Sumber gambar: atourin.com |
Berjalan-jalan di kebun strawberry sungguh menyenangkan. Memandang hijau daunnya yang terbentang luas, sembari sesekali membungkuk untuk memetik buahnya yang merah merona. Sementara itu, anak-anak berlarian membawa keranjang kecil yang telah terisi buah strawberry. Mereka akan segera keluar kebun dan menjelajah arena bermain!
Begitulah secuil cerita ketika kami sekeluarga refreshing di kebun strawberry. Kami memang suka berjalan-jalan ke tempat-tempat wisata yang sederhana tetapi mengasyikkan. Yaitu yang bisa untuk bermain anak-anak, sekaligus bisa untuk tempat refreshing bagi saya dan suami.
Alhamdulillah, tempat-tempat wisata sederhana seperti itu banyak terdapat di sekitar rumah kami. Maksudnya, bisa ditempuh dalam waktu sekitar satu hingga dua jam dari rumah. Tidak jauh, bukan?
Kalau tidak salah, beberapa tempat wisata yang kami kunjungi merupakan tempat wisata yang merupakan produk desa. Jadi, tempat wisata itu adalah desa wisata gitu, lo. Tempat wisata itu ada di sebuah desa, dan dikelola oleh warga desa setempat.
Mulai dari pos penjualan tiket, parkir, hingga resto/cafe, dan penjual suvenir adalah warga desa setempat.
Meski dikelola oleh warga desa, tetapi banyak desa wisata seperti ini tuh selalu banyak pengunjungnya, lo. Apalagi kalau sedang viral di media sosial (Instagram atau Tiktok), bisa dipastikan setiap weekend pengunjungnya selalu full! Saya, sih, justru enggak suka kalau tempatnya sedang penuh seperti itu. Saya menunggu kalau kira-kira sudah agak sepi saja 😊
Ya, sekarang ini kalau mau jalan-jalan ke tempat wisata, banyak orang yang mencari rekomendasi di media sosial. Buka-buka Instagram, Tiktok, dan lain-lain. Mencari di mana tempat yang sesuai dengan keinginan. Atau, enggak mau ketinggalan dengan tempat-tempat wisata yang sedang hits atau sedang viral!
Begitulah, hampir tiap orang sudah melek digital saat ini. Untuk urusan berwisata pun hampir selalu mengandalkan teknologi. Scroll-scroll media sosial, mencari rekomendasi di mesin pencari, hingga buka map (peta) di internet.
Tetapi tampaknya belum semua tempat wisata termasuk desa wisata melek teknologi juga seperti para wisatawan atau pelancongnya. Teknologi belum dimanfaatkan secara optimal di dunia pariwisata khususnya di Indonesia.
Reza Permadi dan Atourin
Adalah Reza Permadi, seorang lulusan program Master of Sustainable Tourism yang mempunyai ide untuk membuat desa-desa wisata memanfaatkan teknologi lebih optimal dan membuat desa wisata berkelanjutan. Digitalisasi desa wisata, begitulah istilahnya. Bagaimana dengan teknologi, pariwisata di desa-desa tersebut dapat lebih berkembang, lebih mudah dijangkau wisatawan, dan sustainable.
Reza Permadi (Sumber gambar: https://www.astra.co.id/satu-indonesia-awards) |
Pada 10 Desember 2019, Reza mendirikan Atourin (PT Atourin Teknologi Nusantara), sebuah perusahaan rintisan yang bergerak di bidang pariwisata. Atourin ini adalah sebuah marketplace desa wisata yang bisa membantu para wisatawan agar lebih mudah menjangkau desa-desa wisata di Indonesia.
Reza membantu pengelola desa wisata untuk memasarkan produk mereka (bantu boosting), yaitu dengan menjual paket wisata dan layanan secara daring. Reza menggunakan program yang disebut Atourin Visitor Management System (AVMS). Dengan AVMS, pengelola dapat menjual layanan secara lebih efisien dan menjangkau pasar yang lebih luas.
