Kelompok Santri Tani Milenial: Regenerasi Petani Melalui Pesantren, Bisa!


Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.S. An-Nisa’: 9)

Sumber gambar: https://www.fathululum.or.id/

Adalah sebuah kewajiban bagi kita sebagai seorang muslim untuk mempersiapkan generasi setelah kita. Jangan sampai generasi–generasi di bawah kita menjadi generasi yang lemah. Entah itu lemah aqidah, syariat, psikis, sosial, ekonomi, dan lain sebagainya.

Misalnya dalam bidang ekonomi, sudah seharusnya kita memberikan bekal kepada generasi muda bagaimana cara menyejahterakan hidup mereka sendiri bahkan hidup orang lain. Jangan sampai anak cucu kita tidak tahu bagaimana cara bertahan hidup dan menjadi sejahtera melalui berbagai pekerjaan.

Di sisi lain. negara Indonesia adalah negara agraris, yang sudah sejak dahulu kala mampu menghasilkan beras dan bahan-bahan makanan pokok lainnya melalui usaha pertanian. Nenek moyang kita adalah petani, yang mampu mengolah lahan dan menghasilkan berbagai bahan makanan untuk bertahan hidup dan menjadi sejahtera.

Dengan sejarah seperti itu, sudah seharusnya pekerjaan sebagai petani selalu punya tempat di negeri ini. Jangan sampai bumi Indonesia yang gemah ripah loh jinawi ini tidak dapat dikelola oleh bangsa kita sendiri. Harus selalu ada regenerasi petani di Indonesia.

Namun tampaknya, seiring kemajuan zaman, generasi muda banyak yang enggan menjadi petani. Pekerjaan ini dipandang kurang menarik, kurang menjanjikan dan tidak keren. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian ada sebanyak 38,7 juta pada Agustus 2022. Jumlah ini cenderung stagnan dibandingkan sepuluh tahun yang lalu.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya regenerasi di kalangan petani kita. Bahkan, hasil survei Jakpat menunjukkan, hanya 6 dari 100 generasi Z berusia 15-26 tahun yang ingin bekerja di bidang pertanian.

Lalu bagaimana usaha kita untuk mengatasi minat generasi muda yang rendah terhadap profesi yang satu itu? Bagaimana caranya agar generasi penerus Indonesia masih mau menjadi petani? Jangan sampai pemerintah terus melakukan impor beras untuk menstabilkan harga beras yang terus naik di pasaran.


Kisah Rizki Hamdani Memulai Regenerasi Petani di Pondok Pesantren

Adalah Rizki Hamdani, seorang pemuda yang punya semangat untuk mengajak generasi muda untuk menjadi petani. Dia punya semangat dan ilmu bertani maupun beternak yang cukup, lalu menemukan saluran yang tepat untuk mewujudkan ide-idenya. Dia melakukan regenerasi petani melalui pondok pesantren.

Sumber gambar: https://rejogja.republika.co.id/


Rizki merasa bahwa kurangnya regenerasi petani menjadi salah satu alasan kebijakan terkait impor terus berjalan. Padahal, sektor pertanian perlu memiliki inovasi yang tidak bisa dijalankan oleh para petani generasi tua.

Rizki Hamdani adalah pemuda asal Aceh yang kemudian menetap dan bertani di Jombang, Jawa Timur. Suatu ketika di tahun 2017 Rizki bertemu dengan seorang santri yang sedang belajar budidaya ikan lele di sebuah tempat di Kecamatan Ngoro, Jombang. Rizki melatih santri dari pondok pesantren Fathul Ulum Jombang tersebut untuk budidaya ikan lele. Kemudian juga melatihnya untuk budidaya bebek.

Dari pertemuan dengan santri tersebut, suatu saat akhirnya Rizki bertemu dengan Ahmad Habibul Amin atau Kiai Amin, pengasuh Ponpes Fathul Ulum. Rizki yang punya keinginan untuk menjadikan para santri yang menimba ilmu di pondok pesantren tersebut bisa mandiri dan memiliki keahlian dalam mengelola lahan, menemukan kecocokan ide dengan Kiai Amin yang ingin membentuk santripreneur atau santri yang mampu berwirausaha.

Ya, Kiai Amin ingin menjadikan para santri adalah santri yang mandiri dan punya keahlian berwirausaha, sehingga saat kembali ke masyarakat, santri tidak hanya ahli dalam bidang agama tetapi juga memiliki kemampuan berwirausaha. Rizki pun punya keinginan yang sama, yaitu agar ketika santri sudah kembali ke masyarakat, para santri ini tidak menjadi beban di masyarakat. Syukur-syukur mereka bisa menjadi pencipta pekerjaan bagi masyarakat.

Demikianlah, akhirnya kewirausahaan berbasis pondok pesantren terwujud di Fathul Ulum. Para santri diajari cara beternak ikan lele, beternak sapi, beternak kambing, hingga beternak bebek. Rizki juga mengajari cara menanam tanaman hortikultura. Kegiatan tersebut berlangsung terus-menerus hingga menunjukkan perkembangan. Oleh karenanya dibentuklah kelompok wirausaha sosial yang diberi nama Kelompok Santri Tani Milenial (KSTM) pada tahun 2019.

KSTM merupakan wadah bagi sejumlah pondok pesantren di Jombang untuk memberdayakan perekonomian santrinya dengan kegiatan bertani, beternak, dan budidaya perikanan.

KSTM digagas oleh Rizki dan didukung oleh Kiai Amin untuk menciptakan santri yang mandiri dan mau menjadi petani. Gagasan membentuk KSTM lahir karena menurut Rizki kalangan santri merupakan kalangan pemuda yang mudah untuk dirangkul dan patuh pada kiai.

