terlebih untuk anak-anak kelas bawah (Play Group hingga SD), jika tidak didampingi orang tua, kecil kemungkinan mau belajar secara penuh. Biasanya anak juga akan mengalami kesulitan pada materi-materi tertentu. Misalnya anak-anak saya yang kelas 1 dan kelas 4 SD, mereka akan minta saya dampingi saat belajar daring mata pelajaran Matematika dan Bahasa Arab. Apalagi yang masih belajar di Play Group, sudah pasti harus didampingi dalam setiap pembelajaran daring 😁.
👉 Anak sudah bosan belajar secara daring
Banyak anak yang bosan melakukan PJJ. Hal ini dikarenakan setiap hari hanya berhadapan dengan gawai tanpa bisa bertemu dengan guru dan teman-temannya. Apalagi jika anaknya termasuk aktif, tipe kinestetik, dan atau suka bergaul dengan banyak teman, PJJ terasa menyiksa buat mereka. Akibatnya PJJ menjadikan mereka bosan belajar.
👉 Materi setiap pelajaran yang disampaikan guru kurang dapat dicerna
Seringkali materi pelajaran dari guru kurang dapat dicerna siswa karena sinyal internet yang kurang bagus sehingga materi kurang jelas, atau siswa dan guru kurang dapat berinteraksi secara bebas seperti layaknya jika bertatap muka langsung. Guru juga kurang bisa mengamati siswa mana saja yang belum paham akan materi yang disampaikan. Apalagi jika pembelajaran melalui Zoom atau Google Meet lalu kamera siswa off. Wah, siswa asyik bermain juga guru enggak tahu. Hehe.
👉 Kurikulum dinilai belum cukup mendukung model PJJ
Kurikulum lama tentu saja belum bisa secara langsung menyesuaikan dengan kurikulum di masa pandemi. Misalnya pada pelajaran olahraga dan bahasa yang notabene ada materi praktiknya. Materi dan tugas yang diberikan pada siswa kurang sesuai jika dilakukan secara daring. Seperti contohnya tugas olahraga harus melakukan gerakan A sekian kali dan divideo. Siswa melakukannya namun tidak didahului pemanasan terlebih dahulu seperti jika dilakukan secara tatap muka.
👉 Sistem evaluasi pembelajaran yang kurang efektif
Tugas-tugas harian maupun ujian dalam pembelajaran daring terkadang masih kurang efektif. Misalnya siswa harus mengerjakan tugas melalui lembar kerja, maka siswa harus mencetak (print) lembar kerja tersebut terlebih dahulu, baru kemudian dikerjakan. Ada juga yang harus menggunakan aplikasi tertentu, seperti Multi Window dan Multi Window : Split Screen untuk mengerjakan ujian.
Contoh tugas anak kelas 1 SD dalam pembelajaran daring. |
Itulah beberapa permasalahan pembelajaran daring yang sering kita temui di masa pandemi saat ini. Disamping itu sesungguhnya banyak juga permasalahan psikis dan teknis lainnya pada siswa, orang tua, dan guru.
Misalnya pada siswa, ada beberapa permasalahan sebagai berikut:
- Lemahnya motivasi belajar.
- Pemberian tugas dirasakan berat.
- Kemampuan anak menggunakan perangkat pembelajaran masih minim.
- Distorsi dengan permainan online ketika belajar menggunakan gawai.
- Paradigma "tidak pergi sekolah adalah libur" masih tertanam pada kebanyakan siswa.
- Monotonnya pemberian tugas.
Pada orang tua, ada beberapa permasalahan sebagai berikut:
- Orang tua terkendala dalam penyiapan fasilitas.
- Belum mengetahui secara rinci platform dan troubleshooting.
- Kendala pada perilaku anak.
- Perbedaan pola target pembelajaran antara guru dan orang tua.
- Belum dapat menjadi motivator bagi anak.
- Beratnya menerapkan displin pada anak.
- Waktu yang terbatas dalam mendampingi anak belajar di rumah.
Guru juga punya permasalahan yang tak kalah rumit, diantaranya:
- Fungsi dan pola pemberian materi dengan berbagai platform menambah beban guru.
- Belum memahami troubleshooting.
- PJJ masih belum bisa menciptakan bonding dengan siswa.
- Guru dituntut punya kreativitas yang beragam dalam penyampaian materi.
- Pembelajaran belum menarik dan menyenangkan.
