Jamu (dokpri). |
Awal Ramadan kemarin ada sedikit cerita yang kurang menggembirakan di keluarga kami. Pasalnya, anak sulung kami yang mondok (belajar di pondok pesantren) harus pulang ke rumah untuk sementara dikarenakan sedang sakit. Sebagai orang tuanya, saya dan suami tentu saja merasa sedih.
Sebelumnya si sulung menelepon saya (menggunakan fasilitas ponsel pesantren), mengabarkan kalau badannya demam, kepala pusing, dan perutnya sakit. Katanya lagi, dia sudah enggak tahan kalau di pondok terus. Karena menahan sakit, mungkin kurang bebas dan kurang nyaman jika merepotkan ustadz dan teman-temannya. Jadi dia ingin izin untuk pulang ke rumah.
Saya dan suami pun meminta izin ke pihak pondok untuk menjemput si sulung yang saat ini duduk di kelas 7. Setelah diizinkan, suami pun langsung menjemputnya selepas salat Ashar. Karena jarak antara rumah dengan pondok tidak begitu jauh (satu hingga satu setengah jam perjalanan), sebelum Maghrib suami dan si sulung sudah sampai rumah.
Setelah beristirahat sebentar, malam itu juga suami membawa si sulung ke rumah sakit. Namun ternyata rumah sakit penuh pasien, yang artinya bakal antre lama. Maka suami memutuskan untuk membawa si sulung kembali esok harinya, karena kasihan jika antre terlalu lama. Kondisinya lemah sekali. Inginnya tiduran terus.
Pagi harinya, suami membawa si sulung kembali ke rumah sakit. Suami minta tes laboratorium (tes darah), karena demamnya si sulung sudah lebih dari tiga hari. Dan ternyata, hasil tes laboratorium menunjukkan kalau si sulung menderita penyakit tipes.
Sebenarnya dokter menyarankan si sulung untuk opname di rumah sakit. Tetapi karena suami pekerjaannya sedang numpuk dan saya sendiri kerepotan mengurus empat adik si sulung di rumah, jadi kami memilih rawat jalan saja.
Kami berusaha merawat si sulung dengan sebaik-baiknya. Memberinya waktu istirahat yang cukup, makan minum yang teratur dan menjaga kebersihannya, serta minum obat dari dokter tepat waktu. Makannya enggak boleh yang kasar dan pedas dulu, sehingga saya memasakkan bubur, puding, dan semacamnya (yang bertekstur halus).
Ketika kondisinya berangsur membaik, suami juga membuatkan jamu untuk si sulung. Jamu yang dibuatnya adalah jamu kunyit yang diberi madu. Katanya kunyit bagus untuk pencernaan dan bersifat antibakteri, sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri (dalam kasus penyakit tipes ini adalah bakteri salmonella typhi). Diberi madu untuk membuat rasanya lebih enak dan juga untuk kesehatan pencernaan.
Jamu yang dibuatnya dimaksudkan untuk membantu si sulung agar lekas sehat dan bugar. Jamu sebagai pendamping saja karena dokter sudah memberikan obat untuk mengatasi penyakit tipesnya.
Alhamdulillah, setelah istirahat selama enam hari di rumah, kondisi si sulung membaik dan menjadi sehat. Dia pun kembali ke pondok untuk melanjutkan menuntut ilmu.
Si sulung di pondok pesantren (dokpri). |
Tentang Jamu di Rumah Kami
Suami memang lumayan rajin membuatkan jamu untuk keluarga (untuknya sendiri, juga untuk saya dan anak-anak). Dia telaten membuat sendiri jamu yang diinginkan. Seperti mengupas dan mengiris-iris aneka empon-empon atau tanaman herbal (kunyit, temulawak, jahe, dll), lalu merebusnya untuk kemudian disajikan untuk keluarga.
Beberapa pengalaman dari masa lalunya yang membuatnya menjadi akrab dengan jamu. Misalnya, dulu badannya pernah kurus dan kurang bugar. Lalu disarankan oleh seorang saudara untuk rajin minum jamu kunyit dan temulawak.
Saat remaja dia sempat merokok. Lalu ketika berhenti dari merokok (karena ayahnya meninggal dunia akibat sakit paru-paru karena kebanyakan merokok), dia rajin minum wedang jahe, wedang sere, seduhan temulawak, dan lain-lain untuk menyehatkan badannya. Intinya, dia merasa badannya lebih sehat setelah rajin mengonsumsi jamu.
