Beberapa waktu terakhir ini, saat menjemput anak-anak pulang sekolah, saya merasakan udara yang sangat panas di jalan. Sinar matahari serasa menusuk-nusuk kulit dengan lebih tajam. Saya jadi berpikir, bagaimana kondisi di siang hari yang sama pada sepuluh-dua puluh tahun ke depan jika manusia terus abai pada lingkungan?
Tak perlu jauh-jauh soal abai pada lingkungan, saya ambil contoh di rumah saya sendiri. Sejak awal pembangunan rumah, memang peruntukan utamanya di lahan itu adalah untuk usaha bengkel bubut milik suami. Ya, bengkel menjadi yang diutamakan karena saat itu suami baru merintis usaha di rumah baru kami. Dan hingga saat ini, usaha itu tetap yang utama.
Sayangnya, pembangunan rumah dan bengkel itu kurang ramah lingkungan. Di rumah kami hanya ada sedikit pohon. Bengkel yang awalnya berdampingan dengan pohon-pohon kecil di halaman rumah, lambat laun berganti menjadi full untuk bengkel tanpa menyisakan pepohonan. Hingga saat ini, hanya ada beberapa pohon di depan rumah dan di halaman belakang yang luasnya tak sampai 10 meter persegi.
Saya kerap memberi masukan pada suami selaku pemegang kuasa dalam hal pembangunan rumah. Saya ajak untuk sedikit saja menghijaukan rumah. Namun hanya sedikit yang didengarkannya. Alhasil seperti itulah kondisi rumah kami saat ini; rumah kami minim pohon dan jadi kurang adem alias panas. Alhamdulillah, sih, ada kebun tebu di belakang rumah, yang menyumbangkan udara segar setiap hari melalui angin yang berhembus.
Baca juga: Green Jobs, Peluang Anak Muda untuk Selamatkan Bumi.
Kondisi Terkini tentang Lingkungan di Indonesia
Tidak salah apa yang saya rasakan saat menjemput anak-anak pulang sekolah. Memang udara kita saat ini semakin panas. Mengutip dari laman Team Up for Impact, bahwa dalam 60 tahun terakhir ini polusi semakin memburuk akibat pabrik, kendaraan, dan pembakaran batu bara untuk membangkitkan tenaga listrik.
Polusi yang berkumpul di udara menjadi gulungan selimut yang membuat bumi terlalu panas. Suhu bumi yang terlalu panas menyebabkan kekeringan, gagal panen, cuaca ekstrim, dan permukaan laut naik menggenangi daratan.
Di Indonesia, fakta dan kondisi terkini tentang lingkungan hidup dalam keadaan yang sangat tidak baik-baik saja. Mengutip dari laman WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia), bahwa hutan di Kalimantan hingga Papua masih terus mengalami eksploitasi dan penghancuran oleh korporasi, yakni berupa penggundulan hutan untuk dialihkan menjadi industri ekstraktif.
Aktivitas industri ekstraktif yang mengeksploitasi alam ini bukan hanya berdampak pada menyusutnya hutan yang berfungsi sebagai penyerap emisi karbon dioksida, namun sekaligus ikut memperparah laju pemanasan global dan mengancam sumber penghidupan puluhan juta masyarakat adat.
Dari riset yang telah dilakukan oleh WALHI didapatkan data bahwa lahan seluas 159 juta hektar sudah terkapling dalam izin investasi industri ekstraktif. Luas wilayah daratan yang secara legal sudah dikuasai oleh korporasi yakni sebesar 82.91%, sedangkan untuk wilayah laut sebesar 29.75%.
Data IPBES (Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services) 2018 juga menyebutkan bahwa setiap tahunnya Indonesia kehilangan hutan seluas 680 ribu hektar, yang mana merupakan terbesar di region Asia Tenggara. Sedangkan data kerusakan sungai yang dihimpun oleh KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) tercatat bahwa, dari 105 sungai yang ada, 101 sungai diantaranya dalam kondisi tercemar sedang hingga berat.
Dengan kehilangan dan kerusakan hutan, juga kerusakan sungai seperti itu, tidak mengherankan jika kemudian di sepanjang tahun 2020, BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) mencatat terdapat 2.925 kejadian bencana alam di Indonesia, mulai dari banjir, puting beliung, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, serta gelombang panas.