So, pembelajaran di masa pandemi ini memang masalah bersama antara siswa, orang tua, dan guru. Padahal saat ini, seharusnya kita semua punya peran masing-masing agar PJJ dapat berlangsung dengan baik. Baik orang tua, guru, dan siswa memiliki peran yang lebih banyak daripada sebelum pandemi.
Sebagai orang tua, kita seharusnya berperan sebagai pembimbing, fasilitator, pengawas, dan motivator bagi anak. Sedangkan guru (terutama wali kelas) berperan sebagai pembuat materi ajar yang kreatif, sebagai guru pamong, pengawas, guru (seperti biasanya), juga motivator bagi para siswanya. Lalu siswa sendiri punya peran sebagai siswa yang bertanggung jawab, siswa yang inovatif, siswa yang inquiry, dan siswa yang baik berkomunikasi.
Apakah kita semua sudah bisa melakukan peran-peran itu? Sudah tentu itu bukan perkara yang mudah untuk dilakukan, ya. Salah satu kunci keberhasilan pembelajaran daring yang paling mungkin saat ini adalah KOORDINASI yang baik antara guru, siswa, dan orang tua. Ketiga pihak ini harus saling bekerja sama, saling membantu, dan secara berkesinambungan melaksanakan perannya masing-masing.
Ibu Saufi Sauniawati S.S., praktisi dan pengamat pendidikan. |
Permasalahan dalam pembelajaran daring tersebut diurai oleh ibu Saufi Sauniawati S.S., seorang praktisi dan pengamat pendidikan. Sebagai ibu yang memiliki putra usia sekolah, beliau juga mengalami berbagai kendala seperti di atas.
Dampak Positif PJJ
Namun dari segala permasalahan PJJ yang ada, tentu ada pula dampak positifnya. Karena setiap peristiwa pasti ada hikmah di dalamnya, bukan? Begitu pula yang disampaikan oleh ibu Saufi. Menurut ibu Saufi, beberapa dampak positif dari PJJ dapat dilihat dari aspek-aspek berikut ini:
Karakter
Selama di rumah saja, anak-anak saya mendapat tugas-tugas pembiasaan karakter dan soft skill (life skill). Tugas-tugas tersebut misalnya salat 5 waktu, mengaji, menemani adik bermain, hingga membantu pekerjaan rumah tangga (menyapu, membantu memasak, dll). Diberikannya tugas-tugas seperti itu membuat anak belajar soft skill setiap hari, sehingga lama-kelamaan terbentuk karakter positif karena sering atau bahkan rutin melakukan kebaikan-kebaikan itu setiap hari.
Contoh tugas life skill anak kelas 1 SD (merapikan tempat tidur). |
Kreatif
PJJ mengharuskan anak berinteraksi dengan gawai lebih sering dari sebelumnya. Aktivitas ini secara tidak sadar ikut meningkatkan kemampuan anak dalam menggunakan perangkat elektronik. Bagaimana anak terbiasa mengikuti pembelajaran melalui Google Meet atau Zoom, bagaimana harus membuat video, mengirimkan tugas melalui WhatsApp, ujian dengan menggunakan Google form, dan sebagainya. Anak menjadi lebih kreatif dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah menggunakan perangkat elektronik.
Pendidikan
PJJ membuat portal pendidikan berkembang pesat, seperti portal rumah belajar, tayangan di televisi tentang belajar dari rumah, munculnya berbagai platform belajar secara online, hingga munculnya aplikasi-aplikasi pembelajaran online. Hal ini merupakan perkembangan bisnis baru di ranah digital. Pebisnis untung, anak-guru-orang tua pun terbantu dengan adanya fasilitas-fasilitas baru tersebut.
Orang tua
Pandemi telah "memaksa" seluruh anggota keluarga menghabiskan waktunya di rumah saja. Maka dari kondisi ini sesungguhnya orang tua dapat mengenal lebih dalam karakter anak dan kemampuan belajarnya, sehingga mau tidak mau semakin banyak dukungan orang tua terhadap anak untuk belajar. Dari aktivitas sehari-hari dalam mendampingi anak belajar, orang tua tahu bagaimana perkembangan belajar anak, kemudian motivasi kepada anak tumbuh dengan sendirinya.
