Sabtu, 5 November 2022 kemarin, badan saya rasanya panas dan pegal-pegal semua. Makin siang, satu lagi yang bertambah: kepala terasa pusing. Tapi saya masih jemput sekolah anak-anak sampai sekitar pukul 11.00.
Ketika Emak Sakit...
Sampai di rumah, saya langsung istirahat. Paginya saya sudah minum vitamin, lalu siang itu saya minta suami untuk membelikan air kelapa hijau. Karena beberapa kali memang saya cocok dengan air kelapa hijau saat ada tanda-tanda tubuh seperti di atas.
Tapi.. kali itu ternyata tidak. Kepala saya tetap pusing, badan tetap panas dan pegal-pegal. Karena malamnya pusing banget, saya minta obat Bodrex andalan ibu saya. Alhamdulillah saya bisa tidur, meski malam itu yah badan masih tidak nyaman.
Tapi paginya, panas pusing pegal itu tetap ada. Saat suami bilang, "Apa nggak periksa aja ke dokter?"
Saya bilang enggak dulu, deh. Ya, soalnya saya kalau mau pergi-pergi selalu kepikiran anak-anak. Apalagi saat ini ada si kecil yang masih empat bulan. Duh, bingung saya kalau mau ke dokter dia mesti diajak atau gimana. Huhu.
Saya masih bertahan dengan minum Bodrex sekali lagi. Setelah itu pusing reda. Eh, agak lama, muncul lagi pusingnya. Begitu terus, kadang muncul kadang ilang panas dan pusingnya. Bahkan di hari Senin, tambah lagi keluhannya di tubuh saya: perut terasa enggak enak. Ada rasa nyeri pula di lambung sebelah kanan.
Saya jadi ingat, dulu saya pernah sakit Hepatitis A, dan keluhannya hampir sama seperti saat ini. Tapi kali ini memang air seni saya normal, sih. Enggak kuning kecoklatan. Tapi saya mau coba mengonsumsi air temulawak seperti saat sakit Hepatitis A itu. Siapa tahu bisa membantu. Begitu pikir saya.
Saya konsumsi air seduhan temulawak seharian. Pagi siang sore masing-masing satu gelas. Tapi oh tapi.. enggak ada perubahan. Senin malam saya merasa sangat pusing dan badan panas plus pegal-pegal. Perut juga enggak enak.
Akhirnya Selasa pagi saya minta diantarkan suami ke rumah sakit. Dan dari hasil tes darah, ternyata saya menderita tipes dan demam berdarah. Trombosit saya sangat rendah, lalu ada nilai-nilai buruk lainnya lagi, entahlah.. Masya Allah. Rasanya badan yang sudah lemah enggak karuan saat itu tambah lemesss...
Dokter mengatakan sebaiknya saya opname, agar perawatannya lebih baik dan terjaga. Tapi saya mikir si kecil yang masih empat bulan. Gimana ASI-nya?
Gimana repotnya suami mengurus lima anak yang salah satunya masih bayi? Ya Allah, sedihnya membayangkan 😥
Sedih mau ninggalin si imut ini di rumah 😚 |
Selama ini si kecil Fathur selalu sama saya, hampir enggak pernah lepas dari saya. Paling lama saya tinggal satu jam-an saat jemput kakak-kakaknya sekolah (hari Jumat biasanya jam pulang kakak-kakaknya berdekatan, jadi sekalian saya jemput semua, yang memerlukan waktu kurang lebih satu jam). Jadi selama ini pula, dia selalu ng-ASI langsung pada saya (breastfeeding langsung). Saya belum pernah memompa ASI untuk dia.
Suami juga tampak belum siap jika saya harus opname. Singkat cerita kami memutuskan pulang ke rumah dulu. Besok paginya tes darah lagi untuk melihat perkembangan trombosit dan yang lainnya.
Sampai di rumah saya konsumsi obat dari dokter. Tapi sampai malam, kok, tubuh saya makin terasa lemah, pusing, panas, lambung nyeri. Duh.. saya merasa tak tahan dengan sakitnya. Saya bilang ke suami, "Besok aku tes darah sekalian opname saja, ya?"
Suami pun mengiyakan demi melihat kondisi saya. Maka sembari menahan sakit saya mempersiapkan pompa ASI Philips Avent yang alhamdulillah masih saya simpan rapi. Juga botol susu yang masih ada satu buah.
Paginya saya siapkan barang-barang untuk opname. Saya juga coba memompa ASI yang ternyata cukup sulit dilakukan di saat kondisi badan saya lemah. Saya pompa dan pompa lagi ternyata hanya menghasilkan ASIP (ASI Perah) sekitar 20 ml saja. Ya sudahlah, saya keburu ke RS, hasil ASIP seadanya itu yang saya tinggalkan untuk si kecil 😥
Memompa ASI Saat Opname
Benar saja, hasil tes darah saya Rabu pagi itu lebih buruk dari sebelumnya. Trombosit saya juga makin turun. Sudah tepat sekali keputusan saya untuk opname.