Source: https://www.walhi.or.id/ |
Selain kondisi kehutanan tersebut, fakta-fakta lain dan kondisi terkini tentang lingkungan Indonesia antara lain sebagai berikut:
- Indonesia merupakan salah satu penghasil limbah plastik terbesar di dunia, dimana sekitar 10 juta ton limbah plastik dihasilkan setiap tahunnya. Namun limbah plastik ini banyak yang tidak terkelola dengan baik, sehingga mencemari lingkungan dan mengancam kesehatan manusia dan satwa liar.
- Indonesia memiliki keragaman terumbu karang terbesar di dunia, namun terumbu karang ini mengalami kerusakan yang cukup parah akibat pencemaran, perubahan suhu laut, dan aktivitas manusia seperti penangkapan ikan yang tidak terkontrol.
- Pengelolaan sampah di Indonesia masih belum terkelola dengan baik, dimana sebagian besar sampah yang dihasilkan tidak diproses secara benar dan berakhir di sungai atau lautan.
- Indonesia memiliki keanekaragaman satwa liar yang sangat tinggi, namun beberapa spesies seperti orang utan, harimau, dan badak Jawa terancam punah akibat perburuan liar dan hilangnya habitat mereka.
Baca juga: Wisata Edukasi Lingkungan Hidup di PPLH Seloliman.
Dampak Emisi Karbon Akibat Deforestasi
Kembali pada masalah kehutanan Indonesia yang mengalami kehilangan dan kerusakan parah akibat deforestasi (penabangan hutan). Akibat kerusakan hutan, emisi karbon juga semakin tinggi. Karena salah satu fungsi hutan adalah sebagai penyerap emisi karbon.
Emisi karbon adalah pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke atmosfer. Emisi karbon umumnya dihasilkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil (seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam) untuk menghasilkan listrik, menggerakkan transportasi, dan memanaskan atau mendinginkan bangunan.
Emisi karbon juga dapat dihasilkan dari kegiatan industri dan pertanian. Emisi karbon dianggap sebagai faktor utama dalam perubahan iklim global karena gas CO2 dapat mempercepat pemanasan global dengan menyerap dan menahan panas di atmosfer.
Dampak emisi karbon pada perubahan iklim dan lingkungan sangat besar dan dapat berdampak pada keberlangsungan hidup manusia dan satwa liar. Berikut ini beberapa dampak yang diakibatkan oleh emisi karbon pada perubahan iklim terhadap lingkungan:
- Emisi karbon yang tinggi dari kegiatan manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi menyebabkan peningkatan suhu global. Peningkatan suhu global dapat menyebabkan perubahan pola cuaca, kenaikan permukaan laut, dan penurunan kualitas udara.
- Emisi karbon menyebabkan perubahan pola cuaca global, seperti peningkatan kejadian cuaca ekstrem (banjir, kekeringan, badai). Hal ini berdampak pada kehidupan manusia dan satwa liar, terutama bagi komunitas yang tinggal di wilayah rawan bencana.
- Emisi karbon juga berkontribusi pada peningkatan suhu laut, yang dapat menyebabkan peningkatan permukaan laut. Peningkatan permukaan laut dapat membanjiri wilayah pesisir dan mengancam keberlangsungan hidup masyarakat serta satwa liar yang hidup di wilayah tersebut.
- Emisi karbon menyebabkan perubahan iklim dan mempengaruhi ekosistem di seluruh dunia. Perubahan iklim dapat menyebabkan pergeseran pada daerah endemik yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan dan penurunan populasi satwa liar.
- Perubahan iklim dan perubahan ekosistem yang diakibatkan oleh emisi karbon dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati. Perubahan suhu dan curah hujan dapat mengurangi habitat satwa liar dan tanaman, sehingga spesies tertentu dapat mengalami kepunahan.
Oleh karena itu, diperlukan upaya global untuk mengurangi emisi karbon dan menjaga lingkungan agar tetap lestari. Pengurangan emisi karbon adalah kunci dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak emisi karbon pada perubahan iklim terhadap lingkungan, seperti:
- Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam adalah sumber utama emisi karbon. Oleh karena itu, pengurangan penggunaan bahan bakar fosil dapat membantu mengurangi emisi karbon.
- Menggunakan sumber energi terbarukan. Sumber energi terbarukan seperti energi matahari, energi angin, dan energi air dapat mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari pembangkit listrik. Dengan menggunakan sumber energi terbarukan, kita dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan mengurangi emisi karbon.
- Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah salah satu sumber utama emisi karbon. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan beralih ke transportasi ramah lingkungan seperti sepeda, kereta api, dan transportasi umum dapat membantu mengurangi emisi karbon.
- Menanam lebih banyak pohon. Pohon adalah alat yang efektif dalam menyerap karbon dari atmosfer. Oleh karena itu, menanam lebih banyak pohon dapat membantu mengurangi emisi karbon dan memperbaiki kualitas lingkungan.
- Menerapkan konsep 3R: Reduce, Reuse, dan Recycle (Mengurangi, Menggunakan kembali, dan Mendaur ulang) adalah konsep yang dapat membantu mengurangi limbah dan emisi karbon. Dengan mengurangi penggunaan produk yang tidak perlu, menggunakan kembali barang yang masih bisa digunakan, dan mendaur ulang sampah, kita dapat membantu mengurangi emisi karbon dan memperbaiki lingkungan.
- Mengadopsi gaya hidup berkelanjutan. Mengadopsi gaya hidup berkelanjutan seperti mengurangi konsumsi daging, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, dan menggunakan produk organik dapat membantu mengurangi emisi karbon dan memperbaiki lingkungan.
Langkah-langkah di atas dapat membantu mengurangi emisi karbon dan meminimalisir dampak perubahan iklim terhadap lingkungan. Sebenarnya kita semua juga dapat berperan aktif dalam usaha tersebut. Tinggal niat dan aksi nyata!
Baca juga: Checklist Pembentukan Karakter Cinta Lingkungan pada Anak.
Upaya Menjaga Lingkungan Hidup dari Lingkungan Terkecil
Ya, saya sebagai ibu rumah tangga, tak perlu muluk-muluk untuk bergerak dan berdaya bagi lingkungan dengan aktif menyuarakan upaya pelestarian lingkungan di luar rumah. Saya bergerak dan berdaya dari lingkungan terkecil dulu, yaitu keluarga atau rumah tangga. Karena di dalam rumah saya, ada banyak hal yang masih perlu dibenahi terkait hal tersebut.
Contoh kecil saja, saya membiasakan anak-anak untuk menghabiskan setiap makanan yang dimakannya, baik itu dimakan di rumah, di sekolah, di resto/warung makan, dan lain-lain. Selain itu apa yang bisa saya lakukan? Berikut ini beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan, antara lain:
- Menanam Pohon. Pohon sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem, dan tentu saja pohon sangat berarti untuk menghadapi perubahan iklim. Oleh karena itu, kita bisa menanam pohon di halaman rumah atau mengikuti kegiatan penanaman pohon di lingkungan sekitar.
- Menerapkan Konsep 3R. Konsep 3R yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle (Mengurangi, Menggunakan Ulang, dan Mendaur Ulang) sangat penting untuk menjaga lingkungan hidup. Kita bisa mempraktikkannya dengan memisahkan sampah organik dan anorganik, serta memilih barang-barang yang bisa didaur ulang atau dijual kembali.
- Hemat Listrik. Penggunaan listrik yang boros akan meningkatkan emisi karbon. Maka kita harus hemat dalam penggunaanya, dengan cara mematikan listrik bila tak digunakan, atau memilih lampu yang hemat daya (ramah lingkungan).
- Hemat Air. Air merupakan sumber daya yang sangat berharga. Oleh karena itu kita bisa mengurangi penggunaan air dengan melakukan kebiasaan sederhana seperti menutup keran saat tidak digunakan, menggunakan air secukupnya, atau memperbaiki keran yang bocor.
- Mengurangi Pemakaian Plastik. Plastik merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan yang sangat besar. Oleh karena itu, kita bisa mengurangi pemakaian plastik dengan menggunakan kantong belanja reusable, botol minum stainless steel atau kaca, serta menghindari penggunaan sedotan plastik.
- Menggunakan Produk Ramah Lingkungan. Kita bisa memilih produk-produk yang ramah lingkungan seperti deterjen dan sabun pencuci piring yang tidak mengandung bahan kimia berbahaya, serta memilih produk-produk yang dibuat dari bahan-bahan yang dapat didaur ulang.
- Hemat dalam Pengelolaan Makanan. Yaitu dengan memasak secukupnya atau tidak berlebihan hingga bersisa. Karena sisa makanan akan menjadi limbah atau sampah yang akan meningkatkan emisi karbon.