Orang tua harus mendampingi pembelajaran daring anak Play Group. |
Tak dipungkiri pandemi memang berdampak buruk dalam berbagai bidang. Namun di sisi lain juga memunculkan dampak positif dalam hal-hal tertentu. Dalam dunia pendidikan contohnya seperti yang tertulis di atas. Maka sudah semestinya kita mengoptimalkan dampak positif tersebut dalam kehidupan saat ini.
Ide Solutif dari Faber-Castell
Pemaparan yang cukup panjang lebar dari ibu Saufi di atas disampaikan dalam acara online gathering yang diadakan oleh Faber-Castell Indonesia bersama para awak media dan bloger Indonesia, pada tanggal 5 Juni 2021 pukul 10.00 hingga 12.00 WIB, dengan tema “Refleksi Pendidikan Indonesia : Diantara PJJ dan PTM”.
Nah, terkait dengan dampak positif pembelajaran daring di masa pandemi, Faber-Castell merupakan salah satu brand yang mengambil peran dalam menyukseskan pendidikan Indonesia di masa pandemi. Sebagai brand internasional yang bergerak dalam penyediaan perlengkapan alat tulis, di usianya yang ke-260 tahun di tahun 2021 ini, Faber-Castell meluncurkan produk baru sebagai salah satu solusi atas permasalahan pembelajaran daring seperti yang sedang berlangsung saat ini.
Sebagaimana telah disinggung di atas, salah satu permasalahan pembelajaran daring adalah sistem evaluasi pembelajaran yang kurang efektif. Misalnya siswa harus mengerjakan tugas melalui lembar kerja, maka siswa harus mencetak (print) lembar kerja tersebut terlebih dahulu, baru kemudian dikerjakan. Ada juga yang harus menggunakan aplikasi tertentu, seperti Multi Window dan Multi Window : Split Screen untuk mengerjakan ujian.
Faber-Castell ingin memberikan solusi atas permasalahan seperti itu. Sehingga diharapkan bisa meringankan beban orang tua, sekaligus siswa dan guru. Misalnya, jika untuk mencetak lembar soal orang tua membutuhkan printer dan siswa membutuhkan waktu lebih lama untuk mengerjakan tugas-tugasnya, maka Faber-Castell ingin meminimalisir kebutuhan/kendala itu.
Bapak Christian Herawan, product manager Faber-Castell. |
Tujuan Faber-Castell dalam mengatasi permasalahan pendidikan di masa pandemi tersebut disampaikan oleh bapak Christian Herawan, product manager Faber-Castell. Nah, saat ini, produk Faber-Castell yang dihadirkan adalah Paket Belajar Online.
Paket Belajar Online Faber-Castell
Paket Belajar Online Faber-Castell ini memang ditujukan khusus untuk pembelajaran secara online/daring yang notabene tidak bisa lepas dari gawai khususnya smartphone. Mengapa khusus untuk belajar daring? Karena di dalam paket ini ada STYLUS, yaitu alat khusus yang dapat digunakan untuk menulis, scroll, atau mengetuk pilihan ganda pada layar smartphone.Paket Belajar Online Faber-Castell. |
Stylus. |
Karena seringkali, tangan terasa licin dan susah menyentuh layar smartphone yang kecil. Maka stylus tersebut dapat menggantikan posisi jari-jemari kita. Keunggulan stylus dalam paket ini adalah sebagai berikut:
- Dapat digunakan untuk semua (merek) smartphone dan tablet, asal punya layar touchscreen.
- Bahannya lembut jadi enggak merusak layar smartphone.
- Selain untuk menulis, scroll layar, dan mengetuk pilihan ganda, stylus ini juga dapat digunakan untuk menggambar dan mewarnai, dan membuat tanda tangan di smartphone.
- Stylus ini juga ditujukan untuk Ujian Nasional Berbasis Komputer.
- Pensil 2B. Dipakai untuk menjawab soal pilihan ganda di LJK. Pensil 2B ini sudah lulus uji scan OMR/DMR dan tidak mudah patah.
- Ballpoint. Bentuknya ergonomis untuk kenyamanan ketika mengerjakan soal essay.
- Penghapus. Bebas debu dan berbahan lembut sehingga tidak merusak kertas LJK. Juga bebas racun PHTHALATE.
- Rautan. Dengan mata pisau lebih tajam dan tahan lama.
- Paket ini juga sudah termasuk pencase.
Baca juga: Asah Kreativitas dan Nge-Game Seru Bareng Colour To Life Faber-Castell.
