Bidan Dinny Mengubah Desa Terpencil Jadi Melek Kesehatan


Ternyata, ada kesamaan antara saya sebagai ibu-ibu Jawa dengan ibu-ibu di NTT (Nusa Tenggara Timur). Yaitu soal menyediakan makanan bagi keluarga! Kok bisa?


Para ibu di NTT (Sumber gambar: IG @dwiaudn_)


Jadi, saya kalau sudah selesai memasak, sudah saya tata di meja makan, ya sudah. Terserah orang rumah mau makan atau tidak. Yang penting sudah saya sediakan.

Anak-anak yang sudah bisa makan sendiri, sudah cenderung saya biarkan. Waktunya makan, ya, saya suruh makan. Kalau tidak mau, hanya sesekali saya bujuk. Lebih sering saya biarkan saja. Toh, kalau mereka lapar, ya, makan sendiri. Begitu pikir saya.

Saya memang orang Jawa, tetapi ternyata tidak “njawani”. Hehehe. Karena umumnya, ibu-ibu Jawa akan berusaha sekuat tenaga membujuk anak jika mereka susah makan. Disuapi, dibujuk rayu, apapun caranya, pokoknya anak harus mau makan!

Ternyata saya sama seperti ibu-ibu di NTT. Kalau sudah selesai masak dan menatanya di meja makan, ya sudah. Terserah ada yang mau makan atau tidak. Persis seperti saya, kan.. Hehehe.

Kebiasaan seperti ini tak begitu masalah jika sekeluarga adalah orang dewasa. Tetapi lain cerita kalau dalam keluarga ada anak-anak yang belum bisa makan sendiri atau anak-anak balita. Karena, mereka masih membutuhkan nutrisi yang optimal untuk tumbuh kembang mereka. Mereka harus dibujuk supaya mau makan jika sedang susah makan. Kasihan anak-anak jika kurang mendapatkan nutrisi. Bisa-bisa mereka akan tumbuh menjadi anak yang mengalami stunting.

FYI, stunting adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya tinggi badan anak apabila dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Stunting bisa juga diartikan sebagai gangguan pertumbuhan pada anak. Penyebab utama dari stunting adalah kurangnya asupan nutrisi selama masa pertumbuhan anak.

Oiya, saya baru tahu tentang kebiasaan ibu-ibu di NTT seperti di atas setelah menonton podcast #ORANGKITA Episode 73 dengan bintang tamu Theresia Dwiaudina Sari Putri. Siapa itu?

Theresia Dwiaudina Sari Putri (Sumber gambar: IG @dwiaudn_)

Theresia Dwiaudina Sari Putri, Bidan Perintis di Uzuzozo

Theresia Dwiaudina Sari Putri adalah salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023 dari Astra, dalam bidang Kesehatan. Dia adalah seorang bidan desa di Desa Uzuzozo, Nangapanda, Nusa Tenggara Timur.

Sebelum melanjutkan cerita tentang stunting, kita simak dulu awal mula Theresia yang biasa dipanggil Dinny itu bisa sampai di Desa Uzuzozo.

Dinny adalah perempuan kelahiran Desa Kekandere, Nangapanda, Nusa Tenggara Timur. Setamat dari SMA, Dinny melanjutkan pendidikan program Diploma 3 Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya. Setelah lulus pada Tahun 2016, dia melanjutkan S1 di Semarang.

Setelah itu, dia kembali ke kampung halamannya atas permintaan orang tua. Di sana, dia melamar sebagai tenaga honorer. Dinnya bekerja dengan setulus hati sesuai bidangnya, yaitu Kebidanan. Dia secara rutin memeriksa kesehatan ibu hamil di sejumlah desa di Kecamatan Nangapanda. Hingga pada tahun 2017, dia dikontrak sebagai bidan desa di Desa Uzuzozo.

Lokasi menuju Desa Uzuzozo ini terbilang cukup sulit. Karena lokasinya terpencil, jauh dari kecamatan, di seberang sungai pula. Sehingga tidak banyak tenaga kesehatan yang mau bertugas di Uzuzozo. Namun Dinny bersedia bekerja di sana karena sebagai bidan baru, dia ingin menambah pengalaman.

Ketika pertama kali dia datang di desa tersebut, semua ibu hamil di Uzuzozo melahirkan dengan bantuan dukun beranak. Tidak ada fasilitas kesehatan di sana. Posyandu juga tidak ada. Secara otomatis, tidak ada pemeriksaan ibu hamil, penimbangan balita, dan sebagainya. Sehingga tidak mengherankan jika sebagian besar anak-anak di desa itu mengalami stunting.

Sebagai bidan baru, rupanya Dinna mau bekerja keras dan sepenuh hati. Padahal, dia "hanya" digaji dengan seekor anjing saat pertama bekerja di sana. Anjing tersebut sebagai "pengikat" agar Dinny terus bekerja di sana. Namun bukan karena terikat, Dinny memang bertekad untuk mengubah keadaan di desa itu. Hingga akhirnya dia menjadi bidan perintis yang mengubah Desa Uzuzozo menjadi melek kesehatan.