Atourin juga menyediakan katalog inventory desa wisata se-Indonesia yang terdiri dari paket wisata, local experience, homestay desa, dan suvenir atau oleh-oleh khas desa wisata.
Bagaimana Reza dan Atourin Bekerja
“Saya bekerja di komunitas, khususnya di Pokdarwis, (yaitu) kelompok sadar wisata. Dan yang saya lakukan adalah mendampingi teman-teman di desa wisata, supaya punya produk. Kalau bapak dan ibu bosan tinggal di hotel, atau harganya mahal, bisa tinggal di homestay, tinggal sama yang punya rumah tapi tidak sekamar. Biasanya homestay punya kamar satu yang disisihkan untuk wisatawan,” jelas Reza di Forum Diskusi Local Media Summit 2024.
“Terus punya paket wisata, 3 hari 2 malam di pantai Kelayar di Pacitan, itu bisa. Atau 4 hari 5 malam untuk keliling desa di Surabaya itu juga bisa. Jadi mendampingi mereka supaya mereka bisa punya produk dan produknya bisa dipasarkan secara daring, digital atau secara langsung. Itu kerja-kerja yang saya lakukan,” jelas Reza yang saat ini merupakan dosen jurusan Pariwisata di salah satu kampus Indonesia.
Website Atourin (Sumber gambar: atourin.com) |
Desa-desa wisata yang akan menjadi mitra Atourin harus memenuhi syarat tertentu, misalnya harus punya legalitas, minimal dari Pokdarwis atau Bumdes, lalu yang terpenting punya produk untuk dijual, seperti paket wisata, atraksi wisata, homestay, dan aktivitas wisata.
Lalu tim Atourin melakukan kurasi, yaitu bertemu dengan pengelola desa wisata dulu, benar atau tidak desa wisatanya, jelas atau tidak produknya, dan sebagainya.
Jika sudah lolos kurasi, maka pengelola desa wisata membuat akun di Atourin, lalu menjual produknya. Yaitu dengan mengunggah foto-foto produk wisata, deskripsi wisata, harga, dan keterangan-keterangan lain yang dibutuhkan wisatawan.
Bagi para wisatawan, bisa memanfaatkan Atourin ini dengan mengunduh aplikasinya di Google Play atau AppStore. Lalu tinggal memilih destinasi wisata yang diinginkan, dan pesan.
Di Atourin, ada banyak pilihan paket tur, experience, atraksi, dan homestay. Jika kita memilih salah satu paket wisata, misalnya, ada keterangan lengkap mengenai apa saja yang akan kita dapatkan jika membeli paket tersebut. Misalnya akan disediakan hotel 4 malam di Homestay Desa Wisata, transportasi darat dan laut, sarapan, makan siang, dan makan malam, pemandu lokal, dan sebagainya.
Pilihan Paket Tur di Atourin (Sumber gambar: atourin.com) |
Dengan Atourin ini, kita enggak perlu karcis fisik (kertas), karena tiket masuk berupa e-ticketing yang menggunakan e-money saja. Dengan sistem ini kita bisa meminimalisir sampah sehingga lebih ramah lingkungan.
Dengan Atourin pula, pengelola desa wisata juga bisa mengatur kapasitas wisatawan. Mereka bisa membatasi jumlah wisatawan sehingga tidak akan terjadi penumpukan wisatawan seperti yang terjadi di tempat-tempat wisata yang sedang viral, seperti yang saya ceritakan di atas. Hehe.
Dengan demikian Atourin dimaksudkan untuk mendukung wisata berkelanjutan (sustainable). Selain itu tentu saja Atourin mendukung desa-desa wisata untuk menggunakan teknologi secara lebih optimal. Kemudian, jika selama ini kuantitas yang dikejar, maka dengan Atourin yang dikejar adalah kualitas berwisata, yaitu bagaimana agar durasi berkunjung bisa lebih lama sehingga wisatawan merasakan pengalaman berwisata yang lebih menyenangkan.
