Sepulang saya dari opname di rumah sakit beberapa waktu yang lalu, suami berusaha mencari ART (Asisten Rumah Tangga) untuk membantu mengurus rumah kami. Suami merasa kewalahan jika mengurus rumah tanpa saya yang sakit, dan kasihan sama saya jika di masa pemulihan saya harus mengerjakan urusan rumah tangga yang enggak habis-habis itu.
Alhamdulillah, rupanya situasi sedang pas/mendukung. Singkat cerita kami mendapatkan ART yang rumahnya dekat dengan rumah kami. Beliau seorang ibu beranak satu, yang saat ini sedang nganggur dari yang biasanya bekerja di pabrik atau bekerja serabutan.
Sesuai kesepakatan, beliau ke rumah kami setiap hari Senin sampai Jumat saja, dengan jam kerja mulai pukul 08.00-12.00 dan lanjut pukul 14.30-17.00. Jadi enggak full di rumah kami.
Pekerjaannya bersih-bersih rumah, mulai dari mencuci peralatan makan dan dapur, mencuci baju (dengan mesin cuci) dan menjemur, menyapu dan mengepel, dan kadang menyeterika pakaian.
Saya lumayan cocok dengan mbak ini. Kerjanya cepat, lumayan bersih, dan orangnya enggak banyak omong. Kalau saya jemput anak ke sekolah (sekitar 10 menit), beliau juga saya titipi si kecil dan ternyata si kecil enggak nangis karena mbaknya juga sabar. Saya seneng 😊
Tapi oh tapi.. rupanya hanya tiga hari lebih setengah hari si mbak ini bertahan di rumah kami. Pasalnya, ternyata beliau sebelumnya telah memasukkan lamaran kerja ke sebuah pabrik, dan akhirnya diterima di sana. Jadi, dia lebih memilih kerja di pabrik dan berhenti bekerja di rumah kami. Hemm.
Baca juga: Cara Cepat Memasak di Dapur.
Kembali ke Asal, Tanpa ART
Yah.. akhirnya kembali ke asal, kami hidup tanpa ART! Hahaha. Saya dan suami biasa saja, sih, saat si mbak memutuskan untuk berhenti kerja di rumah kami. Alhamdulillah kondisi kesehatan saya sudah membaik pasca opname. Beberapa hari sepulang dari rumah sakit memang rasanya badan masih lemes, dipakai buat aktivitas sedikit rasanya capek banget. Tapi saat si mbak berhenti, kondisi badan saya pas sudah sehat. Alhamdulillah.
Tapi suami sempat tanya ke saya, mau cari ART lagi enggak? Saya jawab, enggak usah. Ya, memang saya orangnya juga agak kurang suka, sih, jika ada orang lain di rumah kami berlama-lama. Alasannya saya enggak bisa bebas buka kerudung! Haha. Ya enggak apa-apa sih sebenarnya saya buka kerudung, wong si mbaknya juga perempuan. Tapi saya sendiri yang risih jika buka kerudung di depan orang luar (bukan keluarga inti).
Kedua, saya orangnya agak-agak perfeksionis. Huhu. Misal masalah menyeterika baju, nih. Duh, sebenarnya saya kurang sreg jika lipatannya seperti itu, bukan seperti saya. Kemudian soal jemur baju, duh, kok model meng-hanger-nya seperti itu, ya, kurang rapi. Enggak seperti saya. Hahaha. Tapi saya malas protes ke mbaknya. Saya lebih ke menerima, udah bersyukur lah ada yang mau bantu.
Jadi, ya, ketika mbaknya berhenti kerja, saya jadi mikir. Allah tuh Maha Tahu dan Maha Bijaksana. Dia "mengirim" mbaknya ke rumah saya buat bantu-bantu sementara saja, yaitu ketika kondisi badan saya masih lemah pasca sakit dan opname di rumah sakit. Kemudian, kalau mbaknya kerja terus di rumah kami, kasihan suami juga, karena pengeluaran juga otomatis bertambah banyak. Huhu.
Masya Allah.. Allah selalu punya cara yang tepat untuk menolong umat-Nya, ya.
Baca juga: Rahasia Menjadi Ibu Rumah Tangga yang Aktif dan Bahagia.
Anak Banyak, Gimana Cara Menangani Pekerjaan Rumah Tangga Tanpa ART?