Setelah menikah dengan saya, kebiasaan membuat jamu itu masih ada, meski enggak begitu sering. Kadang jika kurang enak badan, dia meracik jamu sendiri. Sesekali anak-anak juga dibuatkan jamu jika terlihat mulai kurang sehat. Saya pun tak ketinggalan diracikkannya.
Saat sehat pun, kadang kami juga membuat minuman tradisional berbahan aneka tanaman herbal itu. Minuman yang paling sering kami buat adalah wedang jahe. Karena rasanya enak dan paling kami sukai. Hehe. Kami kadang membuatnya di malam hari atau saat hujan turun, untuk menghangatkan tubuh.
Jamu di dapur kami (dokpri). |
Seperti itulah jamu di rumah kami. Maka enggak heran jika di dapur kami selalu ada aneka empon-empon atau tanaman herbal. Ada kunyit, jahe, temulawak, daun serai/sere, kencur, kunci, lengkuas, jeruk nipis, lemon, dan lain-lain. Selain untuk bumbu masak, ya itu tadi, untuk persediaan jika kami ingin membuat jamu.
Karena kami percaya, jamu yang kami sediakan di rumah, bisa membantu kami dalam mengusahakan keluarga yang sehat. Apalagi, para orang tua kami dahulu juga sering mengonsumsi jamu, kan. Dan terbukti, jamu banyak manfaatnya untuk kesehatan tubuh.
Oiya, dari tadi membahas tentang jamu. Sebenarnya jamu itu apa, sih?
Pengertian jamu dalam Permenkes No.003/Menkes/Per/I/2010 adalah obat tradisional terdiri dari bahan ramuan, bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Berbagai contoh bentuk sediaan cairan obat dalam, cairan obat luar, serbuk, rajangan, tablet dan kapsul.
Jadi jamu enggak selalu berbahan tanaman ya ternyata. Ada juga yang berbahan hewan dan lainnya.
Menikmati wedang jahe di malam hari (dokpri). |
Solusi Antisipasi Tipes dengan Jamu
Kembali lagi ke si sulung. Beberapa waktu lalu ternyata penyakit tipesnya kambuh. Jadi, dia pulang lagi ke rumah, lalu ke rumah sakit lagi, dan istirahat lagi di rumah. Subhanallah. Saya sedih. Apakah anak saya ini belum bisa menjaga kesehatan di pondok?
Nah, saya sempat curhat atau cerita tentang sakitnya si sulung ini ke ibunya teman si sulung. Ternyata temannya si sulung ini dulu juga pernah sakit tipes beberapa kali. Tetapi sekarang sudah tidak pernah lagi. Katanya, jika gejala tipes mulai muncul, seperti demam, dia segera mengonsumsi obat yang namanya Vermint. Saya pun dianjurkan untuk memberikan Vermint ke si sulung jika gejala tipes muncul atau saat demam.
Pertama kami mendengar masukan dari ibunya teman anak saya itu, saya hanya “oohh.. ya.. ohh.. ya..”. Tetapi kali kedua saya bertemu dengannya, saya serius bertanya, “Apa nama obatnya, Mbak?”
Karena jujur saya khawatir kalau sakit tipesnya si sulung kambuh lagi.
“Vermint, Mbak. Ada kok di apotek. Njenengan tanya saja di apotek. Ada yang kemasan besar, ada yang kecil. Coba dulu yang kecil.”
Saya pun segera mencari si Vermint ini. Betul ternyata, di apotek ada. Saya beli yang kemasan kecil dulu, satu botol isi 12 kapsul, harganya Rp.24.000,00.
Vermint kemasan kecil, isi 12 kapsul (dokpri). |
Jadi Vermint ini adalah obat herbal produksi CV Vermindo Internasional, yang mengandung ekstrak Lumbricus rubellus (cacing tanah) dan bermanfaat untuk membantu meringankan demam, seperti dalam kondisi tipes dan demam berdarah.
Vermint hanya bersifat membantu meringankan gejala penyakit, tapi bukan untuk menyembuhkan. Jadi masih berupa terapi penunjang, dan seringkali digunakan sebagai pelengkap terapi utama yang diberikan dokter.
Vermint ini bisa diminum sebelum ataupun sesudah makan. Aturan minumnya yaitu untuk dewasa 2 kapsul, diminum 3 kali sehari. Sementara untuk anak-anak 1 kapsul, diminum 3 kali sehari. Jika sakit tetap berlanjut atau justru bertambah buruk setelah beberapa hari, segera hubungi dokter.