Baca juga: Memilih Makanan Ramah Iklim, Cara Lain Selamatkan Bumi.
Kesadaran Menjaga Lingkungan Hidup Harus Dibiasakan Sejak Kecil
Dari cerita saya di awal tulisan ini, mungkin ada banyak faktor yang mempengaruhi sikap suami yang kurang peduli lingkungan, satu diantaranya kebiasaan sejak kecil. Maka dari itu saya ingin anak-anak saya punya kesadaran lingkungan yang lebih baik, agar kelak dapat memberikan sumbangsih pada pelestarian lingkungan.
Belajar menanam pohon untuk menjaga bumi. |
Mengapa kesadaran lingkungan ini penting, karena seperti yang telah saya singgung di atas, kita semua perlu berperan aktif dalam menjaga lingkungan, menjaga bumi, untuk meminimalisir dampak perubahan iklim terhadap lingkungan. Jika generasi di bawah kita tidak kita didik untuk mencintai lingkungan sejak sekarang, mungkin kerusakan bumi di masa yang akan datang akan semakin parah.
Polusi yang berkumpul di udara menjadi gulungan selimut yang membuat bumi terlalu panas. Suhu bumi yang terlalu panas menyebabkan kekeringan, gagal panen, cuaca ekstrim, dan permukaan laut naik menggenangi daratan.
Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk menjaga bumi, agar kerusakannya tidak semakin parah. Anak-anak saat ini adalah generasi yang akan menggenggam dunia pada sepuluh, dua puluh, atau tiga puluh tahun ke depan, sehingga mereka perlu diedukasi dan dididik sejak dini mengenai kesadaran lingkungan. Agar dalam diri mereka tumbuh rasa cinta lingkungan, sehingga mau dengan suka rela terus menjaga bumi.
Penanaman karakter cinta lingkungan harus diuayakan sejak dini. Dan alhamdulillah, di sekolah anak-anak saya juga ada pendidikan karakter yang salah satu diantaranya adalah cinta lingkungan. Anak dididik untuk gemar membersihkan lingkungan, cinta tumbuh-tumbuhan, hingga menghabiskan setiap bekal makanan yang dibawanya ke sekolah.
Baca juga: Perlu Penanaman Karakter Sejak Dini untuk Ciptakan Gaya Hidup Zero Waste.
Menghabiskan bekal sekolah untuk mengurangi limbah. |
Aksi Nyata Agar Bumi Berdaya dan Pulih Lebih Kuat
Selain upaya-upaya di atas yang bisa dilakukan dari dalam rumah, agar bumi berdaya dan pulih lebih cepat bisa juga dengan turut serta menanam pohon meskipun kita hanya di rumah saja. Ya, kita bisa ikut menanam pohon di hutan-hutan di Indonesia tanpa perlu datang ke tempat-tempat tersebut. Anak-anak pun bisa kita ajak menanam bersama. Bagaimana caranya?
Kita bisa mengikuti challenge menanam pohon yang diadakan oleh Team Up for Impact, sebuah gerakan yang mengajak kita semua untuk peduli lingkungan dan ingin menyelamatkan bumi. Di dalam website tersebut kita bisa berpartisipasi untuk menanam pohon dengan cara mengikuti challenge atau tantangannya.
Terdapat 32 tantangan yang bisa diikuti setiap hari dan telah diikuti oleh 1.280 orang lebih. Setiap orang yang mengikuti tantangan dan memperoleh point 1.400 akan mendapatkan pohon untuk ditanamkan di hutan dan ikut serta menyelamatkan bumi. Di hutan-hutan Indonesia, lo, dari hutan-hutan di Sumatera hingga Papua!
Di Team Up For Impact kita dapat memukan cara-cara praktis untuk individu dan komunitas untuk bisa mulai bergerak, yang merupakan ajakan untuk sama-sama bertindak sesuai kemampuan kita, agar selimut polusi tidak jadi makin tebal.
Ini menarik, karena kita yang di rumah saja bisa berperan aktif untuk menyelamatkan bumi. Karena dengan banyak pohon, udara kita menjadi lebih bersih, air hujan juga dapat terserap dengan baik. Pohon sangat berarti untuk menghadapi perubahan iklim, karena seperti yang telah dijelaskan di atas, pepohonan dapat mengurangi emisi karbon yang merupakan pemicu utama perubahan iklim.