Sementara itu target Reza bersama Atourin ini adalah agar teknologi bisa diimplementasikan ke desa wisata, lalu literasi digital bisa meningkat, dan lebih banyak orang yang tahu mengenai produk wisata dari digitalisasi desa wisata.
Untuk memperkenalkan programnya itu, Reza rutin menggelar Autorin Academy di mana dia memberikan pelatihan secara daring maupun luring bagi para pengelola destinasi wisata. Reza berharap pada tahun 2030 sekitar 4.500 desa wisata di Indonesia sudah go digital dengan AVMS.
Bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf / Baparekraf), beberapa KBA (Kampung Berseri Astra) dan DSA (Desa Sejahtera Astra), desa-desa wisata dan ribuan operator tur yang ada, Reza optimistis Autorin dapat mewujudkan pariwisata berkelanjutan di Indonesia.
Capaian Atourin, Sampai di Mana?
Jika merujuk pada data BPS, setidaknya total desa di Indonesia saat ini (tahun 2024) mencapai 83.813 desa, namun hanya ada 6.030 desa wisata. Dari jumlah itu, saat ini ada 244 produk dari desa wisata di Indonesia yang telah menggunakan AVMS dengan pola kemitraan. Autorin juga membantu mereka membangun database pengunjung dan mencatat keuangan.
Capaian Reza bersana Atourin ini luar biasa, lo. Karena Reza merupakan perintis digitalisasi desa wisata di Indonesia. Dengan Atourin ini, desa-desa wisata jadi lebih melek teknologi. Dan dampaknya dirasakan langsung oleh pengelola wisata.
Memang ada beberapa kendala yang menghadang dalam pengembangan digitalisasi desa wisata ini. Seperti kendala yang paling besar adalah masalah transparansi data pengunjung. Dengan Atourin, data pengunjung tersaji secara real, no tipu-tipu. Berbeda jika pengelolaan dilakukan secara manual, terkadang ada oknum-oknum nakal yang melakukan kolusi dan korupsi.
Namun Reza bersama tim Atourin terus menambah kapasitasnya, terus melakukan edukasi pada para pengelola desa wisata, agar mau lebih berkembang dan maju secara sehat.
Sumber gambar: IG @repermadi |
Usaha-usaha Reza ini sangat inspiratif, ya. Bagaimana dia mempunyai ide untuk kemajuan pariwisata Indonesia, dan berdampak bagi banyak pihak. Tidak heran jika banyak apresiasi yang telah didapatkannya. Salah satunya dari Astra, yaitu penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023 untuk bidang Teknologi. Reza yang berasal dari DKI Jakarta ini diapresiasi sebagai Perintis Digitalisasi Desa Wisata.
Reza merupakan salah satu dari lima pemuda inspiratif yang mendapatkan apresiasi dari Astra ini. FYI, SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards adalah apresiasi dari Astra untuk para pemuda yang inspiratif, yang mau dan mampu melakukan perubahan untuk orang-orang di sekitarnya, untuk bangsa dan negara Indonesia. Apresiasi ini meliputi bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.
Reza telah memberikan inspirasi bagi kita semua. Dia telah berkontribusi besar dalam memperkenalkan teknologi untuk mendukung keberlanjutan pariwisata di Tanah Air, khususnya di desa-desa wisata. Melalui Atourin, Reza berfokus pada digitalisasi desa wisata yang berkelanjutan. Semoga semakin sukses memajukan pariwisata Indonesia, ya 😊
*****
Sumber:
- https://www.astra.co.id/satu-indonesia-awards
- https://radarbogor.jawapos.com/bogor/2475161418/kisah-inspiratif-pemenang-satu-indonesia-award-di-forum-diskusi-local-media-summit-2024
No comments
Terima kasih sudah berkunjung :)
Saya akan senang jika teman-teman meninggalkan komentar yang baik dan sopan.
Mohon maaf komentar dengan link hidup akan saya hapus ^^.