Jadi Vermint ini termasuk jamu juga, ya, yang bersumber dari ekstrak hewan (Lumbricus rubellus). Dan diperuntukkan bagi orang dewasa dan anak-anak . So, Vermint merupakan salah satu #jamukeluargaindonesia ya ☺️
Saya segera mengirimkan Vermint ke si sulung di pondok pesantren. Alhamdulillah sampai saat ini belum ada kabar mengkhawatirkan, sih. Semoga dia selalu sehat wal 'afiat, sehingga lancar dalam menuntut ilmu di pesantren. Aamiin.
Jamu untuk Kesehatan Keluarga
Jamu merupakan warisan leluhur bangsa Indonesia. Jamu adalah minuman tradisional yang bahkan sampai saat ini dijadikan obat oleh keluarga Indonesia. Warisan leluhur yang kini diakui dunia, yang merupakan minuman kesehatan andalan keluarga Indonesia. Yes, dengan jamu kita bisa, lo, #menjamudunia ☺️
Nah, tanggal 27 Mei 2024 kemarin merupakan Hari Jamu Nasional yang ke-16. Perayaan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat dan keunikan jamu sebagai warisan budaya Indonesia. Tentunya juga agar #budayasehatjamu merasuk ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Maka sebagai warga negara Indonesia yang baik, yuk, cintai jamu sebagai salah satu warisan leluhur bangsa Indonesia. Manfaatkan jamu sebagai minuman tradisional yang menyehatkan keluarga kita.
Keluarga sehat, dengan jamu ❤️
***
- https://yin.thp.unmul.ac.id/thp/sejarah-hari-jamu/
- https://www.klikdokter.com/obat/obat-herbal/vermint
Wah, justru suami yang rajin bikin jamu di rumah ya Mba...salut. Memang jamu merupakan warisan leluhur bangsa Indonesia yang bisa dijadikan obat oleh keluarga Indonesia. Saya sendiri sejak kecil juga terbiasa minum jamu bikinan ibu saya. Sekarang lebih enak selain bikin sendiri sudah ada yang praktis seperti Vermint , jamu untuk meringankan demam dll ini
ReplyDeletemba aku juga lebih suka minum jamu kalo kondisi tubuh lagi kurang fit, karena kayak efeknya langsung terasa gitu ketimbang minum obat
ReplyDeleteJamu meskipun sebagian orang sudah meninggalkan tradisi minumnya, tapi aku masih suka minum juga. Beneran manfaatnya bagus banget untuk kesehatan. Misalnya mau datang bulan, minum jamu bikin ga lemes
ReplyDeleteVermint ini andalan daku juga ketika demam melanda. Apalagi kalo udah dibarengin lelah. Soalnya pernah kena gejala tipes huhu
ReplyDeleteWah emang bener yaa, empon-empon cocok banget buat jamu herbal. Kalau disediakan di rumah bisa bantu mencegah penyakit dan meningkatkan imun juga.
ReplyDeleteOh baru tahu juga kalau Vermint ini bantu meringankan demam dengan gejala tipes atau DB. Sehat-sehat ya kakkk..
keluarga kami juga lebih sering mengonsumsi jamu sih. Soalnya tuh kayak lebih percaya sama gaweannya Gusti Allah daripada obat kimia. Tapi ya tetap harus diimbangi sama banyak-banyak minum air putih.
ReplyDeleteWaaah rimpangnya lengkap sekali Mbaa, aku juga ada lengkap tapi untuk masak hehe
ReplyDeleteSepertinya ke depan aku ingin juga belajar meracik jamu seperti suami mbak, soalnya aku enggak mahir padahal tanaman rimpangku di rumah lumayan lengkap, kalau lagi musim hujan sambil iseng aku tanam tanam lagi di Belakang rumah biar banyak
Vermint tampaknya baik sebagai upaya meringankan gejala penyakit ya mbak Diah. Yup, penting bagi kita untuk mencari tahu tentang pilihan-pilihan alternatif semacam ini. Semoga Vermint membantu si sulung dalam pemulihannya dan menjadi bagian dari upaya keluarga dalam menjaga kesehatan.
ReplyDeletesaya alhamdulillah masih rutin minum jamu mbak soalnya tiap hari ada bibi jamu lewat di kantor. memang banyak banget ya manfaat jamu ini untuk tubuh kita
ReplyDeleteAdekku dulu pernah minum Vermint ketika sakit tipes. Sepertinya Vermint ini memang sudah identik untuk bantu meningkatkan daya tahan tubuh bagi mereka yang sakit tipes ya. Keluargaku juga suka minum jamu dan biasanya kami bikin ramuan JSR itu lho mak. Walaupun bikinnya rada ribet, tapi alhamdulillah bisa bantu jaga kebugaran biar nggak gampang sakit.