Ya, mewujudkan bumi berdaya dan pulih lebih kuat memerlukan tindakan nyata dari berbagai pihak, baik individu, pemerintah, maupun sektor swasta. Team Up For Impact memfasilitasi kita untuk mengambil peran itu.
Baca juga: Grow Your Plan(e)t dari Twinkl.
Mari menanam pohon via: https://teamupforimpact.org/team-up-everyday |
Terakhir, jika saya punya kesempatan untuk membuat kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi mitigasi risiko perubahan iklim, kebijakan yang akan saya keluarkan salah satunya adalah menghijaukan hutan di seluruh Indonesia kembali, mengurangi deforestasi, dan melarang korporasi atas hutan-hutan tersebut.
Beberapa contoh kebijakan pengurangan deforestasi adalah penerapan moratorium (penangguhan) penebangan hutan, pengembangan program restorasi hutan, dan pengembangan ekonomi berbasis hutan yang berkelanjutan. Dengan menerapkan kebijakan tersebut, diharapkan dapat mengurangi dampak perubahan iklim dan turut melestarikan lingkungan untuk generasi yang akan datang.
Namun apapun kebijakannya, tetap memerlukan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mencapai tujuan mengurangi mitigasi risiko perubahan iklim secara efektif.
Mari #BersamaBergerakBerdaya memitigasi risiko perubahan iklim dengan cara kita masing-masing. Usaha-usaha kecil kita sangat berarti. Sekecil apa pun langkah yang kita ambil, kalau dilakukan bersama-sama akan besar dampaknya. Seperti juga usaha saya dari lingkungan terkecil yaitu keluarga, semoga akan memberikan manfaat untuk bumi.
#UntukmuBumiku aku akan mendidik generasi penerusku untuk mencintaimu, mencintai lingkungan, dari hal-hal kecil dalam keseharian kami. Sehingga kelak mereka bisa berbuat banyak dalam menyelamatkan bumi. Semoga, ya 😊
Nah, kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa, nih? Boleh dong tulis di kolom komentar! 🙂
Referensi:
- https://teamupforimpact.org/
- https://www.walhi.or.id/kondisi-lingkungan-hidup-di-indonesia-di-tengah-isu-pemanasan-global
Setuju, Mbak, kita bersama bergerak berdaya dari lingkungan terkecil yaitu dari lingkungan keluarga sendiri. Apabila semua bisa melakukannya, semoga permasalahan bumi kita bisa segera teratasi
ReplyDeleteWah, senang banget dengan adanya #BersamaBergerakBerdaya
ReplyDeleteBumi memang sudah tidak baik-baik saja, sehingga dibutuhkan langkah yang tepat paling tidak untuk memperlambat laju mitigasi perubahan iklim yang kini semakin terasa.
Semoga dengan kesadaran yang timbul dari lingkup terkecil, yakni keluarga, kita bisa mewariskan bumi yang sehat untuk anak cucu cicit kelak.
Bener banget mbak, mulailah dari lingkungan terkecil dahulu, yaitu di rumah bersama keluarga turut menjaga kelestarian lingkungan dari hal-hal sederhana, seperti menanam pohon di sekitar rumah, hemat listrik, hemat air, dan lainnya, yang secara tidak langsung mengajarkan anak-anak ikut menjaga lingkungan agar lebih sehat.
ReplyDeletesemua harus dimulai dari diri sendiri ya kak, hampir semua aku lakukan untuk membantu bumi lebih baik. Yang paling gencar aku lakuin ya diet penggunaan plastik termasuk bawa tempat makan dan bekal
ReplyDeleteMasyaAllah ya, makasih banget mba deka banyak hal yang harus terapkan perlahan nih. Duh adekk masyaAllah semoga aku bisa ngajarin anakku nanti yang bayi bertumbuh dan belajar menyayangi buminya
ReplyDeleteKalo melihat angka dari fakta yg terjadi ini emang miris banget ya. Aku seneng banget kalo byk edukasi dan kegiatan untuk dukung pencegahan perubahan iklim. Karena indonesia sedang kerasa banget dampaknya
ReplyDeleteSemua hal memang harus dilakukan dari yang terkecil ya mbak, dan ternyata menghabiskan bekal makanan juga bermanfaat bagi lingkungan ya baru ngeh sekarang
ReplyDeleteBener banget mba kudu dimulai dari lingkungan terkecil dan terdekat. Ya dari keluarga. Bisa nanem di pot aja kalau ga bisa dilahan
ReplyDelete