Kisah berikut ini adalah tulisan lama saya yang dulu saya ikutkan pada Lomba Menulis "Kisah Inspiratif Sedekah" yang diadakan oleh Lembaga Amil Zakat Nurul Hayat pada tahun 2018. Yap, sudah lama sekali, dan saya baru terpikir untuk mempostingnya di blog ini sekarang 😊 (untuk kenang-kenangan). Oiya, alhamdulillah tulisan saya ini menjadi juara pertama lomba menulis tersebut.
Alhamdulillah juara 1 kategori Lomba Menulis 😊 |
Memang ada tiga kategori lomba pada perayaan milad ke-17 Nurul Hayat waktu itu. Ada Lomba Video, Lomba Komik, dan Lomba Menulis. Penyerahan hadiah dilakukan di kantor pusat Nurul Hayat, di Surabaya, di acara Tarhib Ramadhan yang dihadiri oleh Arie Untung dan Fenita Arie, juga Prof. Dr. Moh. Ali Aziz. (Foto dan video acara ada di bagian bawah postingan ini).
Dan, ini dia tulisan saya yang berjudul "Satu Niat, Dua Tiga Bahagia Terlampaui", sebuah kisah inspiratif sedekah:
*****
Sedih rasanya ketika kita tidak dapat memenuhi keinginan orang tua. Sebaliknya, tatkala kita bisa memberikan apa yang mereka inginkan, rasanya hati menjadi bahagia. Begitulah yang kerap saya rasakan. Tinggal seatap dengan kedua orang tua, membuat saya dan keluarga kecil saya harus berusaha berinteraksi dengan orang tua setiap saat dengan sebaik-baiknya.
Baca juga: Ikhlas dalam Berbagi, dan Kenikmatan yang Tak Terhingga.
Pagi itu, saya merasa “galau” ketika ibu mengajukan beberapa request sebelum saya menjemput si sulung pulang dari sekolahnya. Ibu nitip ingin dibelikan pulsa, obat untuk bapak yang sedang sakit ringan, dan nitip dibelanjakan beberapa kebutuhan dapur di pasar. “Ya, Allah… duit dari mana untuk beli itu semua?” batin saya.
Ya, bisa dibilang beberapa hari itu saya sedang krisis uang. Uang cash di rumah hanya cukup untuk belanja sayur besok pagi. Saldo di ATM seingat saya tinggal bisa diambil Rp50.000,00. Sedangkan dana dari suami belum mengucur lagi karena masih menunggu beberapa tagihan cair. Hemm... saya jadi sedikit menggerutu mengapa fee dari job menulis belum juga cair. Hadiah lomba foto di Instagram belum juga ditransfer.
Padahal, saya juga sedang butuh dana segar untuk membeli perlengkapan bayi sebagai persiapan persalinan saya yang tinggal beberapa minggu lagi. “Ya, Allah… tolong saya,” kembali saya hanya bisa berdoa di dalam hati.
Setelah berpikir sejenak, saya segera mengajak Fahima, si nomer dua, untuk bersiap-siap menjemput kakaknya. Kami harus berangkat lebih awal karena akan mampir ke beberapa tempat terlebih dahulu sebelum menjemput si sulung. Saya sudah memutuskan untuk membelikan apa saja yang dipesan ibu. Karena setelah dihitung-hitung, uang yang ada di dompet saya cukup untuk membeli semua pesanan ibu. Mengenai perlengkapan bayi, saya pikir bisa besok-besok. Tak apa mendekati HPL (Hari Perkiraan Lahir). Seandainya HPL maju, ya sudah, berarti itu sudah ketetapan terbaik dari Allah.
Saya bersama Fahima segera meluncur ke minimarket terlebih dahulu sebelum membelikan pesanan-pesanan ibu. Saya bermaksud mengambil uang yang tersisa di ATM untuk mengisi dompet, untuk berjaga-jaga siapa tahu ada kebutuhan mendadak. Sesampai di depan minimarket, kami melihat ada seorang pengemis yang sedang ngesot di pelataran parkir. Antara rasa iba dan bingung, saya ragu untuk memberikan sedikit uang untuknya. Tapi sekilas saya teringat sebuah kalimat, “Jika kita sedang dalam kesempitan harta, bersedekahlah.” Lalu, “Harta tidak akan berkurang karena disedekahkan...”.
Saya pun kemudian mengulurkan beberapa lembar uang kertas untuk laki-laki tua itu. Hati saya berbisik, “Ikhlas, ikhlas…”. Saya berpikir, nanti uang yang rencananya untuk belanja keperluan ibu bisa ditambah dengan uang Rp50.000,00 dari ATM. Biarlah dompet saya hanya terisi lebih sedikit dari itu.
Kemudian saya menuju mesin ATM yang ada di sudut minimarket. Berharap tak ada orang lain yang antri di sana, karena saya malu kalau saldo rekening saya terbaca oleh orang lain. Hehe. Untuk memastikan apakah saya masih bisa mengambil uang dari ATM itu, saya segera mengecek saldo setelah berhasil login. Tapi… alangkah terkejutnya saya, karena angka-angka saldo di sana menunjukkan nilai yang cukup banyak. Untung saja saat itu enggak ada orang yang antri, jadi saya bisa bengong sekian detik sebelum memutuskan untuk mencoba menarik uang beberapa ratus ribu. Dan ternyata benar, saya bisa menarik uang tidak hanya Rp50.000,00 seperti yang saya rencanakan! Masya Allah… Alhamdulillah.
Saya menaksir kalau penambahan saldo rekening saya tersebut berasal dari fee 2 kali job menulis di blog dan hadiah lomba foto di Instagram. Semuanya masuk ke rekening saya dalam waktu bersamaan dan di saat yang benar-benar tepat! Masya Allah. Satu niat untuk memenuhi keinginan orang tua, tapi justru saya bisa membeli kebutuhan-kebutuhan lainnya karena sedikit bersedekah. Maka benarlah firman Allah SWT:
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (pembayarannya oleh Allah) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (QS.Al-Hadid: 18).
***
Baca juga: Infak.in Bikin Infak Jadi Lebih Mudah.
Penyerahan hadiah lomba pada acara Tarhib Ramadhan bersama Arie Untung, Fenita Arie, dan Prof. Dr. Moh. Ali Aziz. |
Itulah tulisan singkat saya berupa kisah inspiratif yang "menemukan jodohnya". Tulisan sederhana namun bisa jadi juara 1 Lomba Menulis Nurul Hayat. Hehe. Alhamdulillah. Semoga kisah nyata yang berjudul "Satu Niat, Dua Tiga Bahagia Terlampaui" di atas bisa menginspirasi pembaca blog ini juga, ya 💖
No comments
Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.