Kemarin waktu mengantar si kecil pijat ke tukang pijat langganan, ada ibu-ibu yang curhat ke budhe tukang pijat. Katanya, dulu tuh capek punya anak-anak kecil, pekerjaan rasanya selalu ada enggak ada habis-habisnya. Dan sekarang saat beliau punya cucu dan membersamainya, rasanya seperti dulu lagi. Mau apa-apa enggak tenang karena ada anak bayi yang mesti dijaga.
Budhe tukang pijat lalu menunjuk ke saya, katanya, "Nih, anaknya lima tanpa ART. Bayangin tuh kalau kamu jadi dia (jadi saya maksudnya)."
Hihi. Batin saya, mereka enggak tahu betapa berantakannya rumah saya, sih 😂. Ya, anak saya memang ada lima orang. Saat ini si sulung kelas 6 SD, nomor dua kelas 3 SD, nomor tiga TK B, nomor empat Play Group, dan si nomor lima masih usia lima bulan. Selama ini memang tanpa ART yang membantu saya mengurus rumah. Ya, hanya tiga hari itu yang sempat punya ART.
Lalu bagaimana saya mengurus rumah agar semua pekerjaan bisa ter-handle dengan baik tanpa ART? Ehm.. enggak semua pekerjaan ter-handle dengan baik, sih. Banyak pekerjaan dan hal-hal lain yang tidak bisa saya kerjakan semua. Misal, di rumah saya selalu ada gunungan pakaian bersih yang habis dijemur dan enggak sempat saya lipat. Hahaha.
Saya hanya menyeterika seragam sekolah anak-anak dan baju yang mau dipakai keluar rumah. Yang lainnya? Saya biarkan menggunung dan melipatnya jika sempat saja. Paling banter cuma dapat sepuluh baju yang dilipat, lalu terdistraksi oleh tangisan si kecil atau hal lainnya, lalu bertambah lagi tumpukannya. Haha.
Baca juga: Membangun Karakter Positif pada Anak, Ketahui Masalah dan Cara Mengatasinya.
Tapi sayangnya enggak semua pekerjaan bisa di-hold seperti tumpukan baju itu. Kalau piring-piring kotor dibiarkan menggunung, wah, mengerikan dong, ya. Atau, enggak masak tiap hari? Duh, bisa boros banget pastinya. Jadi pekerjaan-pekerjaan itu mau enggak mau harus saya kerjakan.
Tapi alhamdulillah, Allah memang enggak akan memberikan beban melebihi kekuatan hamba-Nya, ya. Pekerjaan rumah yang banyak itu enggak saya kerjakan sendiri, kok. Ada suami yang siap membantu, juga anak-anak!
Ya, sejak kecil anak-anak kami biasakan belajar life skill, seperti menyapu, mencuci piring, memetik sayuran, dan lain-lain. Hal ini juga diajarkan oleh sekolah anak-anak, yaitu pengembangan karakter positif pada anak. Kadang ada tugas life skill dari sekolah. Dan hal itu kami biasakan di rumah sejak kecil hingga sekarang. Sehingga anak-anak (terutama anak-anak yang besar) sudah bisa membantu menyapu, mencuci piring, membantu memasak, dan lain-lain.
Ya meskipun kadang anak-anak banyak alasan dan bikin emaknya berubah jadi layaknya singa, sih. Huhu. Enggak apa-apa, saya yakin pembiasaan melakukan life skill itu tetap akan berguna.
Saat ini, setiap pagi si sulung yang bertugas mencuci piring dan peralatan dapur lainnya. Si nomor dua kebagian tugas menyapu, si nomor tiga membantu di dapur. Oiya, si nomor dua suka sekali menemani adik bayinya. Ini sangat membantu saya, karena kalau si kecil enggak nangis saya bisa tenang mengerjakan hal-hal lain.
Jadi, ya, begitulah. Punya anak banyak tapi tanpa ART, bisa kok. Pekerjaan rumah yang enggak ada habis-habisnya itu, dikerjakan bersama-sama oleh semua anggota keluarga. Dibagi saja tugas-tugasnya bersama anak-anak. Selain bisa meringankan pekerjaan orang tua, juga dapat melatih kemandirian anak-anak, yang pastinya akan bermanfaat untuk kehidupan mereka nantinya. Insyaa Allah.
Nah, kalau teman-teman bagaimana? Mungkin ada yang punya anak lebih dari tiga juga, sharing pengalamannya juga, dong, di kolom komentar 😊
Kirain cuma saya aja yang ga nyetrika. Eh tapi sekarang saat anak ketiga sudah di TK, saya udah bisa nyetrika.
ReplyDelete