ReplyDeleteIbu saya juga suka membuat jamu sendiri untuk abang saya yang pernah sakit kanker, kata ibu saya untuk jaga daya tahan tubuh si abang. Memang bagus sekali minum jamu tuh
ReplyDeleteIni aku pernah deh dikirim empon-empon sama temanku karena dia tau aku sedang sakit lalu dibuatkanlah itu sama dia. Memang ya yang namanya obat herbal itu lebih baik untuk kesehatan ya mak.
ReplyDeleteDi rumahku juga selalu sedia aneka rimpang buat bahan jamu. Kadang kalo malem suka bebikinan wedang jamu ama suami. Alhamdulillah anak-anak di rumah juga pada doyan. Apalagi kalo bikin jamu kunyit asem.
ReplyDeleteAku baru tau kalau 27 Mei kemarin diperingati sebagai Hari Jamu Nasional. Meski terkesan jadul, manfaat Jamu itu baik sekali untuk kesehatan. Dan kesadaran ini perlu kita sebarkan (minimal) ke keluarga dan anak-anak kita
ReplyDeleteSama ih. Di rumah juga sedia itu semua. Selain buat masak, diminum juga. Oh kadang beli juga sih karena ada yang jual dan rasanya emang enak, mau hangat atau pakai es
ReplyDeleteWow sampai ada wadahnya gitu yaa, well prepared sekali. Ngomongin jamu, ingat dulu pas masih kecil, andalannya ya minum jamu beras kencur. Udah yang paling aman deh itu rasanya. Terutama buat anak-anak. Gak pahit, gak asam juga.
ReplyDeleteWih mantul mbak Diah, suaminya pinter bikin jamu. Bis ajadi usaha juga tuh kalau diseriusin. Aku jadi keinget om, sepupunya bapakku dulu, kalau gak salah rumahnya di Kediri. Jd suka bikin jamu gtu sampai akhirnya produksi jamu kemasan kyk gelas dan botol air mineral gtu. Waktu itu usahanya cukup moncer. Kurang tau sekarang.
ReplyDeleteKalau dulu ibuku juga sering bikinin jamu.
Kalau skrng suamiku paling ngracik ke wedang2 jahe aja gtu hehe. Aku bagian minum aja wkwk.
Senang banget bisa meracik jamu sendiri. Pastinya lebih sehat dan terjamin kebersihannya ya
ReplyDeleteSaya sendiri biasa minum beras kencur, atau kunyit asam.
Alhamdulillah di kampung ada penjual jamu gendong juga. Jadi sesekali bisa beli jamu yg tidak bisa saya buat sendiri
Jamu ini semacam penyembuh secara tradisional yang tanpa efek samping, ya. Cara pembuatan dan bahan-bahannya sangat mudah dicari.
ReplyDeleteBahkan bahan jamu itu kebanyakan terbuat dari bumbu dapur yg hampir setiap rumah memilikinya.
Iya lebih baik minum jamu racikan sendiri ya daripada yang kemasan karena banyak pengawetnya, telaten banget suamimu Mbak bikin jamu untuk keluarga
ReplyDeleteIya lebih baik minum jamu racikan sendiri ya daripada yang kemasan karena banyak pengawetnya, telaten banget suamimu Mbak bikin jamu untuk keluarga
ReplyDeleteMemang warna-warni ujian hidup di Pesantren tuh gitu ya..
ReplyDeleteAnakku kemarin juga sakit, sempet drop jadi puasanya bolong 3 hari. Alhamdulillah, pulang ke rumah 3 hari, bisa dimudahkan sama Allah untuk sehat kembali.
Jadi rumah bener-bener tempat nge-charge anak-anak biar semangat dan sehat kembali.
Senengnya bikin ramuan jamu sendiri..
Lebih berasaa sii yaa.. Dan iya nih, kunyit sebagai antibiotik alami gak boleh ketinggalan di ramuan jamu.
Nah kan dengan adanya Vermint ini nggak perlu cari cacing lagi buat obat ya mbak karena sudah, mengandung ekstrak Lumbricus rubellus (cacing tanah) dan bermanfaat untuk membantu meringankan demam, seperti dalam kondisi tipes dan demam berdarah.
ReplyDeleteNah sama kita mbak dapur ku juga selalu sedia bahan pembuat jamu , apalagi manfaat jamu itu bergam dan menyehatkan tubuh ya
ReplyDeleteKami di rumah juga suka bikin jamu tradisional sendiri, kalau gak sempat bikin ya beli. Gak takut konsumsi jamu karena masuknya herbal kan. Sehat-sehat ya semua.
ReplyDelete