Sumber gambar: https://www.fathululum.or.id/

Mengembangkan Integrated Farming System

Integrated farming system (IF) atau sistem pertanian terpadu adalah sistem pertanian modern dengan metode zero waste atau sesuatu yang datang dari alam akan kembali ke alam. Sehingga menciptakan pertanian berkelanjutan dan meminimalisir pembuangan limbah. Melalui metode ini, komponen pertanian, perikanan dan peternakan seluruhnya terpakai.

Misalnya, kotoran sapi dapat dijadikan pupuk tanaman. Metode ini dapat membantu mengembalikan kualitas tanah lahan pertanian. Disamping itu kotoran sapi, kambing, dan bebek bisa dijadikan media perkembangan cacing dan maggot. Setelah cacing dan maggot tumbuh besar, bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pakan ikan.

Kemudian media perkembangan cacing dan maggot bisa dimanfaatkan menjadi pupuk untuk tanaman. Sehingga seluruh komponen dalam hasil dan media perkembangan cacing dan maggot bisa dimanfaatkan serta tidak perlu dibuang.

Sementara itu air kolam ikan bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman di ladang. Sehingga proses penggantian air tidak terbuang sia-sia. Saat musim panen tanaman, daun-daunan dari tanaman hortikultura bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi dan kambing. Semuanya saling dimanfaatkan.

Selain pola terintegrasi di sektor hulu, Rizki juga merancang pola terintegrasi di sektor hilir. Sehingga hasil panen bisa terdistribusi langsung ke pelaku usaha lain maupun konsumen. Hal ini untuk memutus panjangnya rantai distribusi hasil panen.

Sumber gambar: https://www.fathululum.or.id/

Pencapaian KSTM

Rizki dan Kiai Amin sepakat bahwa mengajarkan para santri mengenai skill bertahan hidup melalui agribisnis menjadi fokus utama program mereka. Harapannya mereka bisa menciptakan usaha yang dapat menjadi sumber penghasilan mereka hingga membuka lapangan pekerjaan baru.

KSTM mewujudkan kemandirian ekonomi pesantren di Ponpes Fathul Ulum. Kini KSTM menghasilkan omzet hingga ratusan juta dengan beternak hewan ruminansia seperti domba dan kambing.

Kiai Amin mengungkapkan, hasil dari sistem pertanian terpadu yang dikelola secara mandiri oleh Badan Usaha Milik Pesantren (BUMP), memiliki omzet hingga hampir Rp 500 juta sebulan. Menurutnya, ini adalah bukti bahwa sektor pertanian yang ditekuni oleh para santri dapat mendulang hasil yang menjanjikan.

Saat ini melalui KSTM, para santri dapat menikmati hasil pertanian dan peternakan mereka, bahkan bisa berkontribusi dalam keuangan pesantren. 

Bagi santri penggarap akan mendapatkan bagian 35%, pondok pesantren akan mendapatkan bagian 25%, pemodal mendapatkan 30%, dan 10% untuk infak.

Infak ini diberikan bagi santri-santri yang kurang mampu secara ekonomi. Sehingga, dengan konsep seperti ini, santri tidak hanya dilatih berwirausaha tetapi juga tidak melupakan sesama.

Di sisi lain, para santri yang tergabung dalam KSTM juga bekerja sama dengan para petani setempat dengan sistem bagi hasil. Salah satunya dengan mengelola lahan kritis untuk budidaya tanaman sorgum sebagai pakan ternak. Hasilnya, kelompok tani sorgum di mengalami peningkatan pendapatan sekitar Rp 60 juta per bulan.

Para santri yang ikut program KSTM ini juga bisa mandiri tanpa harus mengandalkan kiriman orang tua. Untuk biaya kebutuhan selama di pondok sudah terpenuhi dari hasil berwirausaha.

Rizki Hamdani dan SATU Indonesia Awards

Karena kegigihannya membantu para santri untuk berdaya dan mandiri di bidang pertanian dan peternakan melalui program KSTM, Rizki Hamdani diganjar sebagai salah satu penerima penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award 2020. Rizki menerima penghargaan dalam bidang lingkungan.

“Penghargaan ini tentu menjadi pelecut supaya KSTM ini lebih memiliki manfaat lebih luas lagi. Saya percaya bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia,” kata dia.

FYI, SATU Indonesia Awards merupakan apresiasi Astra untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya. Apresiasi ini meliputi bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

Astra mengajak seluruh anak bangsa untuk semangat melaju bersama menjadi potret inspirasi dalam memajukan bangsa melalui SATU Indonesia Awards.

Penerima apresiasi tingkat nasional masing-masing akan mendapatkan dana bantuan kegiatan sebesar Rp65.000.000 (enam puluh lima juta rupiah) serta pembinaan kegiatan.

Sebagai salah satu penerima apresiasi SIA, Rizki dapat memperluas jejaring kerja sama, utamanya dengan pemerintah. Kementerian Pertanian RI melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementan RI (BPPSDMP) yang juga memiliki program terkait pertanian di pesantren kemudian mengajaknya berkolaborasi. KSTM pun mendapatkan bantuan dari Kementan sebanyak Rp 15 juta per kelompok.

Semoga KSTM terus melaju dan berdaya untuk Indonesia, sehingga regenerasi petani di negeri ini akan terus berlanjut. Aamiin.


*****

Sumber:
  • https://www.fathululum.or.id/kelompok-santri-tani-milenial-upaya-regenerasi-petani-di-jombang/
  • https://rejogja.republika.co.id/berita/s3p1xp291/lewat-kstm-rizki-hamdani-sukses-regenerasi-petani-di-pesantren


No comments

Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.