Bapak Andri Kurniawan dari Faber-Castell sebagai pembawa acara turut berdiskusi dan menjelaskan tentang produk. |
Cara Menggunakan Stylus dalam Paket Belajar Online Faber-Castell
Lalu, bagaimana cara menggunakan stylus ini untuk mengerjakan tugas-tugas dalam pembelajaran daring yang dikerjakan melalui smartphone atau tablet? Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
- Capture soal.
- Buka edit gambar.
- Lakukan penulisan.
- Simpan dan kirimkan ke Google Classroom.
Atau bisa juga seperti yang ada dalam gambar-gambar berikut ini:
Cara penggunaan untuk smartphone Android. |
Cara penggunaan untuk smartphone i-Phone. |
Intinya stylus ini sangat mudah digunakan. Oh ya, dan seperti kita tahu, kualitas produk Faber-Castell terkenal sangat bagus, bukan? Sehingga paket ini sangat mendukung dan menjadi salah satu solusi dari kegiatan belajar daring, dan menjadikannya lebih mudah dan menyenangkan 😊.
Contoh penggunaan stylus: untuk mengerjakan soal, scroll layar, menggambar, dll. |
Apakah Paket Belajar Online Faber-Castell Masih Berguna Jika PTM Sudah Diizinkan?
Kemudian pertanyaannya, apakah Paket Belajar Online Faber-Castell tersebut hanya bermanfaat untuk pembelajaran daring di masa pandemi sekarang? Nanti kalau pandemi sudah berakhir atau PTM (Pembelajaran Tatap Muka) sudah diizinkan, apakah masih berguna juga?
Jawabannya tentu saja tetap akan bermanfaat.
Karena seperti yang telah disampaikan oleh mas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Nadiem Makarim, bahwa sebenarnya PTM telah diizinkan sejak Januari 2021. Namun tentu saja izin tersebut dengan beberapa syarat atau catatan, karena kondisi pada tiap daerah di Indonesia tidaklah sama. Dan catatan utamanya adalah bahwa PTM tersebut terbatas, artinya mengkombinasikan antara PJJ dan PTM.
Dengan demikian PJJ tetap masih ada hingga pandemi benar-benar berakhir.
Selain itu, beberapa pihak telah membuat rancangan akan pendidikan di masa mendatang. Seperti mulai adanya hybrid learning atau blended learning, yaitu metode pembelajaran yang memadukan pembelajaran secara online dan offline (PJJ dan PTM). UNPAD (Universitas Padjajaran) misalnya, telah membuat sebuah Roadmap Hybrid Learning. Yaitu rancangan metode pembelajaran pra pandemi, pandemi, exit pandemi, hingga UNPAD di masa depan, yang menerapkan hybrid learning.
Melihat hal tersebut, produk stylus yang ada dalam Paket Belajar Online Faber-Castell tetap akan bermanfaat di masa yang akan datang.
Demikianlah teman-teman sedikit catatan saya kali ini tentang PJJ dan PTM dan bagaimana Paket Belajar Online dari Faber-Castell menjadi salah satu solusi atas adanya permasalahan terkait hal itu. Jika teman-teman tertarik untuk memiliki produknya, bisa beli di Faber-Castell Official di Tokopedia dan Shopee, ya. Harganya sangat murah, lho, dengan manfaat yang keren banget. Hanya sekitar 35 ribu rupiah! Murah, kan..?? Hehe. Untuk informasi lebih lanjut mengenai Paket Belajar Online Faber-Castell bisa dengan mengunjungi: www.faber-castell.co.id👌Semoga tulisan ini ada manfaatnya, ya 😊
Saya saat mengikuti online gathering Faber-Castell. |
Dulu tahunya fabel castell buat mewarnai doang. Sekarang bahkan bisa dikombinasikan dengan smartphone untuk pembelajaran online. mantap.
ReplyDeleteTak dipungkiri pandemi memang berdampak buruk dalam berbagai bidang. Namun di sisi lain juga memunculkan dampak positif dalam hal-hal tertentu.Memang selalu ada dua sisi mata uang ya Mba
ReplyDeleteAakk, paket online Faber Castell ini WAJIB dimiliki.
Affordable pulaakkk
makin keren nih Faber Castell, anak-anakku juga udah punya mbak. Dan aku paling suka ada stylusnya, jadi anak-anak lebih aman saat-saat swipe layar smartphone
ReplyDeleteHola kak DK yang masih kaya anak SMA, hehhee....