Sumber gambar: radioidola.com


Bidan Dinny Mengubah Pola Asuh Orang Tua di Uzuzozo

Kembali ke podcast #ORANGKITA. Jadi, di podcast tersebut Dinny bercerita tentang salah satu kebiasaan ibu-ibu di NTT seperti yang telah saya singgung di atas. Nah, sebagai bidan dia tidak mau membiarkan anak-anak kekurangan gizi gara-gara orang tuanya abai terhadap masalah ini. Ibu-ibu di Desa Uzuzozo ini harus diberi edukasi tentang pentingnya nutrisi pada anak. Orang tua harus mengubah pola asuhnya, seperti bagaimana menjaga anak agar selalu terjamin nutrisinya.

Anak susah makan jangan dibiarkan. Anak jangan dibebaskan makan semaunya, tanpa dipedulikan apakah makanan yang dimakan itu bergizi atau tidak. Jangan cuek atas apa yang dikonsumsi anak. Meskipun kita sudah menyediakan berbagai makanan di rumah, tapi kalau anak-anak tidak mau memakannya, ya, percuma. Maka pola asuh yang salah harus diubah. 

Bidan Dinny mengedukasi para orang tua akan pentingnya nutrisi bagi anak. Sebagai orang tua pola asuh kita harus benar. Kita wajib menjaga kesehatan anak, termasuk memenuhi nutrisinya. Apalagi jika anak masih dalam tahapan golden age (di 1.000 hari pertama kehidupan anak yang terhitung dari masa mereka masih berada dalam kandungan hingga anak mencapai kira-kira usia dua tahun), orang tua semestinya memberikan perhatian penuh pada kesehatan anak (dan aspek-aspek lainnya).

Selain membenahi pola asuh orang tua, ada banyak hal yang telah dilakukan oleh bidan Dinny di Desa Uzuzozo. Dia mulai mengubah kondisi kesehatan desa itu. Satu per satu dia benahi. Seperti membantu para ibu hamil yang melahirkan, memeriksa secara rutin kesehatan ibu hamil, melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi anak, memberikan imunisasi, memberikan vitamin, dan masih banyak lagi.

Hingga akhirnya, perubahan demi perubahan ke arah yang lebih baik terjadi. Saat ini, semua ibu hamil telah memeriksakan kandungan ke bidan dan melahirkan di fasilitas kesehatan. Kemudian jumlah bayi stunting di Uzuzozo terus berkurang, dari 15 anak pada 2019 hingga tinggal tiga anak di tahun 2023 yang mengalami stunting.

Sumber gambar: IG @dwiaudn_

Sumber gambar: radioidola.com


Dedikasi Sepenuh Hati Melahirkan Apresiasi

Bidan Dinny memang concern pada kesehatan ibu dan anak di Desa Uzuzozo. Namun pada kenyataannya, bukan hanya ibu dan anak yang membutuhkan bantuan kesehatan darinya. Sehingga ada banyak bapak-bapak, kakek nenek, atau remaja yang ditolongnya saat membutuhkan bantuan medisnya. Karena memang fasilitas kesehatan di desa tersebut masih sangat terbatas. Begitu pun tenaga medisnya. 

Seperti saat perjalanan pulang ke rumah, ada seorang bapak yang menunggunya di jalan karena butuh obat untuk mengobati sakitnya, Dinny pun langsung "membuka praktik" di jalan. 

Sumber gambar: IG @dwiaudn_


Dinny bekerja sesuai bidangnya dengan sepenuh hati. Meski gajinya sangat sedikit (turun dari dana desa 6 bulan sekali) dan medan yang ditempuh sangat tidak mudah, namun dia mengulurkan tangannya kepada warga Desa Uzuzozo dengan tulus. Dinny memang layak disebut Pejuang Kesehatan dari Timur Indonesia.

Tak salah pula ketika Astra memberinya Apresiasi SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards 2023. Ini adalah apresiasi dari Astra untuk para pemuda yang inspiratif, yang mau dan mampu melakukan perubahan untuk orang-orang di sekitarnya, untuk bangsa dan negara Indonesia. Apresiasi ini meliputi bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

Dinny memenuhi kriteria-kriteria tersebut dan program-programnya di Desa Uzuzozo selaras dengan kebijakan pemerintah soal stunting dan gizi seimbang.


Sumber gambar: IG @dwiaudn_

Semoga bidan Dinny akan terus melakukan yang terbaik bagi masyarakat Desa Uzuzozo pada khususnya dan untuk bangsa dan negara Indonesia pada umumnya. Menjadikan ibu hamil dan anak-anak sehat adalah kerja untuk masyarakat, yang berkelanjutan, untuk kesejahteraan Indonesia.

Bagaimana dengan kita? Semoga kisah dari bidan Dinny menginspirasi kita semua 😊


*****

Sumber:
  • https://www.astra.co.id/satu-indonesia-awards
  • https://youtu.be/QxeaW0O-tl8?si=VmzPLtBSoJAn3ns_
  • https://www.radioidola.com/2023/theresia-dwiaudina-sari-putri-pejuang-kesehatan-dari-ntt-peraih-satu-indonesia-awards-2023/
  • https://www.instagram.com/dwiaudn_ 


No comments

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.