Saya pun langsung diinfus, masuk kamar perawatan, dan dirawat dengan baik oleh para suster/perawat. Saya disuruh makan+minum yang banyak selain minum obat secara teratur dan istirahat yang cukup. Terutama minum air putih, nih, dianjurkan sehari semalam minimal tiga liter. Wow!
Menu-menu makanan yang disajikan untuk saya pun terbilang enak-enak dan porsinya lumayan banyak. Saya berusaha habiskan setiap menu yang tersaji, demi agar tubuh lekas sehat.
Baca juga: Biaya Persalinan Normal Pasien Umum di RS 'Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan.
Beberapa menu di RS yang sempat saya foto. |
Sejak sampai di kamar RS, saya sudah mikir kapan nih mulai pompa ASI. Karena si kecil Fathur terpaksa sudah disupport dengan susu formula karena ASIP yang saya tinggalkan sangat kurang. Kata suami dia nangis terus karena ASI-nya kurang banyak. Hiks sedihnya.
(Oiya, saya lebih sering sendirian di RS, karena suami ngurus anak-anak di rumah dibantu ibu saya).
Pertama saya memerah ASI di RS, hasilnya masih sedikit, sama seperti saat akan berangkat ke RS. Tetapi setelah saya bisa beristirahat dengan tenang, makan+minum lumayan banyak, ternyata ASIP yang saya hasilkan bertambah banyak.
Dan senangnya, ada salah satu suster yang memberikan saya dua kantung ASI gratis! Wah, senang sekali saya. Ternyata beliau juga pejuang ASI, jadi suster ini juga ngasih saran begini-begitu. Wah, senangnya saya ketemu sesama pejuang ASI 😍
ASIP saya pun makin lancar. Sekali pernah biasanya 125 ml (sesuai ukuran botolnya). Kalau pagi hari, saya bisa menghasilkan ASIP 250 ml sekali perah. Biasanya ASIP itu saya titipkan ke kulkas di ruang perawat. Lalu nantinya diambil suami untuk diberikan pada Fathur ❤️
Sehingga Fathur enggak perlu minum sufor lagi. ASIP dari saya sudah sangat cukup untuknya selama saya masih di RS. Alhamdulillah..
Kantung ASI unyu dari suster ❤️ |
ASIP sekali pompa di pagi hari. |
Beberapa catatan tentang manajemen ASI ketika saya harus opname adalah sebagai berikut:
- Meski sedang sakit, usahakan hati dan pikiran tetap tenang, tidak bersedih hati, agar bisa menghasilkan ASI yang cukup. Kalau hati ibu bahagia, insyaa Allah ASI yang keluar juga akan cukup dan berkualitas.
- Lebih sering memompa lebih baik, karena semakin sering dipompa ASI juga akan lebih banyak berproduksi. Sama seperti ketika breastfeeding langsung, semakin sering bayi menyusu maka ASI akan lebih banyak keluar.
- ASIP sebaiknya langsung dimasukkan ke kulkas di rumah sakit. Jika di kamar pasien enggak ada kulkas, bisa dititipkan di ruang perawat.
- Jika ASIP yang disimpan di kulkas jumlahnya lebih dari satu kantung/botol, jangan lupa menuliskan waktu penyimpanan (jam dan tanggal), agar mudah memberikannya pada si kecil sesuai urutan penyimpanan ASIP (first in first out, yaitu yang masuk duluan akan keluar duluan juga).
- Ketika ASIP sampai di rumah, segera masukkan kulkas di rumah. Lalu jika akan memberikannya pada si kecil, hangatkan dulu dengan cara memasukkan kantung/botol ASI ke dalam air panas.
- Berikan kepada si kecil secukupnya agar bisa langsung dihabiskan. Jika sudah di luar kulkas, maksimal 4 jam sudah harus habis. Jika sisa, harus dibuang.
Alhamdulillah, Sabtu pagi tanggal 12 November 2022 kemarin saya sudah diizinkan pulang dari rumah sakit. Karena saya sudah tidak merasakan keluhan-keluhan (sakit) di tubuh saya. Trombosit saya pun sudah mulai naik lagi.
Saya sudah bertemu kembali dengan anak-anak dan keluarga, termasuk di kecil Fathur. Saya sudah bisa beristirahat dengan bebas di rumah.
Oh iya, kemarin Fathur sempat, entahlah, agak lupa sama saya atau marah atau gimana... Dia nangis waktu pertama kali saya gendong. Huhu. Agak lama juga sih nangisnya. Tapi lama-kelamaan mereda tangisnya dan nyaman ng-ASI ke saya. Oh, so sweet 😍❤️
Demikian cerita ringan saya kali ini. Doakan saya dan keluarga sehat selalu, ya.. dan semoga teman-teman semua juga senantiasa sehat wal 'afiat. Aamiin ❤️
Bersama pompa ASI Philips Avent yang sangat membantuku 😍 |
Semoga sehat terus ya Mbak Deka.
ReplyDelete