ReplyDeleteBelajar secara online memang menjadi satu-satunya pilihan kini yaa.. Dan sebisa mungkin kita semua saling menjaga keluarga dari bahayanya wabah. Alhamdulillah, solusi PJJ kini sudah diberikan oleh Faber Castell, merk alat tulis kebanggaan kita semua. Karena dulu aku inget kalau mau ujian pake lembar kerja komputer, mesti pensilnya Faber Castell biar ke detect komputer, ceunah..
KIni semakin canggih dengan adanya produk stylush dari Faber Castell. Pasti semakin memudahkan anak-anak ketika PJJ dan harus berinteraksi di layar.
Iya nih PJJ rasanya kurang maksimal untuk pendidikan anak ya seperti hanya untuk memenuhi kewajiban saja, anak kurang nyambung dengan materi, biaya untuk kuota juga cukup besar..tapi apapun itu semoga kita bisa lebih semangat dan sehat yaa
ReplyDeletememang masalah teknis, komunikasi ini jadi masalah utama saat anak-anak melalukan pembelajaran jarak jauh
ReplyDeleteBener banget KOORDINASI antara guru, siswa dan orang tua adalah salah satu kunci utama keberhasilan pembelajaran jarak jauh. Sarana pendukung lainnya juga penting, asyiknya lagi kini ada stylus dari faber castell yang harganya murah, tapi manfaatnya banyak
ReplyDeletetampaknya tahun ajaran baru nanti, masih tetap PJJ ya mbak
ReplyDeletemakanya oas banget klo sebelum masuk sekolah, beli dulu paket belajar online dari Feber Castle ini
Udah ga betah ya pjj tapi harus sabar. Pake stylus faber-castell jadi praktis ya anak2 juga enjoy pake untuk ini itu di hp
ReplyDeleteKeren nih Faber Castell bikin paket buat belajar online. Masih nggak percaya sih harganya terjangkau padahal ada stylus nya. Mau beliin juga buat adikku yang pjj. Hehe.
ReplyDeleteTerkait kepemilikan gawai,di sekolah anak saya saja, SMA Negeri di Jakarta ada yang mesti gantian sama 3 adiknya. Akhirnya komite sekolah turun tangan buka sumbangan gadget untuk anak yang memerlukan. Boleh uang atau gadget lama.Beneran ya PJJ banyak tantangannya.
ReplyDeleteDan jika ada solusi Paket Belajar Online Faber Castell begini pasti membantu sekali
Suka sekali faber castell ngeluarin paket begini. Seenggaknya merasa disupport jg ya oleh situasi pembelajaran pandemi yg entah kapan bs kembali ofline. Ku kangen heu
ReplyDeleteWaaah aku penasaran sama stylus nya nih. Apalagi harga paketnya terjangkau ya mbak. Lebih enaknya lagi dapat digunakan untuk semua (merek) smartphone dan tablet, asal punya layar touchscreen.Jadi pasti berguna banget buat yang lagi PJJ
ReplyDeletebermanfaat sekali yah Mba, paket belajarnya dari faber castell ini, bisa digunakan oleh smeua umur juga
ReplyDeleteJadi tertarik mau beli deh Paket belajar on-line dari Faber castle ini terutama tertarik Sama stylus pennnya bikin Mudah anak2 belajar ini
ReplyDeleteAku juga ikut webinarnya. Seru banget deh sama pemaparan ibu saufi, asyik dan santai jadi paham kendala PJJ dan cara mengatasinya. Ditambah ada paket belajar dari faber castell yang membantu banget selama anak PJJ.
ReplyDeletePembelajaran Jarak Jauh emang banyak tantangannya yah Mbak. Adikku juga sempat mengeluh karena merasa kurang bisa konsentrasi saat PJJ. Apalagi jatah kuota jadi nambah, hasilnya ga cuma adik yang mengeluh tapi orang tua juga ikutan ngeluh. 😅 eh tapi kemarin waktu mau ujian semester tuh adikku nyobain paket belajar online dari Faber Castell, katanya memudahkan banget buat belajar online di rumah.
ReplyDeleteBener aku setuju sama kendala-kendala yang disampaikan di postingan ini. Aku pun mengalaminya dirumah akhirnya ya harus bikin kurikullum sendiri juga dirumah deh.
ReplyDeletePJJ ini memang tantangan banget ya terutama buat orangtua dan anaknya. Pastinya alat tulis yang kualitas baik sangat menunjang belajar dirumah yaa..
ReplyDelete